Sikap Pemilik Tempat Makanan Jajanan Tentang Penggunaan Styrofoam

sendirinya seperti kertas dan daun sehingga dapat menimbulkan tumpukan sampah. Beberapa orang responden 17,4 bahkan mengetahui bahwa Styrofoam dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon apabila sampah Styrofoam dibakar. Untuk upaya pencegahan bahaya, 65,2 responden telah mengetahui bahwa melapisi mengalasi dasar kemasan dengan kertas atau daun dapat mengurangi bahaya Styrofoam. Sebanyak 34,8 responden bahkan mengatakan langsung mengganti kemasan Styrofoam dengan kemasan lain yang lebih aman. Dan tidak ada satu pun responden yang mengatakan bahwa mendinginkan makanan terlebih dahulu sebagai upaya untuk mengurangi bahaya Styrofoam. Menurut mereka konsumen yang membeli makanan jajanan untuk dibawa pulang take away biasanya menginginkan agar makanan yang mereka beli tetap dalam keadaan panas dan tidak mau lama-lama menunggu sehingga tidak memungkinkan untuk mendinginkan makanan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam Styrofoam.

5.3. Sikap Pemilik Tempat Makanan Jajanan Tentang Penggunaan Styrofoam

Sebagai Kemasan Makanan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa secara umum sikap pemilik tempat makanan jajanan tentang penggunaan Styrofoam sebagai kemasan makanan di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang termasuk ke dalam kategori baik dengan persentase 65,2 tabel 4.7. Sedangkan sebanyak 26,1 responden termasuk ke dalam kategori sikap sedang dan selebihnya masih termasuk ke dalam kategori sikap buruk, yaitu 2 orang 8,7. Tingginya sikap responden ini disebabkan karena responden dengan pengetahuan yang sedang diketahui telah memiliki sikap yang baik. Pada tabel 4.11. Universitas Sumatera Utara dapat dilihat bahwa dari 11 orang responden yang memiliki pengetahuan sedang, 72,7 responden telah memiliki sikap yang baik. Sebanyak 28,6 responden dengan pengetahuan buruk bahkan juga memiliki sikap yang baik. Ini bisa saja terjadi karena dalam bentuk, sikap sulit untuk dinilai maupun diukur. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Diasumsikan responden memperoleh informasi tentang bahaya kemasan Styrofoam dari rekan sesama pemilik tempat makanan jajanan atau dari pembeli sehingga tidak semua informasi yang datang akan diterima atau ditolak. Sikap responden yang baik ini juga dapat disebabkan karena pengaruh sosial dan keadaan disekitarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bimo Walgito dalam Dayakisni 2003 bahwa pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak; dan keadaan-keadaan yang ada diluar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk sikap. Secara teoritis, sikap adalah suatu respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan Notoadmodjo, 2003. Menurut Witodjo 1990, sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan, dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. Berdasarkan pada tabel 4.6. diketahui bahwa 78,3 responden menyatakan sikap setuju terhadap fungsi kemasan makanan sebagai pelindung makanan agar aman untuk dikonsumsi. Sebanyak 73,9 responden setuju bila kemasan makanan Universitas Sumatera Utara dapat merusak kualitas makanan dan seluruh responden 100,0 setuju bila makanan yang telah tercemar tercampur dengan zat kimia dari kemasan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Sebagian besar responden juga setuju bila kemasan Styrofoam berbahaya untuk mengemas makanan yang panas 82,6, makanan yang baru selesai dimasak 69,6, makanan berlemak dan berminyak 65,2, serta makanan yang mengandung asam 69,6. Hal ini sejalan dengan pendapat Erliza dan Sutedja 1987 dalam Nurminah 2002 bahwa kemasan harus mempunyai syarat-syarat yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, kemudahan membuka dan menutup, kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk, dan berat harus sesuai. Pada tabel 4.6 juga diketahui bahwa 95,7 responden menyatakan sikap setuju bila suhu makanan yang tinggi panas dapat menyebabkan zat kimia dari kemasan mencemari makanan. Demikian pula dengan waktu kontaminasi makanan dengan kemasan, sebanyak 95,7 responden menyatakan sikap setuju bila semakin lama makanan disimpan dalam wadah Styrofoam semakin banyak zat kimia dari kemasan yang mencemari makanan di dalamnya. Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.6 diketahui bahwa 65,2 responden menyatakan sikap setuju bila penggunaan kemasan Styrofoam yang tidak tepat dapat menyebabkan kanker. Menurut Sulchan dan Endang 2007, zat aditif yang ditambahkan pada proses pembuatan Styrofoam untuk kelenturan, yaitu dioktil ptalat DOP menyimpan zat benzene. Benzene merupakan suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem pencernaan dan tidak bisa dikeluarkan melalui feses atau urin. Universitas Sumatera Utara Akibatnya zat ini semakin lama semakin menumpuk dan berbalut lemak. Hal tersebut bisa memicu timbulnya penyakit kanker. Sikap responden terhadap dampak pengaruh Styrofoam bagi lingkungan ditunjukkan dengan menyatakan sikap setuju bila sampah Styrofoam tidak dapat diuraikan oleh alam 60,9 dan setuju bahwa Styrofoam dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon 65,2. Mengenai upaya mengurangi bahaya kemasan Styrofoam, sebanyak 87,0 responden menyatakan sikap setuju bila melapisi kemasan Styrofoam dengan kertas atau daun dan memberikan pilihan kemasan lain selain Styrofoam kepada pembeli untuk mengemas makanan yang dibeli merupakan upaya untuk mengurangi bahaya kemasan Styrofoam yang mungkin muncul.

5.4. Tindakan Pemilik Tempat Makanan Jajanan Tentang Penggunaan