Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Mahasiswa Indekost Terhadap Tindakan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI MAHASISWA INDEKOST TERHADAP TINDAKAN SEKSUAL PRANIKAH DI JALAN SEI
PADANG KELURAHAN PADANG BULAN SELAYANG I MEDAN TAHUN 2013
SKRIPSI
Oleh :
INTAN SABRINA LUBIS NIM. 091000140
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi Dengan Judul
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI MAHASISWA INDEKOST TERHADAP TINDAKAN SEKSUAL PRANIKAH DI JALAN SEI
PADANG KELURAHAN PADANG BULAN SELAYANG I MEDAN TAHUN 2013
Yang dipersiapkan untuk disidangakan oleh :
INTAN SABRINA LUBIS NIM. 091000140
Skripsi Ini Telah Diperiksa dan Disetujui untuk disidangkan di Hadapan Tim penguji Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh :
Dosen Pembimbing I
Drs. Alam Bakti Keloko M.Kes
NIP. 196206041992031001
Dosen Pembimbing II
Drs. Eddy Syarial, MS
(3)
(4)
ABSTRAK
Masalah pada remaja khususnya mahasiswa menunjukkan gejala peningkatan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, salah satunya yaitu perilaku seksual. Perilaku seksual yang terjadi di masyarakat disoroti oleh banyak pihak sebagai perilaku yang mengkhawatirkan dan membawa banyak dampak negatif, apalagi perilaku tersebut dilakukan oleh mahasiswa yang dianggap sebagai kaum intelektual yang mampu berpikir, bersikap dan berperilaku positif dimata masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mahasiswa indekost terhadap perilaku seksual pranikah, yang meliputi hubungan antara pengetahuan dan motivasi mahasiswa indekost terhadap tindakan seksual pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif-analitik. Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa yang berusia 18-24 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang tinggal di kost atau rumah sewa di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan. Banyaknya sampel berjumlah 61 orang, dengan tekhnik pengambilan sampel secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan pertanyaan ketika melakukan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa tidak ada hubungan (p > 0,05) antara pengetahuan, motivasi intrinsik terhadap tindakan seksual pranikah dan ada hubungan (p < 0,05) antara motivasi ekstrinsik terhadap tindakan seksual pranikah.
Berdasarkan kesimpulan maka disarankan perlunya bimbingan dari orangtua dalam hal menanamkan nilai agama dan moral di dalam diri anak, agar anak tidak terdorong untuk melakukan perilaku yang menyimpang khususnya perilaku seksual. Perlunya memberikan informasi dan penyuluhan kepada pihak pengelola atau pemilik kost agar semakin waspada dan semakin ketat untuk memberikan pengawasan kepada mahasiswa indekost yang tinggal di tempat yang mereka kelola.
(5)
ABSTRACT
Problems is teenagers specifically college students shows the increasing symptoms qualitatively and quantitatively, one of which is sexual behaviour. Sexual behavior which exists in the community caught the attention of many people as behavior that produced worries and bring about negative effects, especially when this is done by college students who are considered as intellectual people who are able to have positive thinking, attitude and behavior in the eyes of the community.
This research intend to know the relationship of boarding students toward premarital sexual behavior which includes the relationship between knowledge and motivation of students boarding againts in Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan premarital sexual action.
this research is a survey research descriptive-analitic. The population in this study were all students aged 18-24 years in both man and women living in the boarding house and rental house in Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan. The total sample is 61 people, with the sample collecting technique using purposive sampling. The data was collected using a questionnaire as a guide when conducting the interview questions.
Based on the research results obtained that there was no correlation (p>0,05) between knowledge, intrinsic motivation toward premarital sexual activity and there was a correlation (p<0,05) between extrinsic motivation toward premarital sexual action.
Based on the conclusions is need the suggested for parental guidance in term of religion and moral value instilled within the child, so that children are not compelled to perform deviant behavior especially sexual behavior. The need to provide information and counseling to the manager or owner of the boarding house to be more vigilant and more stringent to provide supervision to students who live in the boarding house where they manage.
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Intan Sabrina Lubis
Tempat/Tanggal Lahir : Emp. Aek Torop, 19 September 1991
Agama : Islam
Suku : Mandailing
Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Saudara : 3 orang
Alamat : Emp. Aek Raso Kecamatan Torgamba
Nama Orangtua : Sabran Lubis & Sri Juniarti
Riwayat Pendidikan
1 TK TUNAS HARAPAN Emp Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan (1995-1997)
2 SD Negeri 118268 Emp Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan (1997-2003)
3 SMP Negeri 1 Torgamba Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan (2003-2006)
4 SMA Negeri 1 Rantau Selatan Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu (2006-2009)
5 Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (2009-2013)
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, atas Rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Mahasiswa Indekost Terhadap Tindakan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013 . Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Drs. Eddy Syarial, MS selaku Dosen Pembimbing II dan Penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Namora Lumongga Lubis,MSc, PhD selaku Dosen Penguji II dan Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku Dosen penguji III yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik.
(8)
6. Para Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terutama Pak Warsito selaku pegawai PKIP
7. Ibu Yusniwarti Yusad, dr, Msi selaku dosen penasehat akademik.
8. Bapak Gipson selaku Kepala Lingkungan Sei Padang yang telah memberikan izin untukn melakukan penelitian ini.
9. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta saya yang tidak pernah lelah memberikan dukungan baik secara moral ataupun material dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Adik-adikku Sheila, Risky dan Adel serta semua sanak saudara yang telah memberikan dukungan dan doa.
11. Orang yang paling special buatku Roro Wayandana yang selalu ada buatku dan memberikan motivasi, saran untukku.
12. Sahabat-sahabatku yang paling kusayangi (Rindika Cristiani Srg.SKM, Vina Rahayu Purba, Kak Fiesta Octorina.SKM, Nurmaines Adika.SKM, Abang Iskandar Harahap, Ayu Indah Ningrum, Abang Reky, Dian sheilah, Cahya elika, Atina, Sefka, Puci terima kasih atas bantuan dan motivasi yang selama ini kalian berikan.
13. Teman-teman di peminatan PKIP Kak ida, kak vera, kak nila, kak mela, kak helmida yang telah memberikan banyak bantuan motivasi untukku.
14. Teman-taman PBL yang sangat kusayangi kak Maya, Kak Sity, Mince, kak Dina Kak Uya, yang telah banyak memberikan penulis dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman satu kost kak Ria, Uun, Nizwa, Yuli yang selalu memotivasi saya dan menemani saya di rumah.
16. Teman-teman yang kost di Jalan Sei Padang yang menjadi responden penelitian penulis, terima kasih untuk kesediannya memberikan jawaban dan informasi kepada penulis.
