Gambaran Pengetahuan dan Sikap dengan Posisi Tawar Konsumen tentang Penggunaan Kemasan Styrofoam sebagai Wadah Makanan di Amaliun Foodcourt Tahun 2015

(1)

Lampiran 1.

Angket Penelitian

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN POSISI TAWAR KONSUMEN TENTANG PENGGUNAAN KEMASAN STYROFOAM SEBAGAI

WADAH MAKANAN DI AMALIUN FOODCOURT TAHUN 2015 No. Responden : ….

I. Karakteristik konsumen

1. Nama Responden : ………

2. Umur : ………

3. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 4. Pendidikan : a. Tidak Tamat SD

b. Tamat SD c. Tamat SMP d. Tamat SMA e. Perguruan Tinggi

II. Pengetahuan

1. Pembungkus makanan yang paling aman menurut anda : d. Daun pisang

e. Kertas f. Stryrofoam

2. Apakah pemerintah melarang penggunaan Styrofoam sebagai pembungkus makanan?

a. Tidak b. Ya


(2)

c. Tidak Tahu

3. Apakah Styrofoam aman untuk membungkus makanan menurut anda ? a. Tergantung jenis makanannya

b. Kurang aman c. Tidak Tahu

4. Suhu makanan yang berbahaya untuk dikemas dalam Styrofoam ? a. Makanan dingin

b. Makanan Panas c. Tidak tahu

5. Jenis makanan yang berbahaya untuk dikemas dalam Styrofoam ? a. Makanan berminyak dan berlemak

b. Makanan beku dank eras c. Tidak tahu

6. Apakah bahaya yang terdapat pada Styrofoam ? a. Dapat meleleh dan tercampur pada makanan b. Zat kimia penyusunnya

c. Tidak tahu

7. Apakah bahaya Styrofoam terhadap kesehatan ? a. Dapat menyebabkan kanker

b. Dapat menyebabkan sesak nafas c. Tidak tahu

8. Apakah dampak langsung yang ditimbulkan dari penggunaan Styrofoam ? a. Pemanasan global

b. Pencemaran lingkungan c. Tidak tahu

9. Apakah dampak tidak langsung yang ditimbulkan dari penggunaan Styrofoam ? a. Pemanasan global dan penyakit infeksi


(3)

c. Tidak tahu

10.Bagaimana menggunakan Styrofoam yang paling aman menurut anda ? a. Melapisinya dengan daun

b. Melapisinya dengan plastik c. Tidak tahu

III.Sikap

No Pernyataan Pilihan Jawaban

S TS

1. Pemakaian kemasan Styrofoam terasa lebih praktis dan ringkas

2. Daun pisang lebih aman untuk membungkus makanan dibanding Styrofoam

3. Styrofoam tidak baik bersentuhan langsung dengan makanan

4. Tidak baik menyimpan makanan terlalu lama di dalam styrofoam

5. Dari segi kesehatan, penggunaan kemasan Styrofoam tidak baik dari pada menggunakan kemasan alami seperti daun pisang

6. Makanan panas tidak baik dikemas dalam styrofoam 7. Penjual makanan sangat berperan dalam mencegah

bahaya Styrofoam

8. Seharusnya pemerintah dan bidang terkait memberikan informasi tentang bahaya kemasan styrofoam

9. Seharusnya Styrofoam bukan sebagai pembungkus makanan

Keterangan : S = Setuju


(4)

IV. Posisi Tawar Konsumen

1. Apa yang anda lakukan jika pedagang memberikan kemasan Styrofoam sebagai pembungkus makanan anda?

a. Tidak Menerima b. Menerima

Alasannya……… ………... 2. Apakah anda akan meminta tukar kemasan Styrofoam yang diberikan pedagang

sebagai wadah makanan dengan kemasan jenis lain ? a. Ya

b. Tidak

Jika Ya, Mengapa ……….... Jika Tidak, Mengapa ……… 3. Apakah anda tetap menerima makanan dengan kemasan Styrofoam jika pedagang

mengatakan tidak memiliki kemasan jenis lain? a. Tidak

b. Ya

Jika Tidak, Mengapa ……….. Jika Ya, Mengapa ………...


(5)

Lampiran 2.

Frequency Table

Umur Responden dalam tahun

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18-28 25 62.5 62.5 62.5

29-39 11 27.5 27.5 90.0

40-50 4 10.0 10.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 25 62.5 62.5 62.5

Perempuan 15 37.5 37.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Pendidikan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SMA 15 37.5 37.5 37.5

Perguruan Tinggi 25 62.5 62.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Frequency Table

Nilai Pengetahuan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(6)

1 3 7.5 7.5 17.5

2 33 82.5 82.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Nilai Pengetahuan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 12 30.0 30.0 30.0

1 15 37.5 37.5 67.5

2 13 32.5 32.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Nilai Pengetahuan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 1 2.5 2.5 2.5

1 25 62.5 62.5 65.0

2 14 35.0 35.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Nilai Pengetahuan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 1 2.5 2.5 2.5

1 4 10.0 10.0 12.5

2 35 87.5 87.5 100.0


(7)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 4 10.0 10.0 10.0

1 2 5.0 5.0 15.0

2 34 85.0 85.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Nilai Pengetahuan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 2 5.0 5.0 5.0

1 10 25.0 25.0 30.0

2 28 70.0 70.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Nilai Pengetahuan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 12 30.0 30.0 30.0

1 2 5.0 5.0 35.0

2 26 65.0 65.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Nilai Pengetahuan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 5 12.5 12.5 12.5

1 1 2.5 2.5 15.0

2 34 85.0 85.0 100.0


(8)

Nilai pengetahuan 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 1 2.5 2.5 2.5

1 23 57.5 57.5 60.0

2 16 40.0 40.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Nilai Pengetahuan 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 2 5.0 5.0 5.0

1 2 5.0 5.0 10.0

2 36 90.0 90.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Total Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 26 65.0 65.0 65.0

Sedang 12 30.0 30.0 95.0

Kurang 2 5.0 5.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Frequency Table

Nilai Sikap 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(9)

Nilai Sikap 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 22 55.0 55.0 55.0

2 18 45.0 45.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Nilai Sikap 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 1 2.5 2.5 2.5

2 39 97.5 97.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Nilai Sikap 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 6 15.0 15.0 15.0

2 34 85.0 85.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Nilai Sikap 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 2 5.0 5.0 5.0

2 38 95.0 95.0 100.0

Total 40 100.0 100.0


(10)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 2 5.0 5.0 5.0

2 38 95.0 95.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Nilai Sikap 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 2 5.0 5.0 5.0

2 38 95.0 95.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Nilai Sikap 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 13 32.5 32.5 32.5

2 27 67.5 67.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Nilai Sikap 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 40 100.0 100.0 100.0

