Analisis Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Ayahku Bukan Pembohong
menjauhkan anak-anaknya dari ayahnya karena Dam tidak ingin anak-anaknya dibesarkan dengan cerita bohong.
2 Ayah, seorang yang sederhana dan jujur. Seperti yang ditulis dalam novel tersebut:
“Dari percakapan yang aku kuping dari kepala sekolah, pelatih, tetangga, atau orang tua di sekitarku, mereka sering
menyimpulkan: Ayah terlalu jujur dan terlalu sederhana…”
60
Sosok ayah diceritakan tidak pernah berbohong sekalipun. Ayah mendidik anaknya agar mengetahui makna kebahagiaan dan
kesederhaaan dengan dongeng-dongeng. 3 Ibu, seorang yang sangat sabar dan memiliki kelembutan dan kasih
sayang tetapi mengidap penyakit yang mematikan. Sempat diceritakan bahwa tokoh ibu dulunya adalah seorang artis terkenal
yang bergelimang harta, namun karena menderita suatu penyakit, karirnya hancur dan memilih untuk menikahi ayah Dam dan
tinggal sederhana jauh dari kota. Seperti yang ditulis dalam novel tersebut:
“Ibu kau dulu bintang televise terkenal” “kata ayah kau, karir ibu kau menanjak cepat, berbagai
tawaran acara penting datang padanya. Sibuk siang-malam, hingga ibu kau divonis penyakit bawaan itu, cepat lelah,
mudah jatuh sakit”
61
4 Taani, seorang wanita teman sekolah Dam dan terkenal karena pintar. Seperti yang dijelaskan dalam novel tersebut:
60
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 51-52
61
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 161
“… Taani lulus dengan nilai terbaik…”
62
Di akhir cerita, saat Dam sudah kuliah, Dam kembali bertemu dengan Taani dan akhirnya merekapun menikah dan memiliki dua
orang anak yaitu Zas dan Qon 5 Jarjit, musuh bebuyutan Dam yang pada akhirnya menjadi sahabat
Dam. Tokoh Jarjit diceritakan sebagai seorang anak kaya raya, sombong dan suka memamerkan barang yang dia punya. Seperti
yang disebutkan dalam novel tersebut: “… bahkan Jarjit, yang orangtuanya kaya raya,
memperlihatkan bola yang ditanda tangani sendiri sang Kapten waktu sekeluarga pelesir ke luar negeri menonton lagsung.
Sombong sekali Jarjit memamerkannya”
63
Jarjit dan Dam selalu bertengkar di sekolah maupun di gelanggang renang. Jarjit sering sekali mengolok-olok Dam,
seperti yang diceritakan dalam novel tersebut: “sepertinya kau harus melupakan klub renang. Itu
hanya untuk anak-anak keren. Pengecut keriting seperti kau tidak pantas bergabung, bisa membuat buruk foto-foto klub”
64
6 Zas dan Qon, sepasang anak laki-laki dan perempuan. Digambarkan secara tidak langsung bahwa Zas dan Qon selalu
ingin dekat dengan Ayah Dam karena dongeng-dongengnya tetapi Dam berupaya untuk menjauhkan mereka dengan ayahnya.
62
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 112
63
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 15
64
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 36
7 Retro, sahabat Dam di Akademi Gajah. Digambarkan dalam novel bahwa Retro dan Dam teman adalah sekamar di asrama. Mereka
berdua juga sama-sama mengikuti kegiatan memanah. Dam dan Retro juga sering dihukum karena melanggar peratura sekolah.
Seperti yang disebutkan dalam novel tersebut: “semoga besok lusa kita bertemu lagi, kawan. Dari
teman sekamar kau tiga tahun terakhir, teman semua masalah yang pernah kau buat di asrama, Retro”
65
8 Sang kapten nomor sepuluh, adalah seorang pemain sepak bola yang dikagumi Dam. Pada novel diceritakan bahwa Ayah Dam
mengenal baik sang kapten saat masih kecil. Sang kapten digambarkan memiliki karakter yang ramah dan mau belajar apa
saja. Dia juga seorang pekerja keras dan pantang menyerah. Seperti yang dikisahkan dalam novel tersebut:
“… anak itu menyenangkan sejak kecil, ramah dan mau belajar apa saja..”