(9)
17. kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran pembuatan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Medan, Juli 2013
Penulis
(10)
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan
A strak………... i
A stra t ………. i
Daftar Riwayat Hidup ……… ii
Kata Pe ga tar ……….. iii
Daftar Isi ……… iv
Daftar Ta el ……… v
Daftar La pira ………. vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 7
1.3Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1 Tujuan Umum ... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ... 8
1.4Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1Perilaku ... 10
2.1.1 Pengetahuan (knowledge) ... 11
2.1.2 Motivasi ... 13
2.1.3 Tindakan ... 18
2.1.4 Faktor memengaruhi perilaku ... 18
2.2 Perilaku seksual ... 22
2.3 Perilaku seksual pranikah ... 24
2.3.1 Dampak melakukan hubungan seksual pranikah ... 24
2.3.1.1.Aspek medis ... 24
2.3.1.2.Aspek sosio-psikologis ... 25
2.4Kesehatan reproduksi ... 26
2.5Mahasiswa ... 27
2.5.1 Defenisi mahasiswa ... 27
2.6Mahasiswa indekost dan perilaku seksual ... 28
2.7Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seksual Mahasiswa indekost ... 30
2.8Kerangka konsep penelitian ... 32
(11)
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 34
3.1Jenis penelitian ... 34
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
3.2.1 Lokasi penelitian ... 34
3.2.2 Waktu penelitian ... 34
3.3Populasi dan Sampel penelitian ... 35
3.3.1 Populasi ... 35
3.3.2 Sampel... 35
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36
3.4.1 Data Primer ... 36
3.4.2 Data Sekunder ... 36
3.5Defenisi Operasional ... 36
3.6Aspek Pengukuran dan Instrumen ... 38
3.6.1 Aspek Pengukuran ... 38
1. Pengetahuan ... 39
2. motivasi ... 40
3. tindakan ... 41
3.6.2 Instrumen ... 41
3.7 Teknik Analisis Data dan Pengolahan Data ... 41
3.7.1 Analisis Data ... 41
3.7.2 Pengolahan Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN... 43
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43
4.1.1 Gambaran Geografis ... 44
4.1.2 Gambaran Demografis ... 44
4.2 Analisis Univariat Karakteristik Responden ... 44
4.2.1 Umur ... 45
4.2.2 Jenis Kelamin ... 45
4.2.3 Tingkat pendidikan ... 46
4.2.4 Jumlah Uang Saku ... 46
4.2.5 Pengetahuan Responden ... 47
4.2.6 Tingkat Pengetahuan ... 53
4.2.7 Motivasi Ikstrinsik Responden ... 53
4.2.8 Motivasi Ekstrinsik Responden ... 56
4.2.9 Tingkat Motivasi Intrinsik ... 59
4.2.10 Tingkat Motivasi Ekstrinsik ... 60
4.2.11 Tindakan Responden ... 60
4.2.12 Tingkat Tindakan ... 69
4.3 Analisis Bivariat ... 70
4.3.1 Tindakan seksual jenis kelamin ... 70
4.3.2 Tindakan seksual berdasarkan pengetahuan ... 71
4.3.3 Tindakan Seksual Motivasi Intrinsik ... 71
4.3.4 Tindakan Seksual Motivasi Ekstrinsik ... 72
BAB V PEMBAHASAN ... 74
(12)
5.2 Gambaran Pengetahuan Mahasiswa ... 76
5.3 Gambaran Motivasi Intrinsik Responden ... 78
5.4 Gambaran Motivasi Estrinsik Responden ... 79
5.5 Gambaran Tindakan Responden ... 81
5.6 Gambaran Tindakan seksual Berdasarkan Jenis Kelamin ... 85
5.7 Gambaran Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan ... 86
5.8 Gambaran Hubungan Motivasi Intrinsik dgn Tindakan ... 87
5.9 Gambaran Hubungan Motivasi Ekstrinsik dgn Tindakan ... 88
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
6.1 Kesimpulan ... 91
6.2 Saran ... 92
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Jumlah Uang Saku di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Pengertian Perilaku Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Aktifitas Yang Termasuk Perilaku Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Hubungan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Remaja Melakukan Hubungan Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan .
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Dampak Langsung Bagi Remaja Putri Yang Melakukan Hubungan Seksual Pranikah (Bersetubuh) di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Dampak Psikologis Akibat Melakukan Hubungan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Usia Wanita Yang Paling Baik Untuk Hamil di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Faktor Penyebab Kehamilan Pada Wanita di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1
(14)
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Cara Mencegah Terjadinya Kehamilan di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan. Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Tempat Kost Bisa
Dijadikan Tempat Melakukan Hubungan Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.15 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Perilaku Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Motivasi Intrinsik Responden Ketika Meningkatnya Hasrat Dan Dorongan Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Motivasi intrinsik Responden Terhadap Kebutuhan Biologis Yang Timbul Dari Dalam Diri Responden Untuk Melakukan Hubungan Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Motivasi Intrinsik Responden Ketika Berharap Ingin Punya Anak Secepatnya di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Motivasi Intrinsik Responden Ketika Responden Ingin Selalu Disayang Oleh Pacar di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Motivasi Intrinsik Responden Ketika Pacar Responden Telah Berminat Untuk Melakukan Hubungan Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Motivasi Ekstrinsik Responden Ketika Orang Tua Telah Memberi Izin Untuk Melakukan Hubungan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.22 Distribusi frekuensi Motivasi Ekstrinsik Responden Ketika Orang Tua Memaksa Responden Untuk Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Dengan Lawan Jenis Karena Faktor Ekonomi di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Motivasi Ekstrinsik Responden Ketika Responden Berada di Lingkungan Kost Yang Bebas dan Teman-teman Selalu Membawa Pasangan Keluar Masuk Kost di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
(15)
Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Motivasi Ekstrinsik Responden Ketika Banyaknya Majalah Dewasa Yang Menampilkan Foto-foto Porno di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Motivasi Estrinsik Responden Ketika Semakin Mudahnya Mengakses Video Porno di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.26 Distribusi Responden Menurut Tingkat Motivasi Intrinsik Terhadap Perilaku Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.27 Distribusi Responden Menurut Tingkat Motivasi Ekstrinsik Terhadap Perilaku Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap Pacaran di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.29 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Tempat Bertemu Pacar di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Lama Responden Ketemu Dengan Pacar di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan. Tabel 4.31 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap Berpegangan Tangan Dengan
Pacar di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.32 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Berpelukan Dengan Pacar atau Pasangan Kencan di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.33 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Berciuman Pipi di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.34 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Berciuman Bibir di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
(16)
Tabel 4.35 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Berciuman yang Di Fokuskan Pada Bagian leher (Necking) di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.36 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Meraba Bagian Dada Pacar di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.37 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Meraba Alat Vital Pacar Atau Pasangan Kencan di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.38 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Petting di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.39 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Bersetubuh di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.40 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.41 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Teman Akrab Responden di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.42 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pembicaraan Bersama Teman Akrab Mengenai Seks di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.43 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Topik Pembicaraan Seksual Responden Dengan Teman Akrab di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.44 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Melakukan Hubungan Seksual Karena diajak Teman di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan. Tabel 4.45 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap Membaca atau Menonton
(17)
Tabel 4.46 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap nasehat Orangtua Yang Berhubungan Dengan Pacaran di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.47 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pembicaraan Orang Tua Mengenai Kesehatan Reproduksi di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.48 Distribusi Responden Menurut Tingkat Tindakan Terhadap Perilaku Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.49 Distribusi Responden Menurut Tindakan Seksual Pranikah Berdasarkan Jenis Kelamin di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.50 Distribusi Responden Menurut Tindakan Perilaku Seksual Pranikah berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai Hubungan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.51 Distribusi Responden Menurut Tindakan Seksual Pranikah berdasarkan Tingkat Motivasi Intrinsik terhadap Perilaku Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
Tabel 4.52 Distribusi Responden Menurut Tindakan Seksual Pranikah berdasarkan Tingkat Motivasi Ekstrinsik terhadap Perilaku Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner (Instrumen Penelitian) Lampiran 2. Master Data
Lampiran 3. Surat Permohonan Survei Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 5. Surat Rekomendasi BALITBANG Kota Medan Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian
(19)
ABSTRAK
Masalah pada remaja khususnya mahasiswa menunjukkan gejala peningkatan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, salah satunya yaitu perilaku seksual. Perilaku seksual yang terjadi di masyarakat disoroti oleh banyak pihak sebagai perilaku yang mengkhawatirkan dan membawa banyak dampak negatif, apalagi perilaku tersebut dilakukan oleh mahasiswa yang dianggap sebagai kaum intelektual yang mampu berpikir, bersikap dan berperilaku positif dimata masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mahasiswa indekost terhadap perilaku seksual pranikah, yang meliputi hubungan antara pengetahuan dan motivasi mahasiswa indekost terhadap tindakan seksual pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif-analitik. Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa yang berusia 18-24 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang tinggal di kost atau rumah sewa di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan. Banyaknya sampel berjumlah 61 orang, dengan tekhnik pengambilan sampel secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan pertanyaan ketika melakukan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa tidak ada hubungan (p > 0,05) antara pengetahuan, motivasi intrinsik terhadap tindakan seksual pranikah dan ada hubungan (p < 0,05) antara motivasi ekstrinsik terhadap tindakan seksual pranikah.
Berdasarkan kesimpulan maka disarankan perlunya bimbingan dari orangtua dalam hal menanamkan nilai agama dan moral di dalam diri anak, agar anak tidak terdorong untuk melakukan perilaku yang menyimpang khususnya perilaku seksual. Perlunya memberikan informasi dan penyuluhan kepada pihak pengelola atau pemilik kost agar semakin waspada dan semakin ketat untuk memberikan pengawasan kepada mahasiswa indekost yang tinggal di tempat yang mereka kelola.
(20)
ABSTRACT
Problems is teenagers specifically college students shows the increasing symptoms qualitatively and quantitatively, one of which is sexual behaviour. Sexual behavior which exists in the community caught the attention of many people as behavior that produced worries and bring about negative effects, especially when this is done by college students who are considered as intellectual people who are able to have positive thinking, attitude and behavior in the eyes of the community.