Nilai Sikap 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 8 20.0 20.0 20.0


(11)

nilai sikap total Kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 33 82.5 82.5 82.5

Sedang 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Frequencies

Posisi Tawar 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 30 75.0 75.0 75.0

2 10 25.0 25.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Posisi Tawar 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 17 42.5 42.5 42.5

2 23 57.5 57.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Posisi Tawar 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 34 85.0 85.0 85.0

2 6 15.0 15.0 100.0


(12)

Frequencies

nilai posisi tawar total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 5 12.5 12.5 12.5

Sedang 19 47.5 47.5 60.0

Kurang 16 40.0 40.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Crosstabs

Total Pengetahuan * nilai posisi tawar total Crosstabulation

Count

nilai posisi tawar total

Total Baik Sedang Kurang

Total Pengetahuan Baik 2 14 10 26

Sedang 3 5 4 12

Kurang 0 0 2 2

Total 5 19 16 40

nilai sikap total Kategori * nilai posisi tawar total Crosstabulation

Count

nilai posisi tawar total

Total Baik Sedang Kurang

nilai sikap total Kategori Baik 5 19 9 33


(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Kesembilan. Percetakan PT Sun. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi., 2000. Manajemen Penelitian. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Azwar, Saifuddin., 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta.

Pustaka Pelajar.

Buku Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tentang Pangan, 1996. Pasal 16 Ayat 1. Sinar Grafika. Jakarta.

BPOM R.I, 2014., Cermat Memilih Kemasan Pangan Untuk Menghindari

Keracunan. http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/cermat-memilih-kemasan-pangan.pdf. Diakses 30 agustus 2015.

Buckle, K.A., Edward, R.A., Fleet, G.H., Woutton, M., 1997. Ilmu Pangan

Terjemahan. Hari Purnomo dan Adiono, Universitas Indonesia Press.

Jakarta.

Engel, J.F., R.D. Blackwell, dan P.W. Miniard. 1995. Cunsumer Behavior, USA: The Dryden Press.

InfoPOM, 2008. Kemasan Polistirena Foam (Styrofoam). InfoPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Vol. 9, No. 5, September 2008: 1-3. http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/ InfoPOM/0508.pdf. Diakses pada 27 Agustus 2015.

Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga, Bahaya Styrofoam Bagi

kesehatan, www.itd.unair.ac.id, diakses 15 Desember 2015.

Khomsan, Ali., 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan perilaku Kesehatan. edisi revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Nuraini, Ida, 2009. Pengantar Ekonomi Mikro. Cetakan keenam. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

PEMKO MEDAN, 2014. Profil Kecamatan Medan Kota.

http://pemkomedan.go.id/new/hal-medan-maimun.html. Diakses 31 agustus 2015


(22)

Saparindo, Cahyo, Hidayati, Diana., 2006. Bahan Tambahan Pangan. Kanisius. Yogyakarta.

Siregar, Syofian., 2013, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Cetakan Pertama. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Sukirno, Sadono, 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas. Rajawali Press. Jakarta.

Sulchan, Mohammad., & Nur, Endang., 2007. Keamanan Pangan Kemasan Plastik

dan Styrofoam. Maj Kedokt Indon, Volum: 57.

Sumarwan, U., 2004. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Penerbit Kerja Sama : PT. Ghalia Indonesia dengan

MMA-Institut Pertanian Bogor.

Suryani, Tatik., 2008. Perilaku Konsumen, Implikasi pada Strategi Pemasaran. Graha Ilmu. Jakarta.

Tejasari, 2005. Nilai-Gizi Pangan. Cetakan Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Warta POM, Press Release & Public Warning Kemasan Pangan Vol 7 edisi Juli

2009.http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Warta%20P OM/0409.pdf 2009. Diakses 27 agustus 2015

YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi), 2009. Surat Penyataan YPBB Menanggapi Pernyataan BPOM tentang Keamanan “Styrofoam”

bagi Kesehatan. ypbbblog.blogspot.com . Diakses tanggal 27 agustus 2015

Yuliarti, Nurheti., 2007. Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Penerbit Andi. Yogyakarta.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Menggunakan jenis penelitian cross sectional karena ingin melihat gambaran dari pengetahuan dan sikap konsumen dengan posisi tawar tentang penggunaaan Styrofoam sebagai wadah makanan.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Amaliun Foodcourt Medan. Alasan pemilihan lokasi adalah:

1. Lokasi Amaliun Foodcourt ini berada di daerah perkotaan yang bersebrangan dengan Mesjid Raya kota Medan dan Istana Maimun sebagai lambang Kota Medan.

2. Lokasi Amaliun Foodcourt ini banyak dikunjungi masyarakat Kota medan dan dijadikan tempat nongkrong anak muda.

3. Lokasi Amaliun Foodcourt ini menjual berbagai makanan yang dikemas menggunakan Styrofoam.

3.2.2 Waktu Penelitian


(24)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini ialah konsumen yang membeli makanan menggunakan kemasan Styrofoam ditemui di Amaliun Foodcourt Medan.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian diambil dari rata-rata perhari selama seminggu yaitu sebanyak 40 konsumen dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Sampling, yaitu siapa saja yang berada di Amaliun Foodcourt Medan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah karakteristik konsumen yang terdiri dari umur, jenis kelamin, dan pendidikan. Pengetahuan dan sikap diperoleh melalui angket penelitian. Posisi tawar konsumen dalam pemakaian wadah Styrofoam diperoleh melalui angket.

2. Data Sekunder

Data sekunder berupa profil Amaliun Foodcourt, kepustakaan, jurnal, artikel, bahan dokumentasi, situs/website internet dan lain-lain yang dapat mendukung dengan proses penelitian ini.


(25)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

1. Umur adalah lamanya hidup responden yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir.

2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang telah diselesaikan atau ditamatkan oleh responden.

3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang konsumen tahu tentang kemasan Styrofoam.

4. Sikap adalah tanggapan konsumen yang diketahui tentang kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan.

5. Kemasan Styrofoam adalah jenis bahan kemasan plastik yang terbuat dari bahan kimia polistirena dan sering digunakan sebagai wadah makanan.

6. Wadah atau Kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus makanan, baik yang bersentuhan langsung dengan makanan maupun tidak.

7. Posisi tawar adalah peroses tawar-menawar antara konsumen dan pedagang untuk melakukan pertukaran kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan.

3.6 Metode Pengukuran

1. Karakteristik Konsumen a. Umur

Menurut Rahmat (2009), tingkat perkembangan manusia ditentukan berdasarkan umur, adalah sebagai berikut:


(26)

21 s/d 40 tahun : dewasa awal 60 s/d 61 tahun : setengah baya Skala : Rasio

b. Pendidikan

Untuk pendidikan responden yaitu : - Tidak Sekolah

- SD - SMP - SMA

- Perguruan Tinggi Skala : Ordinal c. Jenis Kelamin

Untuk jenis kelamin responden yaitu: - Perempuan

- Laki-laki Skala : Nominal

2. Pengukuran Pengetahuan

Tingkat pengetahuan konsumen diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan dalam kuesioner. Pertanyaan berjumlah 10 pertanyaan dengan skor tertinggi adalah 2 dan terendah adalah 0.


