Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
kepada orang lain, dan hanya dimengerti oleh sastrawannya, maka karya demikian sulit disebut sebagai karya sastra.
2
Salah satu karya sastra yang banyak digandrungi oleh remaja saat ini adalah novel. Novel sendiri berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya
cakupannya tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang
lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Novel sebagai karya sastra terkadang juga menggunakan bahasa yang
lugas tetapi ada kalanya juga menggunakan bahasa simbolik karena novel juga merupakan alat bagi pengarang untuk menyampaikan ide-ide. Untuk mengetahui
makna tersirat yang berupa bahasa simbolis itulah diperlukan sebuah kajian atau pendekatan tertentu. Kajian untuk mengetahui makna tersirat dalam novel sastra
dapat dilakukan dengan kajian semiotika.
3
Novel dapat berupa fiksi atau karya sastra yang berupa rekaan, namun dapat pula merupakan karya sastra yang nyata dan benar-benar terjadi dalam
kehidupan masyarakat pada zamanya yang kemudian diceritakan kembali dalam bentuk karya sastra berupa novel. Setiap orang memiliki cara yang seringkali
berbeda dalam mengungkapkan pandangannya atau permikirannya terhadap realitas yang ada di sekitar dan yang kita temui.
2
Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan Jakarta: Gramedia,1988, Halaman 6-7
3
Diah Nur Robbaniah, “Kajian semiotika terhadap novel Cantik Itu Luka,”. Skripsi S1 Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. 2008 H. 3.
Alasan peneliti memilih media khususnya novel sebagai bahan penelitian karena perkembangan media komunikasi berfungsi untuk menyampaikan pesan,
khususnya novel yang menonjolkan unsur sosial-budaya yang ada di masyarakat. Banyak novel-novel modern yang menceritakan romantisme budaya suatu
kelompok masyarakat. Pertemuan antara budaya yang diusung oleh novel-novel di Indonesia
tidak terhenti pada konteks budaya yang dihasilkan masyarakat dengan cipta, karsa, dan karyanya tetapi juga dalam budaya agama. Hal itu terindikasikan dari
catatan sejarah novel Indonesia dimana ada beberapa novel yang memang berangkat dan ataupun membicarakan konteks budaya agama dalam sebuah
cerita. Roman-roman seperti Ketika Cinta Bertasbih, Hafalan Shalat Delisha, Bidadari-bidadari Surga
atau Gadis Berkerudung Sorban melatar belakangi atau bahkan menitikberatkan pada nilai-nilai budaya agama.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa budaya berdakwah melalui tulisan tentang nilai ajaran Islam tidak dapat dikatakan telah surut. Dinamika dakwah
Islam melalui novel terus berjalan, meskipun terdapat sedikit perubahan warna di dalamnya. Apabila menengok ulang novel “Islami” terdahulu lebih sering
diwarnai oleh budaya yang berlangsung di masyarakat maka dalam novel yang berkembang saat ini warna yang hadir hanya terbatas dan terfokus pada budaya
“generasi muda”. Meskipun memiliki perbedaan konteks obyek kajian, tujuan utama dari
novel “Islami” tetaplah sama yakni menyampaikan pesan-pesan Islam dalam dunia tutur cerita. Dalam penelitian ini, ada unsur dakwah yang terkandung dalam
novel Ayahku Bukan Pembohong, mengenai kedekatan, penghormatan terhadap sang ayah. Maka, novel sebagai karya sastra dalam media dakwah komunikasi
memiliki peran dalam perkembangan teknologi dalam berdakwah. Seiring berkembangnya teknologi informasi di masyarakat, karya sastra
sebagai produk imajinatif masyarakat mengalami perkembangan dengan munculnya teori-teori sastra strukturalisme, yang telah berhasil untuk memasuki
hampir seluruh bidang kehidupan manusia, dianggap sebagai salah satu teori modern yang berhasil membawa manusia pada pemahaman secara maksimal.
Novel sebagai media memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan kepada pembaca dengan cara sastranya.
