Tinjauan Pustaka Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP

A. Teori Naratif Branston dan Stafford

Kebanyakan dari kita menghabiskan banyak waktu untuk bercerita bergosip tentang teman, bercerita mengenai lelucon dan membentuk karakter yang tinggi: ‘lulusan yang membanggakan’ tidak pernah ada istilah ‘mahasiswa yang ditekan dengan keras’. Semua kultur terlihat sama dalam pembuatan cerita yaitu dengan mengikuti cara membuat perasaan dan makna di dunia. Ada dua poin mengenai sistematik ilmu naratif di dunia modern: 1. Teori naratif menyatakan bahwa cerita di media apapun dan di kultur apapun tujuannya untuk membagi pesan khusus 2. Tetapi pada media tertentu memunginkan kita untuk bercerita dengan cara yang berbeda. Teori naratif mencoba untuk mengerti tanda dan hubungan yang mengatur bagaimana cerita fiksi atau fakta dibentuk secara berurutan, dan cara ini mungkin dapat membuat audien terlibat dalam berbagai cara yang berbeda. Seperti kebanyakan ilmu media, pemikiran ini menyatakan bahwa aktivitas biasanya sering dihubungkan dengan ketetapan nilai yang dominan. 9 Tentu saja ada cara lain untuk memikirkan mengenai bercerita dan menulis cerita. Bagaimanapun juga, studi media tidak terlibat dalam produksi cerita karena produksi cerita adalah sebuah proses yang tidak bisa diperkirakan, 9 Gill Branston and Roy Stafford. The Media Student’s Book Third Edition London: Routledge, 1999 H. 32 pemikiran yang terlalu biasa bisa menjadi sebuah rumusan masalah. Studi narasi mencoba memahami itu, khususnya pada kemungkinan aturan sosial dan ideologi. Definisi yang bagus untuk naratif berasal dari Braningan 10 yang berpendapat ‘cara membentuk ruang dan data sementara yaitu dengan memasukkan suatu peristiwa di awal, pertengahan dan akhir yang membentuk pendapat tentang sifat dari peristiwa ke dalam rantai sebab-akibat’. Teori ini memunculkan pendapat Propp, Barthes, Todorov dan Lévi-Strauss. Mereka bekerja dengan dongeng, novel dan cerita rakyat yang mencoba mengerti bagaimana bentuk naratif dan nilai yang berlaku tanpa adanya pengaruh kultur khusus. Ini adalah inti dari pengaruh pendekatan strukturalis pada naratif. Istilah narasi mendeskripsikan bagaimana cerita berjalan, bagaimana pesan dipilih dan diatur menjadi efek tertentu dengan audien. Plot dan cerita adalah kunci dari istilah ini. Bordwell dan Thompson 11 menggambarkan cerita terdiri dari dua hal yaitu plot dan narasi. Plot adalah segala hal yang terlihat dan terdengar pada sebuah cerita. Pada plot ada seleksi bagian tertentu dari sebuah cerita yang sudah diberikan narasi. Sehingga kita bisa berfikir bagian-bagian tersebut tersusun menjadi sesuatu yang bisa kita rangkai yang pada akhirnya menjadi cerita. Plot juga mengandung pesan yang akan kita temukan di akhir cerita. Karena saat kita masuk pada bagian-bagian plot, kita sibuk mencari pesan 10 Edward Braningan. Narrative Comprehension and Film, London: University Press, 1992 dalam Gill Branston and Roy Stafford. The Media Student’s Book Third Edition London: Routledge, 1999 halaman 33 11 David Bordwell dan Thompson Kirstin. Film Art: An Introduction. New York: McGraw Hill and excellent related Online Learning Center http:www.mhhe.comsocscienceart- filmbordwell_6_filmart dalam Gill Branston and Roy Stafford. The Media Student’s Book Third Edition London: Routledge, 1999 H. 38 dan juga berfikir alur cerita secara bersamaan di dalam pikiran kita, yang dikenal sebagai mental Norman didalam psikologi. Penulis lain menjelaskan plot adalah sebuah istilah dimana audien membandingkan karakter dalam cerita. Dalam cerita kita tidak akan menyadari jika plot sudah dibuat, sehingga kita tidak mungkin bisa menebak apa yang akan terungkap pada bagian akhir cerita. Plot adalah hubungan yang mengaitkan satu kejadian dengan kejadian lainnya sehingga saling berhubungan yang memicu terjadinya krisis dan menggerakkan cerita menuju klimaks puncak konflik. Dengan kata lain, adanya suatu peristiwa dibenturkan dengan peristiwa lain, yang saling bergesekan sehingga memacu timbulnya konflik. Plot inilah yang sesungguhnya menggerakan cerita dari awal sampai akhir yang menghiasinya jalannya cerita tersebut dengan ketegangan, konflik dan penyelesaian ending. Di dalam plot inilah persoalan-persoalan yang dihadapi para tokoh cerita saling digesekkan, dibenturkan satu sama lain menjadi persoalan baru yang lebih kompleks, diseret ke puncak krisis, lalu dicari pemecahan penyelesaian-nya menuju akhir cerita ending. Plot digerakkan oleh tokoh cerita, gesekan yang timbul karena pergerakan plot inilah yang melahir ketegangan suspend yang menyulut api konflik. Kemudian plot yang mengkondisikan tokoh cerita berusaha untuk mencari jalan keluar dari konflik yang terjadi tersebut untuk menurunkan tensinya sampai pada ending.