(27)

Adapun ketentuan pemberian skor adalah sebagai berikut :

a. Skor jawaban untuk pertanyaan yang bersifat positif pada nomor 1,2,3,5,7,9,10, yaitu :

- Jawaban a diberi skor = 2 - Jawaban b diberi skor = 1 - Jawaban c diberi skor = 0

b. Skor jawaban untuk pertanyaan yang bersifat negatif pada nomor 4,6,8 yaitu: - Jawaban a diberi skor = 1

- Jawaban b diberi skor = 2 - Jawaban c diberi skor = 0

Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 20. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

1. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu >15.

2. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu 9-15.

3. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh <45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu <9.

4 Pengukuran Sikap

Sikap dari konsumen diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan dalam kuesioner. Pertanyaan berjumlah 9 dengan skor tertinggi


(28)

menjawab “setuju” adalah 2, skor terendah menjawab “tidak setuju” adalah 0 kecuali soal nomor 1 mendapat skor 2.

Berdasarkan jumlah skor, selanjutnya tingkat sikap responden dikategorikan sebagai berikut :

1. Tingkat pengukuran sikap baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 18 yaitu >13.

2. Tingkat pengukuran sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 18 yaitu 8-13.

3. Tingkat pengukuran sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh <45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 18 yaitu <8.

5 Pengukuran Posisi Tawar Konsumen

Pengukuran posisi tawar konsumen diukur dengan memberi skor sebagai

berikut jawaban “a” diberi skor 2, jawaban “b” diberi skor 0. Skala ukur nominal dengan kategori pilihan jawaban sebagai berikut :

a. Menerima, apabila konsumen membawa pulang makanan dengan kemasan Styrofoam tanpa meminta tukar kepada pedagang.

b. Tidak Menerima, apabila konsumen meminta tukar kemasan makanan Styrofoam diganti dengan kemasan jenis lain yang lebih aman.

Berdasarkan jumlah skor, selanjutnya tingkat sikap responden dikategorikan sebagai berikut :


(29)

1. Posisi tawar baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 6 yaitu >4.

2. Posisi tawar sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 6 yaitu 2-4.

3. Posisi tawar kurang, apabila nilai yang diperoleh <45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 6 yaitu <2.

3.7 Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan diperoleh secara manual dengan menggunakan angket kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(30)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Amaliun Foodcourt Jalan Amaliun Nomor 3 Medan, yang merupakan tempat menjual berbagai jenis makanan. Amaliun Foodcourt di resmikan pada 15 Desember 2009, Amaliun Foodcourt merupakan bisnis keluarga yang memiliki banyak unit usaha dan pendiri awalnya ialah H. Muhammad Arbi, dan sekarang sudah di pegang oleh generasi ke tiga.

Amaliun Foodcourt memiliki luas wilayah yaitu 5000 m2, yang terletak pada kecamatan medan kota dan kelurahan kota maksum 3. Amaliun Foodcourt buka dari jam 07.00 – 24.00 WIB. Amaliun Foodcourt menjual berbagai jenis makanan khas medan, masakan nusantara, dan makanan jajanan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Jumlah Stan Pedagang yang Menggunakan Kemasan Styrofoam di Amaliun Foodcourt

No Nama Stan Jualan Jenis Makanan

1. Siomay Bandung Siomay, Martabak Kubang, Batagor 2. Amaliun Kitchen Mie pansit ayam, Nasi goreng, Paket nasi sambal

ayam

3. Warung Kemangi Nasi ayam penyet, Nasi ayam kremes, Nasi ayam bakar

4. Soto Medan Soto ayam, Soto daging, Soto udang 5. Pempek Sriwijaya Pempek kapal selam, Mie ayam

6. Viga An Café Nasi sop sapi, Ikan bakar, Nasi timbel, Nasi bakar 7. Warung Berkah Nasi goreng, Ayam penyet, Ikan bakar 8. Warung Enzi Soto padang, Nasi goreng, Ayam penyet 9. Stan AH Nasi goreng pataya, Sphagetti, Mie goreng 10. Nasi Padang


(31)

Lanjutan Tabel 4.1

No Nama Stan Jualan Jenis Makanan

12. Mie Aceh Cung

Corner Langsa Mie aceh, Roti cane bakar 13. Amaliun Claypot Nasi goreng, Ikan bakar

14. Steak Steak, Sphagetti, Pasta, Nasi goreng bolognes Berdasarkan tabel 4.1, terdapat 14 stan penjual makanan dari 19 stan yang menggunakan wadah Styrofoam sebagai pembungkus makanan dengan berbagai jenis makanan yang disediakan.

Kemasan Styrofoam digunakan untuk membungkus makanan seperti pada stan siomay bandung dan warung kemangi, yang menjual siomay dan ayam penyet sebelum dikemas menggunakan alas kertas nasi yang digunting sesuai ukuran Styrofoam, tetapi pada pinggiran kemasan Styrofoam tidak dilapisi dengan kertas nasi sehingga makanan tetap akan bersentuhan dengan kemasan Styrofoam. Sedangkan pada stan warung enzi dan angin mamiri yang menjual jenis soto, kemasan Styrofoam digunakan sebagai wadah nasi sedangkan soto akan dikemas dengan plastik. Pada stan AH, mie aceh cung, steak kemasan Styrofoam menggunakan alas kertas nasi yang digunting sesuai ukuran Styrofoam tetapi pada pinggiran kemasan Styrofoam tidak dilapisi dengan kertas nasi sehingga kuah dari mie dan steak akan bersentuhan dengan kemasan Styrofoam.

4.2 Karakteristik Konsumen

Amaliun Foodcourt merupakan tempat nongkrong makan dan minum oleh sebagian besar masyarakat Kota Medan, konsumen yang datang ke Amaliun


(32)

Foodcourt juga bervariasi mulai dari pekerja kantor, mahasiswa, ibu-ibu arisan, rekanan bisnis, hingga di jadikan tempat makanan favorit keluarga.

Tabel 4.2 Distribusi Identitas Konsumen di Amaliun Foodcourt

No Karakteristik Jumlah Persentase (%)

1. Umur

18-28 25 62,5

29-39 11 27,5

40-50 4 10,0

Jumlah 40 100.0

2. Pendidikan

SMA 15 37,5

Perguruan Tinggi 25 62,5

Jumlah 40 100.0

3. Jenis Kelamin

Laki-laki 25 62,5

Perempuan 15 37,5

Jumlah 40 100.0

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa konsumen dengan umur terbanyak antara 18-28, yaitu sebanyak 25 orang (65,5%), tingkat pendidikan paling banyak adalah kategori perguruan tinggi, yaitu sebanyak 25 orang (62,5%), jenis kelamin konsumen yang paling banyak ditemui adalah laki-laki, yaitu sebesar 25 orang (62,5%).