“… sejak kecil dia tidak pernah berhenti bekerja keras. Sejak kecil dia belajar lagsung kalimat ‘jangan pernah
menyerah’. Sang kapten akan kembali dan dia akan mengalahkan lawan-lawannya. Semangatnya tidak akan patah
oleh kaki yang patah, apalagi hanya cidera ringan…”
66
“… meski sudah menjadi pemain terbaik dunia pun, sang Kapten tetap berlatih dua kali lebih banyak disbanding
yang lain, berusaha menembus batas yang ada, mencoba berbagai kemungkinan baru.”
67
65
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 240
66
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 16
67
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 54
Dam sendiri menjadikan Sang Kapten sebagai motivasinya. Seperti yang dijelaskan dalam novel tersebut ketika Ayah Dam
bercerita kepada anak-anak Dam: “… papa kalian Dam menjadikan Sang Kapten
motivasinya beratih dan bertanding…”
68
9 Kakek Tutekong, adalah salah satu tokoh dalam cerita Ayah Dam dalam kisah Suku Penguasa Angin. Kakek Tutekong adalah ketua
suku yang bijak, pintar, dan memiliki kesabaran yang tinggi. Seperti yang dijelaskan dalam novel tersebut:
“… leluhur Tutekong, tetua paling bijak pada masa itu…”
69
10 Alim Khan, juga salah satu tokoh cerita Ayah Dam dalam kisah Apel Emas Lembah Bukhara. Alim khan adalah sosok ketua yang
pintar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia merubah lembah yang gersang menjadi hutan dan ladang yang lebat karena ilmunya.
11 Si raja tidur, sosok yang digambarkan sangat bijaksana, pintar, teliti, cermat, pantang menyerah dan berpendirian kuat sekeras
baja. Si raja tidur adalah dosen Ayah Dam saat menimba ilmu di universitas terkemuka di Eropa. Seperti yang digambarakn dalam
novel tersebut:
68
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 49
69
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 157
“… Dia orang hebat yang pernah Kakek kenal. Dia professor universitas ternama Eropa, bisa menggunakan dua
belas bahasa, dan dia juga menguasai delapan cabang ilmu. Dua cabang ilmu yang membuat namanya amat terkenal adalah
ilmu kedokteran dan hukum. Tidak ada dokter yang lebih pandai dibandingkan si Raja Tidur, dan tidak ada hakim yang
lebih adil, bijak, serta berani dibandingka si Raja Tidur…”
70
12 Guru sufi, adalah guru di Pemukiman Para Sufi yang diceritakan Ayah Dam. Diceritakan Guru Sufi adalah orang yang sangat bijak.
Seperti yang ditulisa dalam novel tersebut: “… Disana tinggal salah satu sufi besar, ribuan
muridnya, bijak orangnya…”
71
Guru yang mengajarkan Ayah Dam untuk terus berusaha hingga menemukan makna dari sebuah kebahagiaan.
c. Pesan Ayahku Bukan Pembohong merupakan sebuah novel karya
Tere Liye yang penuh dengan nilai pendidikan, tentang hubungan seorang anak dengan ayahnya. Novel Ayahku Bukan Pembohong ini
menggambarkan bagaimana seorang ayah dekat dengan anaknya, Dam, karena sang ayah menceritakan sesuatu yang luar biasa pada
cerita tersebut. Cerita-cerita yang sarat akan makna kehidupan, kesederhanaan, dan kebaikan, sehingga Dam tumbuh menjadi seorang
dengan pribadi yang baik karena mengingat semua pesan yang
70
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 180
71
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 288
disampaikan ayahnya. Dari sisi penulisnya sendiri, yakni Tere Liye, mengungkapkan bahwa ia menulis novel ini dengan maksud agar
pembaca mengerti bahwa kebahagiaan itu sederhana, sesederhana Dam yang hanya menginginkan cerita ayahnya dibandingkan hadiah
mahal lainnya. Pesan akhir mengenai novel ini ditulis pada bagian catatan penulis dalam novel tersebut:
“bahwa kebahagiaan itu sederhana. Dunia anak-anak selalu indah. Kasih sayang keluarga adalah segalanya.”
72
Dalam novel Ayahku Bukan Pembohong
juga ini mengandung lima cerita inti yang sudah dijabarkan pada bab
sebelumnya. Berikut peneliti akan menjabarkan pesan-pesan yang terkandung dalam tiap cerita inti:
Pada cerita pertama mengenai kapten tim sepak bola bernomor sepuluh kita bisa mengambil pelajaran bahwa hidup selalu ada
perjuangan. Kita harus bekerja keras demi mewujudkan mimpi kita. Tidak ada kata menyerah untuk meraih mimpi kita. Sama halnya sang
kapten yang tidak menyerah walaupun sudah ditolak oleh klub besar bahkan untuk alasan yang sangat tidak penting, kurang tinggi satu inci.
