Konsep Bohong Menurut Ajaran Islam

ْﻢ ُﻜ ْﺒ ُﺾ ْﻌ َﺑ “Artinya: Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut- pengikut Fir´aun yang menyembunyikan imannya berkata: Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung dosa dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian bencana yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. QS: Al-Mumin Ayat: 28 ” Berbohong hukumnya haram karena perbuatan ini tidak hanya menimbulkan bahaya bagi orang yang diajak bicara, juga pihak lainnya. Akan tetapi, dalam kondisi tertentu berbohong diperbolehkan, bahkan diwajibkan. Setiap maksud terpuji yang sebenarnya bisa dicapai tapa unsur kebohongan, diharamkan berdusta dalam kondisi ini. Jika hal itu tidak dapat dicapai tanpa berbohong, hukumnya diperbolehkan. Jika perkara tersebut wajib, wajib pula hukumnya. Misada seorang muslim berlindung dari kejaran orang yang ingin membunuhnya, kita wajib melindunginya walaupun harus berbohong ketika ditanya keberadaannya. Berbohong menurut hukum syariat terbagi menjadi 5 hukum, yaitu: 53 a. Haram, yaitu kebohongan yang tidak mengandung manfaat apapun menurut pandangan syariat; 53 Umi Musyarrofah, Hadist Dakwah dan Komunikasi Pondok Gede: TASNIM, 2010, H. 101 b. Makruh, yaitu kebohongan yang dimaksudkan untuk memperbaiki konflik. Contohnya konflik antara seorang anak dengan ayahnya, atau seorang suami dengan istrinya; c. Sunnah, yaitu kebohongan yang digunakan untuk menyiutkan nyali musuh- musuh agama dalam jihad, seperti informasi tentang jumlah pasukan kaum muslimin dan kekuatannya; d. Wajib, yaitu kebohongan untuk menyelamatkan jiwa seorang muslim atau hartanya dari upaya pembunuhan dan tindakan kejahatan; e. Mubah, seperti kebohongan yang dilakukan untuk mendamaikan pihak-pihak yang sedang bertikai.

BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL

AYAHKU BUKAN PEMBOHONG

A. Deskripsi Novel Ayahku Bukan Pembohong

Ayahku Bukan Pembohong merupakan sebuah novel dari penulis terkenal Darwis Tere Liye. Novel Ayahku Bukan Pembohong bercerita tentang tokoh Dam, seorang anak yang tumbuh dengan dongeng-dongeng tentang kesederhanaan hidup. Ayah Dam adalah lulusan master terbaik dari sekolah hukum terbaik di Eropa. Ayah Dam adalah seorang pria yang sangat terkenal di kotanya, beliau terkenal tak pernah mengatakan kebohongan. Ayah Dam selalu berprasangka baik ke semua orang, berbuat baik bahkan pada orang yang baru saja dikenal, menghargai orang lain, kehidupan dan alam. Karena itulah dia selalu dihargai oleh semua orang. Ketika muda dulu ia adalah seorang petualang. Dam menjadikan dongeng-dongeng ayahnya tersebut sebagai hadiah dan motivasi hidupnya. Sejak kecil Dam dihujani dongeng-dongeng yang melibatkan ayahnya. Mulai dari suku penguasa angin, apel emas dari Lembah Bukhara, kisah si nomor sepuluh, kisah si raja tidur, danau para Sufi dan lain sebagainya. Namun ayah Dam melarang Dam untuk menceritakan dongeng-dongengnya kepada teman- temannya. Tetapi, suatu hari saat Dam bersekolah di Akademi Gajah, Dam menemukan beberapa buah buku usang yang bercerita tentang suku penguasa angin dan layang-layang terbang yang bisa dikendarai serta cerita tentang sebuah desa terpencil yang ditumbuhi pohon apel emas. Dam teringat pada cerita sang ayah. Akhirnya ia menyadari bahwa ia tertipu oleh sang ayah atas cerita yang diberikan. Dari sejak saat itu, Dam tidak mau mempercayai lagi cerita yang sang ayah berikan. Cukup baginya tertipu terus-menerus. Akhirnya sejak saat itu, hubungan Dam dan Sang Ayah mulai renggang. Terlebih ketika Ibunya sakit hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, ayah Dam malah mengaitkannya dengan dongeng-dongeng aneh tentang si raja tidur yang membuat Dam semakin membenci ayahnya. Bahkan menyalahkan ayahnya atas kematian ibunya. Setelah bertahun-tahun kemudian, akhirnya Dam menikah dan dikaruniai dua anak laki-laki yang bernama Zas dan Qon. Kebencian itu tak luntur juga, Dam berusaha menjauhkan anak-anaknya dari sang ayah agar tidak mendengarkan cerita bohong nya itu. Tetapi semua itu sulit, sang ayah memang pandai bercerita. Sekarang sang ayah sudah tua dan sudah tinggal bersama Dam sejak 6 bulan lalu, tetapi Dam masih tidak peduli dengan sang ayah. Hingga suatu hari sang ayah jatuh sakit. Dam mulai menyadari bahwa sang ayah membutuhkannya. Dam pun menyesal selama ini sudah tidak peduli terhadap sang ayah bahkan mengusir ayahnya dari rumahnya. Beberapa hari kemudian sejak jatuh sakit, akhirnya sang ayah meninggalkan Dam lebih cepat. Keesokan harinya, Sang Ayah pun dimakamkan. Antrean pelayat mengulur panjang, seperti seluruh kota berdatangan melayat ke pusara ayahnya. Tak disangka sang pemain bola nomor sepuluh yang dulu diceritakan ayahnya datang ke pemakaman. Bahkan bukan hanya pemain nomor sepuluh saja yang datang, tetapi semua tokoh yang Ayah Dam ceritakan, benar- benar datang ke pusara ayahnya, dan berkata bahwa mereka mengenal ayahnya. Saat itu akhirnya Dam mendapatkan kebenaran, bahwa sang ayah bukanlah seorang pembohong.

B. Bagian Inti Novel

Pada novel ini banyak sekali bagian yang dapat diambil pelajaran. Mulai dari kederhanaan, kebahagiaan, kesabaran hingga kerja keras. Dalam novel Ayahku Bukan Pembohong ini mengandung lima cerita inti yang dapat kita ambil pelajaran, yaitu cerita Pemain Nomor Sepuluh, Suku Penguasa Angin, Apel Emas dari Lembah Bukhara, Si Raja Tidur dan Danau Para Sufi. Peneliti akan membahasnya satu per satu sebagai berikut. Cerita pertama mengenai Pemain Nomer Sepuluh yang diceritakan mengenai klub sepak bola kesayangan Dam dengan kapten tim bernomor punggung sepuluh dengan slogannya El Capitano El Prince Ayah Dam bercerita bahwa beliau kenal dekat dengan sang kapten. Saat Ayah Dam sednag menimba ilmu di salah satu universitas terkenal di Eropa, Ayah Dam tinggal di apartemen yang tidak jauh dari flat milik keluarga sang kapten. Ayah Dam kenal baik sang kapten. Ayah Dam mengenalnya saat sang kapten masih berusia delapan tahun. Keluarga mereka miskin, imigran dari negeri jauh. Papa sang kapten meninggal saat terjadi perang saudara di negeri asal mereka.