4.3 Pengetahuan Konsumen

Pengetahuan konsumen tentang penggunaan kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan di Amaliun Foodcourt dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.


(33)

Tabel 4.3 Distribusi Konsumen Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang Kemasan Styrofoam di Amaliun Foodcourt

No Pengetahuan Tentang Kemasan Styrofoam Jumlah %

1. Baik 26 65,0

2. Sedang 12 30,0

3. Kurang 2 5,0

Jumlah 40 100.0

Pada tabel 4.3 hasil pengukuran pengetahuan tentang penggunaan kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan kemudian dikategorikan, maka ditemukan 65,0% konsumen dalam kategori pengetahuan baik dan 5,0% dalam kategori pengetahuan kurang.

Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Konsumen Tentang Kemasan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di Amaliun Foodcourt

No Pengetahuan Tentang Kemasan Styrofoam Jumlah % 1. Pembungkus makanan yang paling aman menurut anda?

a. a. Daun pisang b. b. Kertas c. c. Styrofoam

33 3 4 82,5 7,5 10,0

Jumlah 40 100.0

2. Pemerintah melarang penggunaan Styrofoam sebagai pembungkus makanan?

a. Tidak b. Ya

c. Tidak Tahu

13 15 12 32,5 37,5 30,0

Jumlah 40 100.0

3. Menurut anda Styrofoam aman untuk membungkus makanan? a. Tergantung jenis makanannya

b. Kurang aman c. Tidak Tahu

14 25 1 35,0 62,5 2,5


(34)

Lanjutan Tabel 4.4

4. Suhu makanan yang berbahaya untuk dikemas dalam Styrofoam sebagai wadah makanan?

a. Makanan dingin b. Makanan Panas c. Tidak tahu

4 35 1 10,0 87,5 2,5

Jumlah 40 100.0

5. Jenis makanan yang berbahaya untuk dikemas dalam Styrofoam sebagai wadah makanan?

a. Makanan berminyak dan berlemak b. Makanan beku dan keras

c. Tidak tahu

34 2 4 85,5 5,0 10,0

Jumlah 40 100.0

6. Bahaya yang terdapat pada Styrofoam sebagai wadah makanan?

a. Dapat meleleh dan tercampur pada makanan b. Zat kimia penyusunnya

c. Tidak tahu

10 28 2 25,0 70,0 5,0

Jumlah 40 100.0

7. Bahaya Styrofoam sebagai wadah makanan terhadap kesehatan?

a. Dapat menyebabkan kanker b. Dapat menyebabkan sesak nafas c. Tidak tahu

26 2 12 65,0 5,0 30,0

Jumlah 40 100.0

8. Dampak langsung yang ditimbulkan dari penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan?

a. Pemanasan global b. Pencemaran lingkungan c. Tidak tahu

1 34 5 2,5 85,0 12,5

Jumlah 40 100.0

9. Dampak tidak langsung yang ditimbulkan dari penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan?

a. Pemanasan global dan penyakit infeksi

b. Pencemaran lingkungan seperti penumpukan sampah c. Tidak tahu

16 23 1 40,0 57,5 2,5

Jumlah 40 100.0

10. Penggunakan kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan yang paling aman?

a. Melapisinya dengan daun b. Melapisinya dengan plastik

36 2

90,0 5,0


(35)

Berdasarkan tabel 4.4 ditemukan jawaban konsumen tentang pengetahuan pembungkus makanan yang paling aman yaitu menggunakan daun pisang sebesar 82,5%. Dengan demikian 17,5% menjawab kemasan paling aman untuk makanan selain daun pisang. Pengetahuan tentang larangan dari pemerintah untuk penggunaan kemasan Styrofoam sebagai pembungkus makanan, konsumen menjawab “ya” sebesar 37,5%. Dengan demikian 62,5% tidak mengetahui pesan dari pemerintah.

Pengetahuan tentang kemasan Styrofoam aman untuk digunakan, jawaban responden tergantung jenis makanannya sebesar 35,5%. Dengan demikian 65,0% konsumen tidak mengetahui bahwa Styrofoam tidak aman untuk makanan berminyak/berlemak dan panas. Responden sebesar 35,5% mengetahui informasi bahaya Styrofoam sebagai kemasan pangan dari situs internet tentang kesehatan, selain itu responden juga mendapat informasi dari televisi. Pengetahuan tentang suhu makanan yang berbahaya dalam kemasan Styrofoam, ditemukan jawaban konsumen benar sebesar 87,5% dengan menjawab makanan panas. Dengan demikian 12,5% responden tidak mengetahui suhu makanan yang bisa dibungkus dalam Styrofoam. Pengetahuan tentang jenis makanan berbahaya yang dikemas dalam Styrofoam, konsumen menjawab benar sebesar 85,0% dengan jawaban makanan berminyak dan berlemak. Dengan demikian 15,0% konsumen tidak mengetahui jenis makanan yang bisa dikemas dalam Styrofoam.

Pengetahuan tentang bahaya Styrofoam sebagai pembungkus makanan, konsumen menjawab benar sebesar 70,0% dengan jawaban zat kimia penyusunnya.


(36)

Dengan demikian 30,0% konsumen tidak mengetahui bahaya makanan bila langsung terkena pada Styrofoam. Pengetahuan tentang dampak kesehatan terhadap pemakaian kemasan Styrofoam, konsumen menjawab benar sebesar 65,0% dengan jawaban dapat menyebabkan kanker. Dengan demikian 35,0% konsumen belum mengetahui akibat dari penggunaan kemasan Styrofoam terhadap kesehatan. Pengetahuan tentang dampak langsung dari penggunaan kemasan Styrofoam, konsumen menjawab benar sebesar 85,0% dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Dengan demikian 15,0% konsumen tidak mengetahui dampak langsung dari kemasan Styrofoam.

Pengetahuan tentang dampak tidak langsung dari penggunaan kemasan Styrofoam, konsumen menjawab benar sebesar 40,0% dapat menyebabkan pemanasan global dan penyakit infeksi. Pengetahuan tentang penggunaan Styrofoam yang aman, konsumen menjawab benar sebesar 90,0% dapat melapisinya dengan daun. Dengan demikian sebesar 10,0% konsumen tidak tahu menggunakan kemasan Styrofoam yang aman.