Tetapi sang kapten tidak menyerah ia tetap berlatih bermain sepak bola tanpa lelah, sampai akhirnya hasil kerja keras sang kapten
terlihat. Ini bisa kita ambil pelajaran bahwa jika kita bekerja keras, cepat atau lambat hasilnya akan datang kepada kita.
72
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 302
Dari cerita kedua mengenai kisah suku penguasa angin kita dapat mengambil pelajaran, bahwa kesabaran akan selalu
membuahkan hasil yang sangat indah. Seperti saat suku penguasa angin bersabar selama beratus tahun membiarkan tanah mereka
dijajah. Mereka tidak membalas kekerasan penjajah dengan kekerasan pula. Ini membuktikan, jika kita memiliki keteguhan dan kesabaran
hati yang besar, cepat atau lambat kekerasan mereka akan terbalaskan. Biar waktu yang akan membalasnya. Keteguhan suku penguasa angin
membuat mereka menang melawan rasa tidak sabar dan meluluhkan amarah di hati. Seperti yang diceritakan dalam novel tersebut:
“…Suku Penguasa Angin terlalu bijak untuk melawan kekerasan dengan kekerasan. Membalas penghinaan dengan
penghinaan… leluhur Tutekong memutuskan akan menjaga kebijakan hidup mereka selama mungkin. Mendidik anak-anak
mereka untuk mencintai alam, hidup bersahaja, dan membenci ladang-ladang tembakau itu. Rasa benci yang tidak harus
berubah menjadi perlawanan. Rasa benci yang justru menjadi semangat, menjadi keyakinan bahwa mereka akan bertahan
lebih lama dibandingkan keserakahan penjajah. Kau ingat itu, Dam, keyakinan bahwa suku mereka akan bertahan lebih lama
dibandingkan rasa tamak dan bengis”
73
Cerita ketiga mengenai Apel Emas Lembah Bukhara. Dalam cerita tersebut kita dapat mengambil pejaran bahwa ilmu pengetahuan
dapat mengubah hidup kita jika kita mau mengaplikasikan ilmu yang kita miliki dengan bukti nyata. Seperti penduduk lembah yang
membuat padang pasir berubah menjadi ladang dan hutan yang subur karena pengetahuan. Seperti yang diceritakan dalam novel tersebut
73
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 157
“Dan Alim Khan menawarka ilmu pengetahuan sebagai jalan keluar… Alim Khan menyuruh mereka mengeduk pasir
hingga kedalaman satu meter, lantas membuat hamparan beton untuk menahan air merembes ke dalam, menumpuk kembali
pasir bersama tanah di atasnya, membuat sumur-sumur dalam, mengairi tanah yang sudah dilapisi beton, memulai menanam
sayur-mayur. Tiga bulan, teknologi itu terbukti…”
74
Dari cerita diatas juga dapat diambil pelajaran bahwa kita harus bisa tolong monolong dan menyingkirkan perbedaan yang ada itu lah
cara yang paling sederhana untuk hidup dengan damai dan bahagia. Seperti yang dijelaskan dalam novel tersebut
“Penduduk lembah
menyingkirkan perbedan,
menjulurkan tangan, bahu-membahu memperbaiki lembah – yang berarti juga memperbaiki hidup mereka sendiri… Alim
Khan menjelaskan pemahaman hidup sederhana, kerja keras, selalu pandai bersyukur, saling membantu”
75
Hidup dengan menghargai alam, pandai beryukur, pemahaman yang baik, penguasaan ilmu pengetahuan serta kebijakan luhur
manusia membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik. Dari cerita keempat mengenai Si Raja Tidur kita dapat
mengambil pelajaran bahwa ilmu pengetahuan dapat mengalahkan segalanya. Kebenaran akan selalu menang. Seperti halnya si raja tidur
yang menguasai delapan bidang ilmu pengetahuan, ia bisa mengalahkan kebohongan dengan bukti, melawan lupa dengan logika.