Adapun isi dari novel dipengaruhi oleh struktur isi novel tersebut. Struktur yang dimaksud disini adalah struktur mengenai persepsi dunia dan
pengalaman, bukan entitas obejktif yang sudah eksis di dunia eksternal. Dari sni dapat dikatakan bahwa makna atau signifikansi bukanlah semacam inti atau
esensi di dalam hal; sebaliknya, makna selalu berada di luar. Makna selalu berupa atribut dari sebuah hal, dalam pengertian harfiah yakni makna dijadikan atribut
suatu hal oleh benak manusia, bukan terwadahi di dalamnya.
4
Novel Ayahku Bukan Pembohong adalah salah satu karya Tere-Liye yang terbit tahun 2012. Tere-Liye merupakan salah satu penulis yang sukses
dengan buku Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin 2010, Hafalan Shalat Delisa
2005, Moga Bunda Disayang Allah 2005, Senja Bersama Rosie
4
Peter Barry. Pengantar Komperhensif Teori Sastra dan Budaya: Beginning Theory. Yogyakarta: Jalasutra. 2010, H. 45
2008. Nama “Tere-Liye” sendiri diambil dari bahasa India dan memiliki arti untukmu.
Meskipun Tere Liye bisa dianggap salah satu penulis yang telah banyak menelurkan karya-karya best seller. Tapi jika pembacanya mencari tentang
biodata atau biografi Tere Liye. Hampir tidak ada informasi mengenai kehidupannya serta keluarganya. Bahkan jika mencoba sendiri dengan mengecek
karya Tere Liye dan lihat di bagian belakang “tentang penulis’ dalam novelnya, maka tidak ada yang bisa menemukan informasi mengenai Tere Liye.
Berbeda dari penulis yang lain, Tere Liye memang sepertinya tidak ingin dipublikasikan ke umum terkait kehidupan pribadinya. Mungkin begitulah cara
yang ia pilih untuk dikenal. Novel yang dipilih berjudul Ayahku Bukan Pembohong karena novel ini
menceritakan bagaimana seorang ayah mengajarkan pelajaran hidup kepada anaknya dengan cara bercerita. Kata “bukan” pada judul dimaksudkan karena
awalnya sang anak menuduh cerita ayahnya adalah cerita bohong belaka yang tidak masuk akal. Padahal sang ayah dikenal sebagai seorang yang sangat jujur.
Namun pada akhirnya setelah ayahnya tidak ada, anak itu menemukan bukti bahwa cerita ayahnya bukanlah cerita bohong.
Peneliti memilih novel ini karena awalnya merasa adanya ketidak adilan dalam memahami orangtua. Banyak sekali novel-novel yang menceritakan
tentang ibu, memahami ibu, membanggakan ibu. Namun, mengapa sedikit sekali yang membahas mengenai ayah? Padahal ayah juga merupakan orangtua. Bahkan
buku mengenai ayah terletak diantara buku-buku sastra yang jarang sekali orang
kunjungi. Sedangkan buku mengenai ibu selalu ada di deretan novel remaja, novel terlaris.
Ayah memiliki tanggung jawab untuk memimpin keluarga dan mendidik anaknya. Setiap sosok ayah memiliki cara tersendiri dalam mendidik anaknya. Ini
yang mendasari penulis ingin melakuakan penelitian naratif, yaitu untuk menjelaskan betapa peran ayah dalam keluarga sangatlah penting.
Masalah yang terkandung dalam karya sastra pada dasarnya merupakan masalah masyarakat. Tanda menimbulkan reaksi pembaca untuk menafsirkannya,
proses penafsiran terjadi karena tanda yang bersangkutan mengacu pada suatu kenyataan. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut menentukan bentuk
kontrusi realitas yang sekaligus menentukan makna yang muncul. Bahasa bukan hanya mampu menceritakan realitas, tetapi sekaligus menciptakan realitas. Oleh
karena itu, peneliti tertarik mengangkat penelitian skripsi ini dengan judul “Dongeng Sebagai Media Dakwah pada Anak, Analisis Naratif Novel Ayahku
Bukan Pembohong karya Tere Liye.”