4.4 Sikap Konsumen

Sikap konsumen tentang penggunaan kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan di Amaliun Foodcourt dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Distribusi Konsumen Berdasarkan Katogori Sikap Tentang Kemasan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di Amaliun Foodcourt

No Sikap Konsumen Jumlah %

1. Baik 33 82,5


(37)

Hasil dari tabel 4.5 merupakan nilai katogori dari sikap konsumen tentang kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan, sebesar 82,5% dalam kategori baik. Berdasarkan hasil dari tingkat pengetahuan dan sikap tentang kemasan styrofoam sebagai wadah makanan.

Tabel 4.6 Distribusi Sikap Konsumen Tentang Kemasan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di Amaliun Foodcourt

No Sikap Tentang Kemasan Styrofoam Setuju

Tidak Setuju

n % n %

1. Pemakaian kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan terasa lebih praktis, ringkas dan menjaga makanan tetap aman

22 55,0 18 45,0

2. Daun pisang lebih aman untuk membungkus

makanan dibanding kemasan Styrofoam 39 97,5 1 2,5

3. Kemasan Styrofoam tidak baik bersentuhan

langsung dengan makanan 34 85,0 6 15,0

4. Tidak baik menyimpan makanan terlalu lama di

dalam kemasan Styrofoam 38 95,0 2 5,0

5. Dari segi kesehatan, penggunaan kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan tidak baik dari pada menggunakan kemasan alami seperti daun pisang

38 95,0 2 5,0

6. Makanan panas tidak baik dikemas dalam kemasan

Styrofoam 38 95,0 2 5,0

7. Konsumen sebagai pembeli seharusnya tidak

menerima makanan dengan kemasan Styrofoam 27 67,5 13 32,5

8. Seharusnya pemerintah dan bidang terkait memberikan informasi tentang bahaya dari kemasan Styrofoam

40 100,0 0 0

9. Seharusnya kemasan Styrofoam bukan sebagai

pembungkus makanan 32 80,0 8 20,0

Berdasarkan tabel 4.6 tentang sikap Konsumen terhadap kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan ditemukan sebesar 45,0% konsumen menjawab tidak setuju


(38)

kalau kemasan Styrofoam lebih praktis, ringkas dan menjaga makanan tetap aman. Sikap konsumen tentang daun pisang lebih aman untuk membungkus makanan yang menjawab setuju sebesar 97,5%. Sikap konsumen tentang kemasan Styrofoam tidak baik bersentuhan langsung dengan makanan yang menjawab setuju sebesar 85,0%. Sikap konsumen tentang lama penyimpanan makanan dalam kemasan Styrofoam yang menjawab setuju sebesar 95,0%.

Sikap konsumen tentang bahaya kesehatan apabila menggunakan kemasan Styrofoam yang menjawab setuju 95,0%. Sikap konsumen tentang makanan panas tidak baik dikemas dalam wadah Styrofoam yang menjawab setuju 95,0%. Sedangkan untuk sikap konsumen yang seharusnya tidak menerima kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan yang menjawab setuju sebesar 67,5%. Sikap konsumen tentang adanya peran serta dari pemerintah untuk memberikan informasi dari bahaya kemasan Styrofoam ialah 100%, dengan nilai tersebut konsumen ingin peran lebih besar dari pemerintah untuk memberikan informasi dan memeberikan perlindungan untuk konsumen. Sikap konsumen tentang kemasan Styrofoam tidak seharusnya menjadi wadah makanan, yang menjawab setuju sebesar 80,0%.

4.5 Posisi Tawar Konsumen dalam Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan

Posisi tawar konsumen dalam penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan pada penelitian ini diukur bersamaan dengan pengukuran pengetahuan dan sikap dari konsumen, dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.


(39)

Tabel 4.7 Distribusi Konsumen Berdasarkan Kategori Posisi Tawar Konsumen Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di Amaliun Foodcourt

No Posisi Tawar Konsumen Jumlah %

1. Baik 5 12,5

2. Sedang 19 47,5

3. Kurang 16 40,0

Jumlah 40 100.0

Hasil pengukuran pada tabel 4.7, posisi tawar tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan kemudian dikategorikan, maka ditemukan hanya 12,5% posisi tawar konsumen kategori baik.

Tabel 4.8 Distribusi Konsumen Berdasarkan Posisi Tawar dalam Penggunaan kemasan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di Amaliun Foodcourt

No Posisi Tawar Konsumen dalam Penggunaan

Kemasan Styrofoam

Jumlah %

1. Apakah anda akan menerima kemasan Styrofoam yang diberikan pedagang sebagai pembungkus makanan? a. Ya b. Tidak 10 30 25,0 75,0

Jumlah 40 100.0

2. Apakah anda akan meminta tukar kemasan Styrofoam yang diberikan pedagang sebagai wadah makanan dengan kemasan jenis lain?

a. Ya b. Tidak 23 17 57,5% 42,5%

Jumlah 40 100.0

3. Apakah anda tetap menerima makanan dengan kemasan Styrofoam jika pedagang mengatakan tidak memiliki kemasan jenis lain?

a. Tidak b. Ya 6 34 15,0 85,0


(40)

Hasil dari tabel 4.8 pada soal nomor satu, jika konsumen diberikan kemasan Styrofoam apakah akan diterima atau tidak, yang menjawab menerima sebesar 75,0% dengan berbagai alasan diantaranya pedagang tidak memiliki kemasan jenis lain, tidak mengetahui bahaya dari kemasan Styrofoam, dan karena makanan yang dibungkus dengan Styrofoam lebih aman, bagus dan higienis.

Posisi tawar konsumen pada soal nomor dua, jika diberikan kemasan Styrofoam apakah akan meminta tukar dengan kemasan jenis lain yang lebih aman,

yang menjawab “ya” sebesar 57,5% dengan berbagai alasan diantaranya dampak

untuk kesehatan tidak baik, sudah mengetahui bahaya dari kemasan Styrofoam, dan jika pedagang memiliki kemasan jenis lain yang lebih aman akan meminta tukar.

Posisi tawar konsumen pada soal nomor tiga, jika pedagang mengatakan tidak memiliki kemasan jenis lain selain Styrofoam apakah akan tetap diterima, yang

menjawab “ya” sebesar 85,0% dengan berbagai alasan diantaranya takut mengecewakan penjual, terpaksa, kemasan Styrofoam dianggap cukup aman, menerima jika kemasan Styrofoam dilapisi dengan daun.

4.6 Distribusi Posisi tawar dalam Kemasan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan Menurut Pengetahuan dan Sikap Konsumen

Mengetahui distribusi posisi tawar menurut pengetahuan dan sikap masing-masing konsumen disajikan dalam tabulasi silang sebagai berikut.