This research intend to know the relationship of boarding students toward premarital sexual behavior which includes the relationship between knowledge and motivation of students boarding againts in Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan premarital sexual action.
this research is a survey research descriptive-analitic. The population in this study were all students aged 18-24 years in both man and women living in the boarding house and rental house in Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan. The total sample is 61 people, with the sample collecting technique using purposive sampling. The data was collected using a questionnaire as a guide when conducting the interview questions.
Based on the research results obtained that there was no correlation (p>0,05) between knowledge, intrinsic motivation toward premarital sexual activity and there was a correlation (p<0,05) between extrinsic motivation toward premarital sexual action.
Based on the conclusions is need the suggested for parental guidance in term of religion and moral value instilled within the child, so that children are not compelled to perform deviant behavior especially sexual behavior. The need to provide information and counseling to the manager or owner of the boarding house to be more vigilant and more stringent to provide supervision to students who live in the boarding house where they manage.
(21)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah meningkatkan perilaku masyarakat agar bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan ancaman kesehatan lainnya, sadar hukum, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (Depkes RI).
Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia khususnya sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat sesuai dengan Visi Indonesia Sehat 2025. Diharapkan juga dengan memiliki perilaku hidup sehat mahasiswa diharapkan memiliki kesehatan yang baik pula yang selanjutnya akan mendukung tercapainya sumber daya manusia yang baik dan berkualitas karena kesehatan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia (Nining, 2009).
Menurut Gunarsa (2000), mahasiswa dapat digolongkan kedalam kelompok remaja lanjut. Remaja lanjut mulai mengembangkan kemampuannya mengadakan hubungan sosial baik dengan teman sebaya maupun orang lain yang berbeda tingkat kematangan sosialnya. Mahasiswa yang berada pada masa remaja lanjut memang menghadapi berbagai kesulitan dan tidak semua mampu mengatasi diri. Seiring pula dengan pergeseran dari depedensi ke indepedensi, Mahasiswa merasa lebih bebas untuk bergaul.masalah pergaulan bisa menjadi masalah yang cukup pelik, baik kerena percintaan, tidak bisa menyesuaikan diri dan keterlibatan terhadap kelompok bergaul yang negatif.
(22)
Salah satu masalah tentang pergaulan yaitu pergaulan ditempat kost, Dapat dilihat dari sebuah sumber bahwa mahasiswa memiliki mental dan perilaku yang memprihatinkan. Contoh penelitian dari Widjanarko (2003) yang mengungkapkan 97% mahasiswa indekost di Yogyakarta sudah tidak perawan lagi dan di Semarang juga terdapat peristiwa yang tak kalah hebohnya yaitu penggrebekan terhadap rumah-rumah kost yang ternyata digunakan sebagai tempat mesum juga semakin tingginya angka pernikahan mahasiswa karena sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah, semakin merebaknya mahasiswa yang berprofesi sebagai pekerja seks komersil dan melakukan hubungan seksual di kamar mandi tempat ibadah serta kasus-kasus aborsi yang belum terungkap (Widjanarko, 2003)
Maraknya pergaulan bebas membuat kehidupan mahasiswa kost sangat rentan dengan perilaku seksual pranikah. Perkembangan jaman dan teknologi, maraknya media fornografi, kurangnya control orang tua dan kebebasan yang diberikan ibu kost membuat mahasiswa semakin leluasa melakukan hubungan seksual pranikah didalam kost. Seksual pranikah yang membawa dampak yang sangat buruk bagi pelakunya diantaranya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), penyakit menular seksual(PMS), serta HIV dan AIDS (Nining, 2009).
Pengetahuan subjek yang rendah tentang seksual pranikah serta perilaku yang permisif membuat subjek semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah yang tidak bertanggung jawab. Lingkungan teman sebaya yang permisif yang sudah melakukan hubungan seksual pranikah mempengaruhi kecenderungan subjek terhadap perilaku tersebut. Semakin canggih nya teknologi internet membuat informasi seksual pranikah semakin mudah untuk diakses dan juga ketidakberadaan induk kost membuka kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah dikamar kost.
(23)
Menurut Agus mochtar yang dikutip oleh Nining (2009), Bahwa adanya pola hubungan yang tidak akrab antara pemilik rumah kost dengan mahasiswa mahasiswi yang dimaksud yaitu tidak adanya komunikasi antara anak kost dengan pemilik kost misalnya pemilik kost tidak ingin tahu apa yang dikerjakan anak kostnya dan anak kost tersebut tidak segan dengan ibu kostnya sehingga membuat kehidupan seksual ditempat kost menjadi sangat bebas. Sebanyak 72,9% responden perempuan yang mengaku hamil, diantara mereka 91,5% telah melakukan aborsi. Tindakan aborsi tersebut biasanya menggunakan dukun beranak sebanyak 94,8% dan hanya terdapat 5,25% aborsi perempuan yang dilakukan dengan adanya bantuan petugas paramedis. Selain itu, terdapat 33,2% (perempuan) dan ada 16,8% (laki-laki) yang telah mengaku menderita penyakit seksual kelamin akibat melakukan hubungan seks bebas.
Dari hasil penelitian sejumlah remaja di DKI Jakarta dan Banjarmasin, ketika ditanya model berpacarannya sekitar 61 % sudah berciuman. Dari 400 responden di masing-masing kota sekitar 6-7% sudah meraba alat vital kelamin pasangannya. Yang sampai bersenggama sekitar 1-2%. Begitu pula penelitian Baren dalam nining (2009), menyatakan bahwa dari penelitian yang dilakukan terhadap remaja di Medan sebagaimana dimuat di tabloit wanita Indonesia, memperlihatkan gambaran betapa gampangnaya remaja melakukan hubungan seks tanpa melalui jenjang pernikahan yang sah. Penelitian ini menyebutkan mereka yang melewati masa pacaran 2-6 bulan sudah dipastikan melakukan hubungan seks, apalagi yang sudah berpacaran lebih dari setahun (Nining, 2009).
Hasil survei UNFPA tahun 2000 mengenai jumlah penduduk usia 20-24 tahun yang melakukan hubungan sek pranikah di beberapa kota besar yaitu Manado, Surabaya, Malang dan Denpasar sebesar 26-29%, Bandung 20,2%, Bogor 30%, dan Sukabumi 26,5% (BKKBN,2004).
(24)
Remaja merupakan usia yang rentan dalam menanggapi perubahan yang ada disekitarnya. Hasil riset synoviet tahun 2004 juga membuktikannya. Riset dilakukan di empat kota yakni, Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan. dari 450 responden ,44% mengaku berhubungan seks pertama kali pada usia 16-18 tahun. Bahkan ada 16 responden yang mengenal seks sejak usia 13-15 tahun. Sebanyak 40 % responden melakukan hubungan seks dirumah. Sedangkan 26% melakukan di tempat kost, dan 20 % lainnya di hotel (Joko, 2009).
Berdasarkan survei dasar kesehatan reproduksi remaja (KKR) yang dilakukan BKKBN di Jawa Barat terdapat 288 responden usia 14-22 tahun di 6 Kabupaten Kota Jawa Barat pada Mei 2002 diperoleh 39,65% remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah, Selain itu terungkap pula 83 % responden sama sekali belum memiliki pengetahuan tentang konsep reproduksi, 40,6 5 tidak tahu tentang seksual beresiko, dan 42,42 % tidak tahu tentang penyakit menular seksual (PMS) (Sendjaja, 2002).
Sedangkan dari hasil poling LSM Sahara di kota Bandung, adalah 44,8% mahasiswi melakukan hubungan intim atau seks. Sebagian besar mahasiswa mahasiswi tersebut melakukan hubungan intim dikamar kost atau di kontrakan nya. Dari tahun 2000-2002 diketahui bahwa tempat yang paling sering dijadikan untuk melakukan hubungann seksual yaitu dirumah kost (51,5 %), kemudian menyusul di rumah kontakan pribadi sekitar (30%), rumah yang jauh dari kampus membuat mahasiswa dan mahasiswi memilih untuk tinggal di rumah kost dampak positifnya adalah mereka bisa mandiri dan bisa mengambil kesimpulan, dampak lain, lemahnya kontrol orang tua dan ibu kost membuat para mahasiswa dan mahasiswi melakukan hubungnan seksual dikamar kostnya (Tempo, 2006).
