Karakteristik Pemilik Tempat Makanan Jajanan di Kelurahan Padang

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Pemilik Tempat Makanan Jajanan di Kelurahan Padang

Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang Pemilik tempat makanan jajanan sebagai orang yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan operasional di tempat makanan jajanan miliknya memiliki peranan yang penting, termasuk dalam hal penentuan jenis kemasan yang digunakan. Hasil penelitian terhadap 23 orang responden diketahui bahwa berdasarkan umur, pemilik tempat makanan jajanan paling banyak terdapat pada kisaran umur 35–43 tahun, yaitu sebanyak 10 orang 43,5. Pada umumnya orang dengan umur yang muda dianggap lebih berfikir modern, praktis dan lebih mudah dalam memperoleh informasi terkini. Namun dalam hal penggunaan Styrofoam sebagai kemasan makanan ternyata justru lebih banyak pada pemilik dengan usia 35-43 tahun dibandingkan dengan usia 26-34 tahun. Dapat diasumsikan bahwa walaupun usia mereka tidak muda, tetapi mereka memperoleh informasi tambahan dari orang lain misal: dari sesama pemilik tempat makanan jajanan tentang Styrofoam atau karena mereka melihat Styrofoam saat ini memang sedang populer digunakan oleh tempat-tempat makanan jajanan sebagai pengemas makanan sehingga untuk dapat bersaing mereka juga menggunakan Styrofoam. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono 1997 dalam Maulana bahwa perilaku seseorang dapat berubah dengan diperolehnya informasi tambahan tertentu melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Universitas Sumatera Utara Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi bagaimana tingkat pengetahuannya. Diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pemilik tempat makanan jajanan maka semakin tinggi pula pengetahuannya tentang Styrofoam, termasuk tentang bahaya penggunaannya sebagai kemasan makanan sehingga dengan demikian Styrofoam tidak digunakan untuk mengemas makanan. Namun pada tabel 4.1. terlihat justru sebagian besar responden yang menggunakan Styrofoam sebagai kemasan makanan adalah tamat SMA 56,5 dan perguruan tinggi 30,4. Dari 56,5 responden dengan tingkat pendidikan SMA ini diketahui 53,8 responden telah memiliki pengetahuan yang sedang dan 15,4 responden memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan responden yang masih memiliki pengetahuan buruk sebanyak 30,8 tabel 4.10. Dapat diasumsikan bahwa sebagian besar pemilik tempat makanan jajanan dengan pendidikan dan pengetahuan yang cukup baik tetap menggunakan Styrofoam sebagai kemasan makanan karena mereka menggunakan Styrofoam hanya agar bisa mengikuti trend dan bersaing dengan tempat makanan jajanan lainnya tanpa mempertimbangkan sisi kesehatan. Tempat makanan jajanan yang menggunakan Styrofoam sebagai kemasan makanan sebagian besar adalah tempat makanan jajanan dengan lama usaha 2-20 bulan Tabel 4.1.. Diasumsikan bahwa tempat makanan jajanan yang baru buka cenderung akan lebih menggunakan Styrofoam sebagai kemasan makanan karena beberapa tahun belakangan ini Styrofoam memang populer di kalangan bisnis kuliner. Styrofoam digunakan untuk memunculkan kesan praktis tetapi tetap terlihat modern dan mewah sebagai upaya untuk menarik perhatian pengunjung dan bersaing dengan tempat makanan jajanan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Deddi Dotu Universitas Sumatera Utara Hertanto dalam Puspitasari, A 2005 bahwa sebelum membuat kemasan perlu dilakukan riset trend dan riset pesaing untuk mengetahui kecenderungan mode yang berlaku dan mempelajari kegiatan para pesaing sehingga dapat bersaing dengan yang lainnya. Berdasarkan modal usaha dan Omset per bulan tabel 4.1., diketahui bahwa penggunaan Styrofoam sebagai kemasan makanan paling tinggi terdapat pada pemilik tempat jajanan dengan modal usaha Rp 10.000.000 – Rp 43.000.000, dan pada pemilik tempat makanan jajanan dengan Omset per bulan Rp 12.000.000 – Rp 79.000.000. Modal usaha sebesar Rp 10.000.000 ini merupakan modal usaha terendah di antara seluruh responen 23 orang responden. Demikian pula dengan Omset sebesar Rp 12.000.000 adalah Omset terendah di antara seluruh responden. Dengan kata lain, penggunaan Styrofoam sebagai kemasan makanan jajanan di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang dilakukan oleh tempat makanan jajanan dengan modal usaha minimal Rp 10.000.000 per bulan dan Omset Rp. 12.000.000 per bulan. Pada tabel 4.3. dapat diketahui bahwa seluruh responden 100 mengemas makanan bersuhu tinggi panas ke dalam kemasan Styrofoam, 20 orang 87,0 mengemas makanan berminyak dan berlemak ke dalam kemasan Styrofoam, dan 3 orang 13,0 yang mengemas makanan mengandung asam ke dalam kemasan Styrofoam. Hal ini tidak sesuai dengan himbauan BPOM. Menurut Husniah dalam Republika News, residu monomer stiren yang ada pada bahan kemasan Styrofoam dapat lepas ke dalam makanan yang berminyak atau berlemak, mengandung asam atau mengandung alkohol terlebih dalam keadaan panas. Universitas Sumatera Utara

5.2. Pengetahuan Pemilik Tempat Makanan Jajanan Tentang Penggunaan