(41)

Tabel 4.9 Distribusi Posisi Tawar dalam Kemasan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan Menurut Tingkat Pengetahuan Konsumen

Tingkat Pengetahuan

Posisi Tawar Tentang Kemasan Styrofoam

Baik Sedang Kurang Jumlah

N % n % n % N %

Baik 2 7,7 14 53,0 10 38,5 26 100

Sedang 3 25,0 5 41,7 4 33,3 12 100

Kurang 0 0 0 0 2 100 2 100

Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa hanya 2 konsumen yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang dan posisi tawar kurang. Sedangkan dari 26 konsumen yang mempunyai tingkat pengetahuan baik, terdapat 2 (7,7%) konsumen memiliki posisi tawar baik dan 10 (38,5%) konsumen memiliki posisi tawar kurang.

Tabel 4.10 Distribusi Posisi Tawar Tentang kemasan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan Menurut Sikap konsumen

Tingkat Sikap

Posisi Tawar Tentang Kemasan Styrofoam

Baik Sedang Kurang Jumlah

N % n % N % N %

Baik 5 15,2 19 15,7 9 27,3 33 100

Sedang 0 0 0 0 7 100 7 100

Berdasarkan tabel 4.10 di atas diketahui bahwa sebanyak 7 konsumen yang memiliki sikap sedang dan kurang pada posisi tawar. Sedangkan dari sebanyak 33 konsumen yang memiliki tingkat sikap baik, terdapat 5 (15,2%) konsumen memiliki posisi tawar baik dan sebanyak 9 (27,3%) konsumen memiliki posisi tawar kurang.


(42)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Konsumen

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentang umur terbanyak antara 18-28 tahun yaitu sebanyak 62,5%, menunjukkan bahwa usia remaja dan dewasa awal yang sering membeli makanan menggunakan kemasan Styrofoam. Sedangkan yang paling sedikit anatara 40-50 tahun yaitu sebanyak 10,0%. Ini juga menunjukkan bahwa yang sering datang ke Amaliun Foodcourt adalah remaja dan dewasa awal.

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, diketahui sebesar 62,5% tamatan Perguruan tinggi, untuk tamatan SD dan SMP tidak dijumpai. Berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak yaitu sebesar 62,5% laki-laki, selain itu Amaliun Foodcourt sering dijadikan tempat nongkrong dan banyak yang memanfaatkan wifi.id sebagai sarana internet.

Hasil karakteristik konsumen mulai umur, pendidikan terakhir, dan jenis kelamin menunjukkan bahwa konsumen dapat menyadari bahwa kemasan Styrofoam tidak aman untuk menjadi kemasan pangan. Konsumen tingkat pendidikan tertinggi adalah tamatan perguruan tinggi dan kategori umur tertinggi adalah 18-28 tahun, memiliki pengetahuan dan sikap yang baik sesuai dengan hasil penelitian sehingga dapat dikatakan konsumen paham akan kemasan yang aman dan tidak untuk makanan.


(43)

Penelitian ini juga memiliki kekurangan dan keterbatasan antara lain, penelitian ini menggunakan angket sebagai alat pengumpul data sehingga masih ada bias untuk hasil pengetahuan, sikap dan posisi tawar konsumen. Konsumen menjawab angket yang diberikan berdasarkan jawaban yang menurut konsumen baik untuk penilaian, sehingga hasil yang didapat tidak dapat mewakili dugaan semestara yang penulis inginkan.

5.2 Pengetahuan Konsumen Tentang Penggunaan Kemasan Styrofoam

Pengetahuan konsumen tentang penggunaan kemasan Styrofoam erat kaitannya dalam mempengaruhi pedagang untuk memakai kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan. Berdasarkan penelitian Simanjuntak (2010), Pengetahuan pedagang sebagai penjual makanan tentang plastik dan Styrofoam yaitu sebesar 63,8% memiliki pengetahuan berkategori cukup, kurangnya pengetahuan penjual makanan dikarenakan kurangnya informasi pasti yang mereka ketahui mengenai bahaya plastik kresek dan Styrofoam. Selain itu dalam buku Perilaku Konsumen oleh Sumarwan (2004), pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan memungkinkan pemasar (pedagang) dapat mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga konsumen mau membeli apa yang ditawarkan oleh pemasar (pedagang). Oleh karena itu pengetahuan dari konsumen tentang bahaya dari kemasan Styrofoam diperlukan untuk membantu mengurangi pemakaian kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan.


(44)

Pengetahuan manusia merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dalam hal ini konsumen mempunyai pengetahuan dalam hal kemasan Styrofoam (Notoatmodjo, 2012).

Hasil penelitian dari 40 konsumen yang berada di Amaliun Foodcourt sebanyak 65% dikategorikan memiliki pengetahuan baik. Sebanyak 65% konsumen mengetahui bahaya dari kemasan Styrofoam yang tidak aman untuk menjadi wadah makanan, konsumen mengetahui informasi bahaya kemasan Styrofoam dari situs internet tentang kesehatan yang membahas bahaya kemasan Styrofoam, selain itu konsumen juga mendapatkan informasi dari televisi.

Pada pertanyaan dari kuesioner tentang bahaya yang terdapat pada kemasan Styrofoam yang digunakan sebagai wadah makanan, yang menjawab zat kimia penyusunnya sebanyak 70,0%. Menurut Institute of Tropical Disease UNAIR (2015) tentang Bahaya Styrofoam Bagi Kesehatan, Styrofoam jadi berbahaya karena terbuat dari butiran-butiran stiren, yang diperoses menggunakan benzena. Padahal benzena termasuk zat yang bisa menimbulkan banyak penyakit. Benzena bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur dan menjadi mudah gelisah. Selain itu pada lingkungan Styrofoam juga tidak dapat hancur dan terurai oleh alam, Styrofoam akan menumpuk begitu saja dan dapat mencemari lingkungan.

Berdasarkan pertanyaan yang penulis berikan melalui kuesioner kepada konsumen, tentang larangan penggunaan kemasan Styrofoam dari pemerintah sebagai


(45)

pembungkus makanan yang menjawab Tidak sebanyak 32,5% dan yang menjawab Ya sebanyak 37,5%. Menurut BPOM RI (2009) pada Keterangan Pers Tentang Kemasan Makanan Nomor: KH.00.02.1.55.2888 (lampiran), tidak melarang penggunaan kemasan Styrofoam hanya saja masyarakat sebagai konsumen dihimbau untuk memperhatikan logo dari kemasan Styrofoam, tidak menggunakan kemasan Styrofoam dalam microwave, tidak menggunakan kemasan Styrofoam untuk mewadahi makanan berminyak atau berlemak apalagi dalam keadaan panas.

Untuk pertanyaan tentang alas yang paling aman untuk mewadahi kemasan Styrofoam, konsumen menjawab 90,0% melapisinya dengan daun dan 5,0% melapisinya dengan plastik. Dengan hasil tersebut konsumen mengetahui bahaya dari alas plastik untuk makanan panas dan berminyak yang tidak disarankan sama halnya dengan bahaya dari kemasan Styrofoam.