Data dari hasil survei yang diperoleh secara acak dalam kurun waktu enam bulan terakhir yang disampaikan oleh ketua KPPA (kantor pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak)
(25)
Kabupaten Ponogoro pada tanggal 17 Desember 2010 bahwa angka persentase menunjukkan dari 5 orang gadis 4 orang telah melakukan hubungan seks pranikah sehingga tidak perawan lagi dan BKKBN tahun 2010 mencatat dikalangan remaja Jabotabek sekitar 51% telah melakukan hubungan seksual pranikah, Surabaya mencapai 54%, Bandung 47%, dan Medan 52%. LSCK PUSBIH (lembaga studi cinta dan kemanusiaan serta pusat pelatihan bisnis dan humaniora) pada tahun 2002 menemukan fakta bahwa 1.160 orang responden yang tersebar di 16 perguruan tinggi di Yogyakarta, 97,05 % dari responden itu mengaku kehilangan keperawanannya dalam periodisasi waktu kuliahnya (suara pembaruan_online.com).
Berdasarkan penelitian Boyke yang dikutip oleh Arliza bahwa 50% pengunjung klinik aborsi adalah remaja dan 44% hamil diluar nikah, jumlah kasus aborsi 800.000 – 1.000.000 pertahun, 11% diantaranya dilakukan oleh wanita yang belum menikah dan 51% dari seluruh kasus tersebut dilakukan oleh wanita usia muda.pada 33 provinsi di indonesia, 63% remaja di indonesia pernah berhubungan seks. Sebanyak 21% remaja diantaranya pernah melakukan aborsi (BKKBN, 2008).
Data dari Bapenas tahun 2009 menyebutkan bahwa kasus aborsi di indonesia sebanyak 2,3 juta pertahun, 30% dilakukan oleh remaja. Dan berdasarkan data Departemen Kesehatan hingga September 2008, selain masalah seks pranikah dari 15.210 penderita HIV/AIDS di indonesia, 54% di antaranya adalah remaja (Arliza, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian di kelompok SAHIVA (sadar HIV/AIDS) tentang perilaku kesehatan reproduksi anak kost pada tahun 2005 di jalan Dr.Mansyur dan Jamin Ginting Medan di kawasan kampus USU, Bahwa rata-rata anak kost pernah melakukan aktifitas seksual di tempat kost, baik berupa ciuman, berpelukan, oral seks, vaginal seks, anal seks bahkan ada yang melakukan pesta seks. Sebanyak 52,0% anak kost paling banyak melakukan aktifitas seksual
(26)
dengan pacarnya sendiri, 14,4% dengan kawan lawan jenis, 10,4% dengan sesama jenisnya, dan bahkan ada yang berhubungan dengan pekerja Seks Komersil yaitu sebanyak 4,0%. Rata-rata anak kost pulang lewat pukul 10 malam (88,0%), membawa teman lawan jenisnya ke kamar (56,8%), membawa pacar ke dalam kamar (53,6%) dan menerima tamu menginap di kamar selain dari orang tua dan saudara kandungnya (84,8%) (Arliza, 2010).
Persoalan-persoalan di atas menunjukkan bahwa permasalahan dan akibat dari perilaku seksual, pranikah remaja dari tahun ke tahun semakin bertambah. masalahnya, perkembangan itu bukan malah bertambah baik tapi justru bertambah buruk, karena pada umumnya perkembangan hubungan seksualitas remaja diakibatkan adanya persepsi yang keliru mengenai pacaran (Doni, 2001).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis di jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan, banyak sekali mahasiswa yang keluar masuk kost dan rumah membawa pasangan atau teman lelakinya, mereka berasal dari berbagai universitas yang ada di kota Medan. Sebenarnya rumah kosan di Jalan Sei Padang sangat di jaga ketat oleh siskamling yang tidak memperbolehkan laki-laki bertamu diatas pukul 23.00. akan tetapi, Dengan berbagai cara mereka bisa lolos dari pengawasan penjaga siskamling. Sebagian besar mahasiswa yang bertempat tinggal di Jalan Sei Padang ikut bergabung dalam berbagai organisasi dikampusnya sehingga mereka pulang sampai larut malam.
Penulis memperoleh informasi dari penjaga siskamling di Jalan Sei Padang, beberapa waktu lalu ada dua orang mahasiswa perempuan yang tinggal di tempat berbeda tertangkap basah membawa pasangannya lelakinya tidur dikamar kostnya yang berada di lantai dua. Mereka kedapatan sedang melakukan hubungan intim di dalam kamar sehingga mereka di usir dari kostnya tersebut.
(27)
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian di Jalan Sei Padang, untuk mengetahui sejauh mana perilaku seksual pranikah mahasiswa indekost di daerah tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Sejauhmana hubungan antara pengetahuan dan motivasi mahasiswa indekost terhadap tindakan hubungan seksual pranikah di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi mahasiswa indekost terhadap tindakan hubungan seksual pranikah di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa indekost tentang hubungan seksual pranikah Di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013.
2. Untuk mengetahui motivasi mahasiswa indekost terhadap hubungan seksual pranikah di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013.
3. Untuk mengetahui tindakan mahasiswa indekost terhadap hubungan seksual pranikah di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013.
(28)
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seksual pranikah pada mahasiswa di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Kelurahan
Sebagai bahan masukan tentang dampak yang ditimbulkan dari perilaku seksual pranikah di tempat kost.
2. Bagi responden
Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan responden tentang bahaya yang ditimbulkan dari perilaku seksual pranikah dan kesehatan reproduksi remaja. 3. Bagi penelitian selanjutnya
Sebagai bahan masukan untuk menambah referensi bagi pengembangan ilmu atau penelitian sejenis yang membutuhkan.
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku
Menurut Ensiklopedia Amerika Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003) merumuskan bahwa Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang ada di lingkungan sekitarnya (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses stimulus terhadap suatu organism, kemudian organism ini merespon, maka teori Skinner disebut teori“SOR“atau stimulus organism respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap suatu stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati oleh orang lain.oleh karena itu disebut covert behavior atau unobservable behavior, misalnya: seorang remaja yang tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seksual pranikah, dan ibu hamil yang tahu pentingnya periksa kehamilan dan sebagainya.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon satau reaksi seseorang terhadap suatu stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dapat dengan mudah diamati oleh orang lain . oleh karena itu disebut dengan overt behavior atau perilaku terbuka. Misalnya :seorang ibu hamil yang pergi memeriksakan
(30)
kehamilannya ke puskesmas, remaja yang ikut pelatihan tentang resiko perilaku seksual pranikah dan sebagainya.
Menurut Notoadmodjo (1993) proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri (internal) dan dari luar diri (eksternal). Faktor internal mencakup pengetahuan, motivasi, persepsi, kecerdasan emosi dan sebagainya dan berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun nonfisik seperti iklim, manusia, social, ekonomi, budaya dan lain-lain.
2.1.1. Pengetahuan (knowledge)
Menurut Notoadmodjo (2005), bahwa Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai dengan menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan , yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan yang
(31)
paling rendah. Kata kerja yang dapat mengukur apakah orang tersebut tahu tentang sesuatu yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (comprehension)
Memahami sebuah objek bukan hanya sekedar tahu tentang objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkannya, tetapi orang tersebut dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip atau cara yang diketahui tersebut terhadap situasi yang lain. Dengan kata lain aplikasi atau penggunaan rumus-rumus, hukum, metode, prinsip, dan sebagainya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang tersebut telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat memisahkan atau membedakan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut .
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seeorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
(32)
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada kriteria yang didtentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
2.1.2. Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti “dorongan” atau “daya penggerak” yang
ada dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan atau aktifitas (Herijulianti, 2001).
Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menuaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dari berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1998).
Motivasi berasal dari bahasa latin “mevore” berarti “menggerakkan” yaitu kekuatan
psikologis yang menggerakkan seseorang ke arah beberapa jenis tindakan dan sebagai suatu kesediaan untuk menerima pembelajaran dengan kesiapan sebagai bukti dari motivasi, dengan hasil faktor internal dan faktor eksternal dan bukan hasil manipulasi eksternal saja (Haggard, 2001).
Menurut Djamarah (2002), motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
(33)
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran.
Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang memengaruhi motivasi intrinsik yaitu : 1) Kebutuhan (need)
Seseorang melakukan aktifitas atau kegiatan karena adanya faktor-faktor kebutuhan baik biologis maupun psikologis.
2) Harapan (Expentancy)
Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang. keberhasilan dan harga diri meningkat dan menggerakkan seseorang kearah pencapaian tujuan.
3) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh (tanpa adanya pengaruh dari ornag lain).
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu (Hamzah, 2009).
Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang memengaruhi motivasi ekstrinsik adalah : 1) Dorongan keluarga
Seseorang melakukan perilaku seksual pranikah bukan kehendak sendiri tapi karena dorongan dari kelurga untuk melakukan hal itu seperti dorongan dari
(34)
ayah, ibu, kakak, adik dan lainnya karena berbagai alasan. Dukungan dan dorongan dari keluarga semakin memantapkan anak tersebut untuk melakukan seksual pranikah.
2) Lingkungan
Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal, lingkungan dapat memengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam mengubah tingkah lakunya. Di lingkungan indekost yang bebas dan tidak terkontrol oleh ibu kos akan mempermudah seseorang untuk melakukan hal yang menyimpang, selain itu didukung oleh teman-teman yang cuek atau tidak mau tahu apa yang dilakukan oleh temannya, akan memotivasi seorang mahasiswa melakukan perilaku seksual pranikah.
3) Media
Media adalah faktor yang sangat berpengaruh bagi responden dalam memotivasi mahasiswa indekost untuk melakukan perilaku seksual pranikah. karena pada era globalisasi ini tekhnologi semakin canggih dan semakin mudah bagi mahasiswa itu untuk memperoleh informasi atau pengetahuan mengenai perilaku seksual. seperti menonton video porno, membaca di majalah, dan lain-lain.
Adapun berbagai pendekatan dalam motivasi antara lain : a. Pendekatan insting
Instink adalah pola perilaku yang kita bawa sejak lahir yang secara biologis diturunkan. Beberapa instink yang mendasar adalah instink untuk menyelamatkan diri dan instink untuk
(35)
hidup. seks adalah salah satu instink untuk hidup karena terkait dengan fungsi reproduksi. Sedangkan menjelajah/eksplorasi didasari oleh instink menyelamatkan diri. Karena motivasi bukan sesuatu yang dapat secara langsung dipelajari maka cara mempelajari motivasi dengan menelaah mengenai kebutuhan manusia. Kebutuhan adalah ketidakseimbangan maka kita akan berusaha memenuhi kebutuhan agar terjadilah keseimbangan.
b. Pendekatan pemuasan kebutuhan (drive-reduction)
Teori ini menekankan pada apa yang menarik seseorang untuk berprilaku atau drive theory ini menjelaskan motivasi dalam suatu gerak sirkuler. Manusia terdorong untuk berprilaku tertentu guna mencapai tujuannya sehingga tercapailah keseimbangan. Dengan demikian teori ini merupakan teori yang berusaha menjelaskan apa yang menarik seseorang untuk berprilaku tertentu atau disebut juga sebagai push theory.
c. Pendekatan insentif
Teori ini berlawanan dengan dorongan yang memfokuskan diri pada apa yang mendorong seseorang untuk berprilaku tertentu, maka push theory lebih tertarik untuk mempelajari apa yang dapat menarik seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Insentif merupakan stimulus yang menarik seseorang untuk melakukan sesuatu karena dengan perilaku tersebut seseorang akan mendapatkan imbalan.
d. Pendekatan Arousal
Pendekatan ini mencari jawaban atas tingkah laku dimana tujuan dari perilaku ini adalah untuk memelihara atau meningkatkan rasa ketegangan. Teori ini disebut juga teori oponen-proses. Pada umumnya manusia cenderung mencari kesenangan atau kenikmatan, namun pada suatu titik tertentu rasa nikmat itu sudah beradaptasi dan kenikmatan ini kemudian turun pada derajat tertentu (Carlson dan Buskist, 1997).
(36)
e. Pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif menjelaskan bahwa motivasi merupakan produk dari pikiran, harapan dan tujuan seseorang (Feldman, 2003). Dalam pendekatan ini dibedakan antara motif intrinsik atau motif yang berasal dari dalam diri, dengan motif ekstrinsik atau motif dari luar diri.
Motivasi dapat dibagi dalam dua jenis motif, yaitu motif biologis dan motif sosial. motif biologis yaitu motif yang tidak dipelajari terlebih dahulu dan sudah ada sejak lahir, sedangkan motif sosial adalah motif yang dipelajari dan tidak dibawa sejak lahir. Pengukuran motivasi bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan test proyektif, kuesioner, dan observasi perilaku.
2.1.3. Tindakan atau praktik (practice)
Menurut Notoadmodjo (2005), sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya suatu tindakan perlu factor lain adanya fasilitas atau sarana prasarana.
Praktik atau tindakan memiliki beberapa tingkatan menurut kualitasnya, yaitu: a. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatau tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktek yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.
(37)
Menurut Notoadmodjo (2005) faktor yang menentukan atau membentuk perilaku disebut dengan determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan, ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-penelitian kesehatan masyarakat. Teori tersebut antara lain :
a. Teori Lawrence Green
Green membedakan ada dua determinan masalah perilaku, yaitu behavioral factor (faktor perilaku), dan non behavioral factors atau faktor non-perilaku. Selanjutnya faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :
1. Faktor faktor predisposisi (disposing faktors)
Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling faktors)
Adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud faktor pemungkin adalah sarana prasarana untuk terjadinya perilaku kesehatan misalnya, puskesmas, posyandu, rumah sakit dan sebagainya.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Adalah faktor yang mendorong atau yang memperkuat terjadinya perilaku dan merupakan kelompok referensi dari kelompok masyarakat.kadang kala, meskipun orang mampu untuk berprilaku sehat, tetapi tidak mau melakukannya. Misalnya, harus ada anjuran dar orang tua dan tokoh masyarakat.
Secara sistematis perilaku sehat menurut Green dapat digambarkan sebagai berikut :
(38)
B = Behavior F = Fungsi
Pf= Predisposing factors Ef= Enabling factors Rf= Reinforcing factors
b. Teori Snehandu B.Karr
Karr mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari :
1. Niat seseorang untuk bertindak sehubumgan dengan objek atau stimulus di luar dirinya (intention)
2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitar (social support)
3. Terjangkaunya informasi yang terkait dengan kegiatan yang akan diambil seeorang (accessibility of information)
4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan (personnal autonomy).
5. Adanya kondisi atau situasi yang memungkinkan untuk seseorang bertindak (action situation).
Secara sistematis Teori Karr dapat dirumuskan sebagai berikut :
B = Behavior F = Fungsi
(39)
Bi = Behavior intention Ss = Sosial support
Ai = Accessibility information
c. Teori WHO
WHO mengatakan bahwa seseorang berprilaku karena adanya 4 alasan pokok (determinan), yaitu :
1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)
Modal awal untuk bertindak dan berprilaku adalah hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan seseorang yang menghasilkan pertimbangan peribadi terhadap objek atau stimulus. Yakni dalam bentuk kepercayaan, sikap, persepsi dan nilai-nilai seseorang terhadap suatu objek dalam hal ini khususnya objek kesehatan.
2. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dapat dipercaya (personnal references).
3. Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendudkung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat
4. Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang.
Teori dari tim WHO ini dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut :
B = Behavior F = Fungsi
(40)
Tf = Thougts and feeling Pr = Personal references R = Resouces
C = Culture
2.2. Perilaku seksual
Perilaku seksual menurut Sarwono (2004), ialah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk bentuk tingkah laku ini bermacam-macam ada yang dimulai dari pasangan tertarik sampai berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objekbya bisa orang lain, diri sendiri atau bahkan dalam khayalan.
Menurut Setyawan (2007), perilaku seksual atau hubungan seksual adalah persenyawaan, persetubuhan, dan satu aktivitas merangsang dari sentuhan kulit secara keseluruhan, sampai mempertemukan alat kelaminm laki-laki kedalam organ vital wanita. Rangsangan ini adalah naluri alamiah semua makhluk hidup untuk menyamb ung generasi seterusnya agar gen ini tidak terputus.
Beberapa tahapan dari perilaku seksual yang biasanya dilakukan, dimana tahapan selanjutnya adalah lebih berat sifatnya dan lebih mengarah pada perilaku seksual. Tahapan tersebut antara lain (London, 1978 dalam Amalia, 2007) :
(41)
Rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara berfantasi, menonton film, dan membaca buku-buku porno.