Disini kita dijelaskan untuk selalu menggaunakan dengan baik ilmu pngetahuan kita. Dengan cara itulah kita bisa memenangkan
74
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 139
75
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 139-140
kebenaran. Sekalipun semua orang menentang kita, tetapi kita tahu bahwa kebenaran akan menang walaupun kita harus mengorbankan
segala hal yang berarti untuk kita. Seperti yang diceritakan dalam novel tersebut:
“cerita ini bukan tentang betapa dinginnya si Raja Tidur memimpin siding, Dam. Cerita ini sesungguhnya tentang
pengorbanan, keteguhan hati. Kisah ketika kau tetap mendayung sampan sendirian di tengah sungai yang dipenuhi
beban kesedihan, tangis, dan darah tercecer di mana-mana, ketika ka uterus mendayung bukan karena tidak bisa kembali,
tapi meyakini itu akan membawa janji masa depan yang lebih baik untuk generasi berikutnya apa pun harganya.”
76
Cerita terakhir mengenai Danau Para Sufi yang dapat kita ambil maknanya bahwa hakikat kebahagiaan tidak bisa didapat dengan
mudah. bekerja keras, pengorbaan dan pemikiran yang kuat akan membawa kita pada kebahagiaan hidup yang tidak bisa kita
deskripsikan. Seperti yang diceritakan dalam novel tersebut: “Bagaimana kau membersihkan dan melapangkan hati,
bertahun-tahun berlatih, bertahun-tahun belajar membuat hati lebih lapang, lebih dalam, dan lebih bersih. Kita tidak akan
pernah merasakan kebahagiaan sejati yang datang dari luar hati kita”
77
Selain dari lima cerita inti yang sudah sijabarkan diatas, peneliti menemukan beberpa pesan diluar cerita inti. Seperti mengenai
cerita pendek mengenai Toki si kelinci yang nakal. “… ayah pernah cerita, Toki si Kelinci Nakal selalu
tahu bahwa orangtuanya amat menyayangi dia. Meski haris menaklukkan badai salju, melawan kerumunan serigala,
76
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 183
77
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 290
menghindari jebakan pemburu, bahkan melewati jembatan terakhir, orangtuanya tetap berusaha menyelamatkan Toki,
senakal apapun anakanya… aku tahu, Ayah akan selelau menyayangiku”
78
Cerita ini mengandung pesan akan kasih sayang orang tua. Senakal apapun anaknya, orang tua akan selalu menyayangi anaknya.
Adalagi mengenai menghargai perempuan. Pada novel tersebut Ibu Dam berkata
“… anak laki-laki yang baik tidak pernah meneriaki wanita, apalagi membuatnya sedih dan tersakiti”
79
Pada kutipan ini memiliki pesan untuk menghargai perempuan dan tidak menyakiti perempuan.
Dalam novel juga dituliskan untuk menyayangi orang tua, khusunya ayah. Penulis menuliskannya dengan penggambaran Taani
yang berkata pada Dam sebagai berikut: “kau tahu, sembilan puluh sembilan persen anak laki-
laki tidak pernah lagi mau memeluk ayah mereka sendiri setelah tumbuh dewasa. Padahal sebaliknya, sembilan puluh
sembilan persen dari ungkapan hati terdalamnya, seorang ayah selalu ingin memeluk anak-anaknya”
80
Dari paragraph diatas dapat diambil pesan bahwa seorang ayah selalu menyayangi anak-anaknya walaupu beliau tidak bisa
mengungkapkannya secara langsung. Seharusnya kita sebagai anaknya
78
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 57
79
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 91
80
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 256
peka dan mengetahui betapa banyaknya kasih sayang seorang ayah yang kita abaikan.
Dari keseluruhan, pesan dalam novel ini dituliskan langsung oleh sang penulis di bab epilog:
Untuk membuat hati kita lapang dan dalam, tidak cukup dengan membaca novel, membaca buku-buku,
mendengar petuah, nasihat, atau ceramah. Para sufi dan orang- orang berbahagia di dunia harus bekerja keras, membangun
benteng, menjauh dari dunia, melatih hati siang dan malam. Hidup sederhana, apa adanya, adalah jalan tercepat untuk
melatih hati di tengah riuh rendah kehidupan hari ini. percayalah, memiliki hati yang lapang dan dalam adalah
konkret dan menyenangkan, ketika kita bisa berdiri dengan seluruh kebahagiaan hidup, menatap kesibukan di sekitar, dan
melewati hari-hari berjalan, bersama keluarga tercinta.