5.3 Sikap Konsumen Tentang Kemasan Styrofoam

Sikap konsumen yang mengatakan setuju bahwa kemasan Styrofoam bukan sebagai pembungkus makanan sebanyak 80% sudah dianggap baik. Sedangkan untuk mengatakan tidak setuju bahwa pemakaian kemasan Styrofoam terasa lebih praktis, ringan dan menjaga makanan tetap aman sebanyak 45% dianggap kurang. Konsumen sudah merasakan praktis dan ringkas menggunakan kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan tetapi tidak menghiraukan bahaya dari kemasan Styrofoam tersebut.

Sikap konsumen yang mengatakan setuju pada pertanyaan tentang pembeli seharusnya tidak menerima makanan dengan kemasan Styrofoam sebanyak 67,5%,


(46)

dapat menggambarkan bahwa konsumen menginginkan kemasan yang aman untuk pembungkus makanannya, seperti yang disampaikan pada Seminar Nasional

Pascasarjana UPN “Veteran” (2006) bahwa konsumen akan memilih produk yang

bermutu lebih baik dan harga lebih murah. Konsumen juga memiliki hak untuk memilih dengan kriteria yang diinginkan kepada pedagang.

Konsumen menjawab setuju sebesar 100,0% pada pertanyaan yang menyatakan bahwa seharusnya pemerintah dan bidang terkait memberikan informasi tentang bahaya dari kemasan Styrofoam, dengan hasil tersebut dapat dikatakan bahawa konsumen ingin terlindungi dengan adanya pengawasan dari pemerintah dan informasi yang berkelanjutan tentang kemasan yang aman dalam hal ini kemasan Styrofoam.

Hasil penelitian dari 40 konsumen yang berada di Amaliun Foodcourt sebanyak 82,5% dikategorikan memiliki sikap baik. Sebanyak 82,5% konsumen dapat menggambarkan ingin mendapatkan kemasan makanan yang aman.

Sebagaimana disebutkan pada Keterangan Pers BPOM RI (2009) tentang

Kemasan Makanan “Styrofoam” Nomor: KH.00.02.1.55.2888 (lampiran) yang menyatakan bahwa masyarakat sebagai konsumen dihimbau untuk memperhatikan hal-hal dalam rangka melaksanakan tindakan kehati-hatian diantaranya jangan menggunakan kemasan Styrofoam yang rusak atau berubah bentuk untuk mewadahi makanan berminyak/berlemak apalagi dalam keadaan panas, selain itu residu monomer stiren yang tidak ikut bereaksi dapat terlepas ke dalam makanan yang


(47)

berminyak/berlemak atau mengandung alkohol, terlebih dalam keadaan panas. Tetapi pedagang kebanyakan yang menjual makanan dalam keadaan panas dan berminyak menggunakan kemasan Styrofoam untuk mewadahi makanan.

5.4 Gambaran Pengetahuan Terhadap Posisi Tawar Konsumen Tentang Kemasan Styrofoam

Pengetahuan konsumen dianggap penting karena akan mempengaruhi keputusan pembelian. Ketika konsumen memiliki pengetahuan yang lebih banyak, maka konsumen akan lebih baik dalam mengambil keputusan, konsumen akan lebih efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi dan mampu merecall informasi dengan lebih baik.

Hasil dari tabulasi silang menunjukkan hanya 7,7% konsumen yang mempunyai tingkat pengetahuan baik dan melakukan posisi tawar dengan pedagang, dan berani tidak menerima makanan dengan kemasan Styrofoam. Mengacu kepada hasil tabulasi silang tersebut bahwa konsumen yang mempunyai pengetahuan baik tidak semuanya melakukan tindakan posisi tawar terhadap kemasan Styrofoam yang dijadikan wadah makanan. Konsumen hanya dapat menerima makanan dengan kemasan Styrofoam dan dapat melakukan posisi tawar jika pedagang mempunyai kemasan jenis lain dan jika Styrofoam dilapisi dengan daun pisang.

Menurut Azwar (2005), pengetahuan seseorang akan mempengaruhi sikap dan tindakannya. pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam hal ini posisi tawar dapat dikatakan sejalan apabila pengetahuan seseorang baik dan sikapnya juga baik. Berdasarkan teori tersebut pengetahuan konsumen belum sejalan dengan tindakan


(48)

posisi tawar konsumen karena pengetahuan konsumen yang baik dengan posisi tawar baik hanya 7,7% sedangkan dengan pengetahuan baik dan posisi tawar sedang sebesar 53,0%.

Keputusan konsumen untuk tidak memilih kemasan Styrofoam seharusnya di ikuti oleh pedagang yang menyediakan alternatif kemasan pangan, sehingga konsumen bisa melakukan posisi tawar. Tetapi banyak pedagang makanan yang hanya menyediakan kemasan Styrofoam untuk pembungkus makanannya, alasan pedagang hanya menyediakan Styrofoam dan plastik kresek karena dua kemasan tersebut sudah dapat membungkus makanan yang dijual dan lebih hemat serta praktis menggunakannya, jika menambah kemasan lain pedagang harus mengeluarkan biaya tambahan untuk kemasan. Konsumen menginginkan dapat memperoleh barang dan jasa dengan sebaik-baiknya, sementara produsen menginginkan memperoleh untung yang sebanyak-banyaknya agar ia tetap bertahan dalam usahanya (Sumarwan, 2004).

Menurut Widjaja dan Yani (2003) yang dikutip pada kongres yang dikemukakan oleh presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy pada tanggal 15 Maret 1962, Konsumen memiliki hak-hak yang harus dipenuhi diantaranya, hak untuk memperoleh kemanan, hak untuk memilih, hak untuk mendapat informasi, hak untuk didengar. Sehingga dengan hak-hak tersebut konsumen merasa terlindungi dan mendapatkan perlindungan hukum jika terjadi sesuatu.


(49)

5.5 Gambaran Sikap Terhadap Posisi Tawar Konsumen Tentang kemasan Styrofoam

Hasil dari tabulasi silang menunjukkan bahwa sikap konsumen dengan kategori baik sebanyak 15,2% tidak dapat menjamin konsumen akan melakukan tindakan posisi tawar yang baik pula. Karena sebanyak 27,3% sikap konsumen baik tetapi tindakan posisi tawar kurang.

Mengacu kepada hasil tabulasi silang tersebut dapat dijelaskan bahwa sikap konsumen yang baik belum teraplikasi pada tindakan posisi tawar terhadap kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan. Sikap yang ditunjukkan konsumen dengan memilih kemasan daun pisang lebih aman dari kemasan Styrofoam tidak mempengaruhi posisi tawar konsumen, karena dalam hal ini pedagang tidak memiliki kemasan selain Styrofoam, sehingga konsumen tidak dapat melakukan tindakan posisi tawar.