2. Autosexuality/mansturbation
Perilaku merangsang diri sendiri dengan melakukan mansturbasi untuk mendapatkan kepuasan seksual.
3. Heterosexuality:kissing and necking
Saling merangsang dengan pasangannya tetapi tidak mengarah kedaerah sensitive pasangannya, hanya sebatas cium bibir dan leher pasangannya.
4. Heterosexuality
a. Light petting
Perilaku saling menempelkan anggota tubuh dan masih dalam keadaan memakai pakaian. b. Heavy petting
Perilaku saling menggesek-gesekkan alat kelamin dan dalam keadaan tidak memakai pakaian untuk mencapai kepuasan.tahap ini adalah awal terjadinya hubungan seks.
5. Heterosexuality;capulaation
Perilaku melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual masing-masing.
2.3. Perilaku seksual pranikah
Menurut Setyawan (2007), perilaku seksual pranikah adalah tindakan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.
(42)
2.3.1. Dampak melakukan hubungan seksual pranikah 2.3.1.1. Aspek medis
Dari aspek medis melakukan hubungan seksual pranikah memiliki banyak konsekuensi, sebagai berikut :
1. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada usia muda karena minimnya informasi
tentang “bagaimana seorang permpuan bisa hamil”dan mempertinggi kasus kehamilan yang
tidak diinginkan. menurut data PKBI, 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan .dari jumlah itu 30,0 % adalah masih remaja, 27,0% masih menikah dan 12,5% masih berstatus pelajar dan mahasiswa dan sisanya adalah ibu rumah tangga (Yudhi, 2008 dalam Joko Pranoto 2009).
2. Terjangkit penyakit menular seksual
PMS atau penyakit menular seksual adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. seseorang beresiko tinggi terkena penyakit menular seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.bila tidak diobati dengan benar penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi seperti, kemandulan, kebutaan pada bayi baru lahir bahkan kematian. Di indonesia penyakit menular seksual yang banyak ditemukan saat ini adalah Gonore (GO), Sifilis (raja singa), Herpes simpleks, Klamidia, Trikomoniasis vagina, Kutil kelamin hingga HIV/AIDS.
2.3.1.2. Aspek-sosial psikologis
Adapun gangguan seksual yang dapat dialami laki-laki dan perempuan karena melakukan hubungan seksual pranikah dari segi psikologis yaitu:
(43)
1. Impotensi : jika itu terjadi akibat dari aspek psikologis, maka gangguan itu muncul karena perasaan khawatir yang berlebihan, takut kalau pacarnya hamil dan lain-lain. 2. Jika laki-laki mendapatkan ejakulasi sebelum terjadi atau beberapa detik setelah
penetrasi, ini terjadi karena akibat rasa cemas akan takut dosa, atau ketahuan orang dan lain-lain.
Gangguan pada perempuan :
1. Frigiditas : kelainan yang menyebabkan perempuan tidak atau kurang mempunyai gairah seksual. ini terjadi karena hubungan psikologis seperti cewek tidak senang dengan pasangan seksualnya, rasa malu, takut, perasaan bersalah, disamping bisa juga karena faktor organik.
2. Anorgasmus : tidak tercapainya orgasme atau kepuasan seksual. ini terjadi akibat perempuan mengalami tekanan psikologis karena telah melakukan hubungan seksual pranikah.
3. Vaginismus : kejang dari 1/3 bagian bawah otot vagina. ini bisa terjadi karena perempuan memiliki pengalaman buruk pada hubungan seksual pranikah.
4. Disparemia : rasa sakit timbul saat melakukan hubungan seksual (Ma’shum, 2004).
2.4. Kesehatan Reproduksi
Reproduksi adalah proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya.sedangkan alat reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia (BKKBN, 2004).
Kesehatan reproduksi keadaan dimana fisik, mental dan social dalam keadaan sejahtera bukan hanya bebas dari sakit ataupun kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya (Hadi, 2008).
(44)
Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan social yang sempurna dan bukan sekedar terbebas dari sakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya. Pengertian sehat bukan semata-mata bebas dari penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental maupun cultural.remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memilki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta bagaimana factor yang ada di sekitarnya. dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki tingkah laku yang bertangung jawab mengenai proses reproduksi yang dialaminya.
Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai wawasan kesehatan reproduksi yang baik adalah :
1. Pengenalan mengenai system, proses dan fungsi alat reproduksi
2. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin dan perlu merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginanya dan pasangannya.
3. Pengenalan mengenai penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi.
4. Bahaya narkoba dan miras terhadap kesehatan reproduksi. 5. Peran dan pengaruh media terhadap kesehatan reproduksi. 6. Kekerasan seksual dan bagaimana cara menghadapinya.
7. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negative.
8. Hak-hak reproduksi.
2.5. Mahasiswa
(45)
Defenisi mahasiswa menurut kamus besar bahasa Indonesia (Kamisa, 1997) adalah individu yang sedang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa dalam perkembangannya berada dalam kategori remaja akhir yang berada pada rentang usia 18-24 tahun (Monks dkk, 2001). Menurut Papalia, dkk (2007), usia ini berada pada tahap perkembangan dari remaja atau
adolescence menuju dewasa muda atau young adulthood. pada usia ini, perkembangan individu diawali dengan pencarian identitas diri, adanya pengaruh lingkungan serta telah dapat memilih jalan hidup yang akan di tempuhnya.
Mahasiswa merupakan agent of change atau agen perubahan serta amanat perguruan tinggi sebagai darma baktinya untuk pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa harus memiliki kepekaan social yang terjadi dimasyarakat.
Adapun ciri-ciri mahasiswa pada rentang usia 18-24 tahun ialah : a. Stabilitas dalam kepribadian mulai meningkat
b. Pandangan yang realistik tentang diri sendiri dan lingkungan hidupnya.
c. Keterampilan untuk memahami segala macam permasalahan secara lebih matang. d. Gejolak-gejolak dalam alam perasaan mulai berkurang.
2.6. Mahasiswa indekost dan perilaku seksual
Rumah kost menjadi dominan sebagai pembentuk sikap mahasiswa, kost adalah dunia dimana penghuninya adalah penguasa yang menentukan tentang bentuk maupun fungsi kost tersebut. Sangatlah disayangkan manakala kost tidak mampu dikelola dengan baik sehingga fungsinya tidak lebih sekedar tempat melepas lelah semata.
Bagi mahasiswa, kost bisa difungsikan sebagai ruang kreatifitas atau ruang kritis merancang cita-cita. Sejarah juga mencatat gerakan kemahasiswaan dan awalnya juga menjadikan rumah kost sebagai tempat merencanakan aksi.dari rumah kost itu juga lahir para
(46)
pemimpin yang hebat. Akan tetapi dengan semakin berkembangnya kemajuan zaman, fungsi utama rumah kost telah dikesampingkan karena sudah di pengaruhi oleh pergaulan bebas.
Sangat lemahnya pengawasan orang tua dalam membangun komunikasi dengan anak orang tua hanya berfikir bagaimana mengirimkan uang kuliah atau biaya hidup pada anaknya yang kost.umumnya remaja yang kost bebas memasukkan pacar atau teman lelakinya dari pagi hingga larut malam, hal ini agar tidak diketahui oleh pemilik kost atau penjaga di lingkungan kost tersebut. Dari segi biaya dan citra, salah satu mahasiswa yang kost mengatakan bahwa melakukan hubungan seksual dikamar kost tidak membutuhkan biaya. Perilaku seks bebas dikamar kost juga bisa menutupi pandangan orang terhadap sebutan cewek nakal (Kompas, 2008).
Jumlah remaja yang mengalami masalah kehidupan seks terus bertambah akibat adanya pola hidup seks bebas, karena pada kenyataannya pengaruh gaya seks bebas yang mereka terima jauh lebih kuat dari control yang mereka terima maupun pembinaan secara keagamaaan baik dari orang tua maupun mendapatkannya sendiri dari lingkungn sekitar.