81
Dari paragraf diatas kita bisa langusng menangkap apa pesan dari novel ini. bahwa kebahagiaan bisa di dapat dengan hidup
sederhana, namun kebahagiaan sulit untuk didapat, kita harus bekerja keras dan melatih hati kita agar bisa menemukan makna kebahagiaan
itu sendiri.
d. Setting Setting merupakan tempat, suasana, dan waktu terjadinya cerita
dalam novel. Dalam novel Ayahku Bukan Pembohong, ada beberapa setting tempat dan suasana saat terjadinya cerita. Berikut analisisnya:
1 Rumah Dam, banyak peristiwa dalam novel yang berlatar di rumah ini, termasuk saat Ayah Dam berdongeng.
81
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 299
2 Sekolah, tempat dimana konflik selalu muncul. Seperti saat Dam selalu berkelahi dengan jarjit atau bertemu dengan Taani.
3 Akademi Gajah, sekolah Dam setelah lulus. Digambarkan Akademi Gajah berada di pedalaman yang jauh dari jangkauan.
Berarsitektur tua dan megah. Seperti yang diceritakan dalam novel tersebut
“Bangunan sekolah kami terlihat tua, itu benar. Seminggu mengamatinya, aku lebih merasa bangunannya amat
berseni dan bersejarah…”
82
4 Lembah Bukhara, lembah yang dikunjungi Ayah Dam saat berpetualang. Lembah yang subur ditumbuhi banyak pohon-pohon
besar dan lebat. Tempat Ayah Dam bercerita mengenai Apel Emas. Seperti yang diceritakan Ayah Dam dalam novel tersebut
“kakek melihat hamparan indah lembah itu. Dibentengi delapan gunung, dihiasi enam air terjun setinggi ratusan meter,
dibungkus selimut kabut putih sejauh mata memandang, hamparan ladang subur, rumah-rumah panggung dari kayu
yang eksotis, lenguh suara burung dan hewan yang hidup bebas, itulah lembah permai. Bahkan disana angin tidak
berhembus lazimnya seperti di tempat-tempat lain. Cobalah duduk di salah satu beranda rumah mereka, pejamkan mata,
hanya soal waktu kalia akan tahu angin di lembah itu bernyanyi, melantunkan kabar betapa sejahtera, makmur dan
adil seluruh penghuninya. Itulah Lembah Bukhara yang tersembunyi dari peradaban manusia. Itulah lembah paling
indah di seluruh dunia”
83
82
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 114
83
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 136
5 Padang Rumput Luas, tempat dimana Suku Penguasa Angin bermukim. Ayah Dam mengunjungi tempat ini saat berpetualang
dan mendapatkan pengalaman menaiki layang-layang raksaksa. Seperti yang digambarkan dalam novel tersebut:
“Suku Penguasa Angin adalah klan besar. Mereka terdiri atas sembilan perkampungan, masing-masing seribu
penduduk. Mereka menguasai padang pengembalaan luas. Tanah mereka paling subur. Sungai mereka mengalir paling
bening. Tidak ada yang mengalahkan pemandangan indah perkampungan mereka.empat gunung berselimut salju. Empat
danau membiru. Saat musim dingin, danau itu menjadi hamparan lapangan es. Padang pengembalaan mereka jauh dari
mana-mana, terputus dari orang banyak…”
84
e. Sudut Pandang Menurut analisis peneliti, sudut pandang yang digunakan oleh
penulis novel Ayahku Bukan Pembohong, Tere-Liye ini mengunakan sudut pandang orang pertama, yaitu sebagai Dam, tokoh
utama dalam novel ini. Semua alur cerita terlihat seperti pandangan Dam. Dan dalam novel menggunakan kata “aku” sebagai pengganti
panggilan Dam.
2. Unsur Ekstrinsik Tidak banyak yang bisa dijabarkan mengenai Tere Liye,
informasi mengenai kehidupannya serta keluarganya sangat sedikit. Karena Tere Liye tumbuh di daerah Sumatera Pedalaman, maka
84
Tere-Liye, Ayahku Bukan Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 154
bahasa yang digunakan dalam novel ini juga mengandung sedikit sentuhan bahasa melayu yang biasa digunakan oleh penduduk daerah
Sumatra. Tere Liye berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya
berprofesi sebagai petani biasa. Karena itu latar belakang rumah Dam dalam novel dibuat sederhana meskipun Ibu Dam dulunya adalah
seorang artis. Dan juga banyak sekali pesan-pesan untuk hidup sederhana.