Umumnya remaja atau mahasiswa yang tinggal di kost lebih bebas dan enjoy dengan pergaulan seks tanpa kompromi dengan dosa. Maupun hanya French kiss atau petting, bahwa mahasiswa yang melalakukan hubungan seksual ditempat kost karena beberapa faktor yang menguntungkan yaitu sebagian besar teman-teman kost yang mengetahui mendukung perilaku bebas tersebut. Dan bahkan ada juga penjaga kost yang mengijinkan atau malah mengambil keuntungan dari perilaku tersebut, contohnya dengan menerima bayaran apabila ada anak kost yang membawa teman lawan jenisnya menginap.
2.7. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seksual pranikah pada mahasiswa indekost
(47)
Faktor–faktor penyebab perilaku seksual pada mahasiswa indekost adalah sebagai berikut :
1. Gaya hidup
Segala hal yang berasal dari Negara luar sering dianggap menjadi trend dan harus ditiru, berdasarkan penelitian sebagian besar remaja dan mahasiswa di Jogyakarta sangat menikmati istilah dugem ke diskotik, gaya hidup seperti ini sangat memengaruhi perilaku dan aktivitas seksual, karena dilakukan di malam hari dengan menikmati musik bersama lawan jenis dan sampai mengkonsumsi barang-barang haram. Diskotek bukan hanya tempat bersenang-senang tetapi juga diiringi dengan semakin permisifnya perilaku seksual remaja. Hal ini sangat berdampak negative bagi generasi penerus bangsa.
2. Religiusitas
Berdasarkan penelitian terhadap 450 mahasiswa usia 18-24 tahun mengungkapkan 64% mengakui sadar bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah melanggar nilai dan norma agama dan sisanya mengatakan bahwa hubungan seks adalah sudah biasa dan wajar dilakukan dan tidak melanggar norma agama. hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman agama berpengaruh terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja dan mahasiswa (Media Indonesia, 27 januari 2010).
3. Teman sebaya
Pada masa remaja kedekatan terhadap teman sebaya nya sangat tinggi karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, maka tidak heran remaja cenderung mengadopsi informasi yang diterima nya dari teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan dari sumber yang lebih dipercaya, informasi-informasi tersebut dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah dan tidak jarang menimbulkan rasa penasaran yang
(48)
membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. untuk membuktikan hal itu mereka cenderung melakukan dan mengalami perilaku seksual pranikah itu sendiri (Tempo, 2006). 4. Kurangnya informasi tentang seks
Pada remaja putra-putri sebenarnya sudah cukup waktu untuk mempersiapkan dirinya untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki. akan tetapi, pada umumnya, mereka memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks. selama hubungan pacaran berlangsung, pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah akan tetapi bertambahnya malah dengan informasi-informasi yang salah. kurangnya informasi berawal dari keluarga yang masi tabu membicarakan seks dengan anaknya sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat. selanjutnya dikampus hal tabu tentang seks masih sering di jumpai. meskipun sudah mahasiswa, mendengar masalah seks, mereka anggap sebagai lelucon dan bahkan mereka jijik dengan adanya gambar-gambar alat reproduksi yang ditunjukkan oleh dosen. hal ini tentu saja mengakibatkan pengetahuan mahasiswa tentang perilaku seks sangat rendah.
5. Kondisi rumah kost
Kondisi rumah kost sangat memengaruhi perilaku seksual pranikah, sebagian besar rumah kost tidak diawasi oleh penjaga kost dan pemilik kost. maka anak anak kost memiliki kebebasan penuh dalam mengatur hidupnya tanpa ada larangan dan pengawasan dari orang tua atau siapapun.sehingga mereka dapat bergaul dengan siapa saja dilingkungan manapaun baik dilingkungan yang negative yang lambat laun akan memengaruhi perilaku negative pula. Adapun rumah kost yang diawasi oleh pemilik kost yang tinggal bersama anak-anak kostnya akan meminimalisir perilaku seks bebas di kamar kost. karena adanya peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemilik kost dan adanya tempat khusus untuk menerima tamu (Natalia, 2008).
(49)
Variabel independen Variabel dependen
Gambar diatas menjadi kerangka konsep penelitian pada hubungan pengetahuan dan motivasi mahasiswa indekost terhadap tindakan hubungan seksual pranikah,kerangka konsep diatas merupakan gabungan dari pendapat Notoadmojo tentang pengetahuan dan John Elder tentang motivasi. yang menjadi variabel independen adalah pengetahuan dan motivasi yang dibagi atas motivasi intrinsik dan ekstrinsik tentang perilaku seksual pranikah sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah tindakan hubungan seksual pranikah pada mahasiswa indekost di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan.
2.9. Hipotesis
Pengetahuan :
H0 = Tidak ada hubungan antara pengetahuan mahasiswa indekost tentang seksual pranikah terhadap tindakan seksual pranikah di jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan.
Ha = Terdapat hubungan antara pengetahuan mahasiswa indekost tentang seksual pranikah terhadap tindakan seksual pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan.
Motivasi : PENGETAHUAN
MOTIVASI
- Intrinsik
- Ekstrinsik
TINDAKAN HUBUNGAN
SEKSUAL PRANIKAH
(50)
H0 = Tidak ada hubungan antara motivasi mahasiswa indekost tentang seksual pranikah terhadap tindakan seksual pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan.
Ha = Terdapat hubungan antara motivasi mahasiswa indekost tentang seksual pranikah terhadap tindakan seksual pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan.
(51)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN 3.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan desain Cross Sectional, untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan motivasi mahasiswa indekost terhadap tindakan hubungan seksual pranikah di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan tahun 2013.
3.2. Lokasi dan waktu penelitian 3.2.1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan. Alasan penulis memilih lokasi tersebut adalah :
1. Daerah ini banyak rumah-rumah indekost yang dekat dengan kampus dan merupakan wilayah tempat tinggal penulis.
2. Karena telah diketahuinya beberapa waktu lalu ada 2 kamar kost wanita yang digrebek membawa pacarnya ke dalam kamar. Mereka didapati sedang melakukan hubungan seksual pranikah sehingga diusir dari kost nya tersebut.
3. Belum pernah dilakukan penelitian tentang perilaku seksual pranikah di deerah tersebut.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Mei 2013 sehingga mendapatkan data yang menurut penulis dapat dikaji lebih dalam untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi terhadap tindakan hubungan seksual pranikah.
(52)
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa yang berusia 18-24 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang tinggal di kost atau rumah sewa di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan.
3.3.2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan populasi mahasiswa berusia 18-24 tahun, baik mahasiswa laki-laki maupun mahasiswa perempuan. Cara menetukan sampel adalah, menurut Hidayat, (2010) sebagai berikut :
� = {�� �ₒ 1− �ₒ +�ᵦ �ₐ 1− �ₐ }
2
Pₐ − Pₒ 2
Dimana :
n = Besar sampel minimum
Ζα = Nilai distribusi normal baku pada α 5% sebesar 1,96
Ζᵦ = Nilai distribusi normal baku pada ᵦ 10% sebesar 1,282
Pₒ =Proporsi mahasiswa indekost yang tidak melakukan perilaku seksual pranikah sebesar 0,5
Pa =Proporsi mahasiswa indekost yang diharapkan tidak melakukan perilaku seksual pranikahi sebesar 0,7
Maka:
� = {�� �ₒ 1− �ₒ +�ᵦ �ₐ 1− �ₐ }
2
Pₐ − Pₒ 2
� ={1,96 0,5 0,5 + 1,282 0,7 0,3 }
2
(0,7−0,5)²
(53)
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 61 orang dengan batasan usia 18-24 tahun, baik mahasiswa laki-laki maupun perempuan di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan.
3.4 Metode pengumpulan data 3.4.1. Data Primer
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden atau mahasiswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara secara langsung kepada mahasiswa dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang telah disusun sebelumnya.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui kepala lingkungan yaitu berupa data remaja yang tinggal di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan.
3.5 Defenisi operasional
Variabel penelitian yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan mahasiswa adalah segala sesuatu yang diketahui mahasiswa tentang hubungan seksual pranikah.
2. Motivasi adalah kekuatan atau dorongan mahasiswa untuk melakukan hubungan seksual pranikah.terdiri dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi intrinsik a. Kebutuhan
Mahasiswa melakukan hubungan seksual pranikah karena adanya faktor kebutuhan dari dalam dirinya, baik kebutuhan biologis maupun psikologis.
(54)
Mahasiswa melakukan hubungan seksual pranikah karena adanya harapan yang ingin dicapinya.
c. Minat
Mahasiswa melakukan hubungan seksual pranikah karena keinginan nya sendiri tanpa ada yang menyuruh.
Motivasi ekstrinsik
a. Dorongan keluarga
Mahasiswa melakukan hubungan seksual pranikah karena adanya dorongan dan dukungan dari keluarga. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor ekonomi dan lain-lain.
b. Lingkungan
Mahasiswa melakukan hubungan seksual pranikah karena lingkungan tempat tinggalnya yang mendukung. seperti kurangnya pengawasan oleh ibu kost dan orang tua yang kurang memantau perkembangan anaknya. Selain itu teman dilingkungan nya juga berprilaku menyimpang sehingga responden termotivasi untuk melakukan hal yang sama. c. Media
Mahasiswa melakukan hubungan seksual pranikah karena didukung oleh semakin canggihnya media tekhnologi saat ini. Dengan adanya media responden dengan mudah mengakses video porno di internet, membaca majalah porno dan lain lain.
3. Tindakan hubungan seksual pranikah adalah merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Ada dua hal mengenai tindakan yaitu Ya, jika remaja melakukan hubungan seksual pranikah, dan Tidak jika remaja tidak melakukan hubungan seksual pranikah.
(55)
3.6 Aspek pengukuran dan instrumen 3.6.1. Aspek pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan telah disesuaikan dengan skor yang ada.
Cara pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Arikunto, 2006) :
a. Memberi skor pada tiap butir pertanyaan.
b. Menjumlahkan skor dari pertanyaan-pertanyaan.
c. Memberikan penilaian tiga kategori yaitu baik,sedang,dan kurang baik sesuai dengan pengelompokkan skor.
1. Pengetahuan
Pengetahuan responden diukur melalui 10 pertanyaan, Berdasarkan Arikunto (1998), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :
a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 28 yaitu > 20
b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 28 yaitu 14-20
c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh <45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 28 yaitu <14
(56)
2. Motivasi
A. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik responden dapat diukur melalui 5 pertanyaan. Dengan menggunakan skala Thurstone (Singarimbun, 1995). Skala pengukuran motivasi berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan.
Menurut Arikunto (1998), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat dikategorikan atas baik, sedang, kurang sebagai berikut :
a. Motivasi intrinsik mahasiswa atau responden baik apabila memilih sebagian besar tentang hubungan seksual pranikah >75% dengan nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 14 yaitu >10.
b. Motivasi intrinsik mahasiswa atau responden sedang apabila responden memilih sebagian tentang hubungan seksual pranikah 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 14 yaitu 6-10.
c. Motivasi intrinsik mahasiswa atau responden kurang apabila responden memilih sebagian kecil tentang hubungan seksual pranikah <45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 14 yaitu < 6.
B. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik responden dapat diukur melalui 5 pertanyaan. Dengan menggunakan skala Thurstone (Singarimbun, 1995). Skala pengukuran motivasi berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan.
Menurut Arikunto (1998), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat dikategorikan atas baik, sedang, kurang sebagai berikut :
(57)
a. Motivasi ekstrinsik mahasiswa atau responden baik apabila memilih sebagian besar tentang hubungan seksual pranikah >75% dengan nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 15 yaitu >11.
b. Motivasi ekstrinsik mahasiswa atau responden sedang apabila responden memilih sebagian tentang hubungan seksual pranikah 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 15 yaitu 6-11.
c. Motivasi ekstrinsik mahasiswa atau responden kurang apabila responden memilih sebagian kecil tentang hubungan seksual pranikah <45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 15 yaitu < 6.
3. Tindakan
Tindakan diukur melalui 20 pertanyaan dengan 2 kategori penilaian yaitu :
a. Baik, apabila responden memilih <50 % dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan nilai total 24 yaitu <12.
b. Tidak baik, apabila responden memilih >50% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan nilai total 24 yaitu 12
3.6.2. Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa kuesioner yang berisi tentang pertanyaan pengetahuan dan motivasi mahasiswa serta tindakan terhadap hubungan seksual pranikah di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013.
3.7 Teknik analisis data dan pengolahan data 3.7.1. Analisis data
Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat antara pengetahuan dan motivasi
(58)
terhadap tindakan hubungan seksual pranikah dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan 95% dan p value hitung yang diharapkan adalah < 0,05 yang menyatakan terdapatnya hubungan.
3.7.2. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dengan bantuan computer dalam pengolahan data yang pelaksanaanya dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Editing yaitu teknik pemeriksaan kebenaran data dan memastikan data yang diinginkan dapat dipenuhi.
2. Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut variasinya dengan member kode tertentu.
3. Tabulasi yaitu data yang telah terkumpul ditabulasi dalam bentuk tabel.
Ketiga karakteristik teknik pengolahan data diatas adalah merupakan pilihan peneliti untuk memperoleh hubungan antara pengetahuan dan motivasi mahasiswa indekost terhadap tindakan hubungan seksual pranikah di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013.
(59)
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Geografis
Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 termasuk dalam daerah bagian Kecamatan Medan Selayang, yang mempunyai luas wilayah180 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Babura
Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan P.B Selayang II
Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Rejo/Tanjung Sari
Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Merdeka
Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 memiliki 9 lingkungan. Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 merupakan suatu kelurahan yang strategis untuk tempat tingal anak kost karena lingkungannya yang aman dan tidak terlalu ramai kendaraan berlalu lalang.
Jalan Sei Padang yang menjadi lokasi penelitian terletak dilingkunngan V Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Kecamatan Medan Selayang dengan batas kawasannya sebagai berikut
Sebelah Barat berbatasan dengan Gg. Sipirok
Sebelah Utara berbatasan dengan Jl. Sei Siput
Adapun gambaran rumah kos-kosan yang ada di Jlan Sei Padang adalah sebagai berikut : 1. Rumah kost yang gabung antara pemilik dengan anak kost dalam satu rumah, anak kost
yang tinggal di rumah tersebut hanya terdiri dari satu jenis kelamin saja. Misalnya hanya laki-laki atau perempuan saja.
(60)
2. Rumah kost yang terpisah letaknya dengan rumah pemilik, rumah kost ada yang terletak di samping atau belakng rumah pemilik kost. Penghuni/ anak kost tinggal terpisah antara laki-laki dan perempuan.
3. Rumah kost yang pemiliknya tidak di tempat, rumah di sediakan khusus untuk disewakan kepada anak kost. Penghni/anak kost yang tinggal di rumah ini terdiri dari :
Tidak gabung antara penghuni laki-laki dan perempuan
Gabung antara penghuni laki-laki dan perempuan karena ada ikatan saudara. Di Jalan Sei Padang yang paling banyak di jumpai adalah rumah kost yang pemiliknya tidak di tempat, rumah di sediakan atau kamar-kamar untuk di sewakan kepada anak kost dan penghuninya gabung antara laki-laki dan perempuan, dan teman lawan jenis bebas bertamu kapan saja. Hal ini tentu dapat menjadi faktor pendorong terjadinya perilaku seksual dikalangan anak kost, terlepas dari perduli atau tidak perdulinya pemilik rumah kost terhadap keberadaan anak kostnya.
4.1.2. Gambaran Demografis
Jumlah penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Kecamatan Medan selayang sebanyak 7.238 jiwa yang terdiri dari 6.447 jiwa penduduk laki-laki dan 6.275 jiwa penduduk perempuan, dan hanya sebagian kecil dari mahasiswa yang menjadi anak kost yang terdaftar sebagai penduduk di lingkungan V yaitu jalan Sei Padang.
4.2 Analisis Univariat Karekteristik Responden
Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, jumlah uang saku.
(1)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 5.150a 2 .076
Likelihood Ratio 7.891 2 .019
Linear-by-Linear Association 4.460 1 .035
N of Valid Cases 61
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,66.
tgktME * tgkttindakan
Crosstab
tgkttindakan
Total baik tidak baik
tgktME baik Count 20 20 40
% within tgktME 50.0% 50.0% 100.0% % within tgkttindakan 100.0% 48.8% 65.6%
% of Total 32.8% 32.8% 65.6%
sedang Count 0 19 19
% within tgktME .0% 100.0% 100.0%
(2)
% within tgkttindakan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 32.8% 67.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 15.622a 2 .000
Likelihood Ratio 21.733 2 .000
Linear-by-Linear Association 13.849 1 .000
N of Valid Cases 61
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,66.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
(3)
(4)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
(5)
(6)