Alasan konsumen dengan menerima makanan dengan kemasan Styrofoam adalah pedagang tidak memiliki kemasan selain Styrofoam sedangkan konsumen menginginkan makanan yang dijual pedagang, sehingga konsumen terpaksa menerima makanan yang dikemas dengan Styrofoam. Selain itu konsumen juga merasa kemasan Styrofoam praktis dan terlihat bagus untuk kemasan makanan sehingga konsumen menerima makanan yang dikemas dengan kemasan Styrofoam. Apalagi konsumen enggan meminta tukar kemasan karena akan memakan waktu lama untuk mengganti kemasan Styrofoam dengan kemasan lain.


(50)

Konsumen memiliki kemampuan yang terbatas dalam mengumpulkan dan mengolah informasi tentang kemasan pangan dan makanan yang dikonsumsinya sehingga mereka mempunyai keterbatasan dalam menilai makanan dan menghindari resiko dan produk-produk makanan yang tidak bermutu dan tidak aman bagi kesehatan. Karena itu konsumen memerlukan bimbingan dan perlindungan dari semua pihak yang terlibat dalam proses penyediaan makanan, terutama dari pemerintah dan pihak legislatif (Sumarwan, 2004).


(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan sikap dengan posisi tawar konsumen tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan di Amaliun Foodcourt ditemukan bahwa pengetahuan dan sikap konsumen tidak sejalan dengan tindakan posisi tawar, dimana konsumen memilih menerima makanan dengan kemasan Styrofoam karena selain keinginan akan makanannya juga pedagang yang tidak mempunyai alternatif kemasan jenis lain untuk dipilih oleh konsumen. Sedangkan alasan pedagang tidak mempunyai kemasan selain Styrofoam karena kemasan Styrofoam sudah dapat membungkus makanan yang dijual dan lebih hemat serta praktis menggunakannya, jika menambah kemasan lain pedagang harus mengeluarkan biaya tambahan untuk kemasan.

6.2 Saran

Sebagai saran untuk Pengetahuan, sikap, dan posisi tawar konsumen tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan di Amaliun Foodcourt :

1. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk wilayah Medan hendaknya meningkatkan pengawasan terhadap kemasan yang tidak aman untuk makanan. Selain itu BPOM bisa memberikan solusi kemasan yang aman sebagai kemasan pangan kepada masyarakat.


(52)

2. Kepada pedagang yang menggunakan kemasan Styrofoam dapat mensiasati alas untuk kemasan Styrofoam menggunakan daun pisang yang dibentuk seperti kotak Styrofoam, agar makanan tidak tersentuh dengan kemasan Styrofoam.

3. Kepada masyarakat sebagai konsumen jika ingin membeli makanan yang berminyak/berlemak dalam keadaan panas dan ingin dibawa pulang sebaiknya membawa wadah sendiri dari rumah, atau menyantap makanan langsung di lokasi tempat makan.


(53)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan

Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasuk-kan ke dalam tubuh (Almatsier, 2010). Menurut Tejasari yang mengutip dalam Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1996, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.

Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu (Saparinto dan Hidayati, 2006) :

1. Makanan segar, yaitu makanan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung ataupun tidak langsung (bahan baku pengolahan pangan), contoh : pisang dan lain-lain

2. Makanan olahan, yaitu makanan hasil proses olahan dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Makanan olahan bisa dibedakan lagi menjadi makanan olahan siap saji.

a. Makanan olahan siap saji adalah makanan yang sudah diolah dan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan, contoh: pisang goreng dan lain-lain.


(54)

b. Makanan olahan tidak siap saji adalah makanan yang sudah melewati proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum, contoh: makanan kaleng dan lain-lain. 3. Makanan olahan tertentu

Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan, contoh: susu rendah lemak untuk orang yang menjalani diet lemak dan lain-lain.

Permasalahan yang timbul dapat diakibatkan kualitas dan kuantitas bahan pangan. Hal ini tidak boleh terjadi atau tidak dikehendaki karena orang makan itu sebetulnya bermaksud mendapatkan energi agar tetap bertahan hidup, dan tidak untuk menjadi sakit karenanya. Dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting. Salah satu penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi pangan yang mengandung bahan/senyawa beracun atau organisme patogen adalah foodborne disease. Penggunaan bahan kemasan pangan yang dilarang dapat menyebabkan penyakit kanker, tumor, dan gangguan saraf (Yuliarti, 2007).

2.2 Kemasan Pangan

Kemasan Pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus Pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan Pangan maupun tidak (UU No.18 Tahun 2012, Pangan).

Kemasan pangan selalu di sandingkan dengan pangan, karena pangan/makanan biasanya disajikan dengan kemasan yang sesuai dan dapat berguna


(55)

kertas, plastik, dan Styrofoam, dari berbagai kemasan tersebut memiliki keunggulan masing-masing tetapi juga memiliki bahaya bagi kesehatan jika digunakan.

Berdasarkan pendapat ahli Buckle (1987), ada resiko-resiko tertentu sehubungan dengan bahan-bahan pengemas, proses dan juga pendistribusian makanan yang telah dikemas. Selain bahaya mikroorganisme yang kemungkinan terdapat pada bahan pengemas makanan, resiko lain yang mungkin muncul adalah masuknya komponen beracun yang masuk dari bahan pengemas ke dalam bahan makanan, seperti bahan-bahan kimia dan bau yang berasal dari bahan pengemas tersebut.

Menurut UU RI No.7 Tentang Pangan 1996, pasal 16 ayat (1) “ setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan manusia” menurut Keterangan pers BPOM Nomor: KH.00.02.1.55.2888 tahun2009 tentang “Kemasan Makanan Styrofoam“ ditambah dengan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terhadap bahaya Styrofoam semakin memperjelas bahwa kemasan Styrofoam perlu diwaspadai penggunaannya.

2.3 Jenis Kemasan Pangan

Kemasan pangan dapat dibuat dari berbagai jenis bahan dasar dan bahan tambahan. Bahan dasar kemasan pangan dapat berupa plastik, logam/paduan Logam, kertas/karton, karet/elastomer, keramik, selofan dan kaca. Pada setiap jenis kemasan, ada persyaratan tertentu yang harus diikuti supaya dihasilkan kemasan yang aman


(56)

bagi kesehatan. Setiap jenis bahan pengemas ini memiliki keunggulan tertentu, antara lain jenis kemasan tertentu cocok untuk jenis pangan tertentu, misalnya pangan padat, setengah padat (pasta) dan cair (minuman). Tidak semua bahan pengemas aman untuk pangan dan terhadap kesehatan. Syarat keamanan kemasan pangan adalah sebagai berikut: Kemasan pangan tidak boleh bersifat toksik dan tidak meninggalkan residu terhadap pangan, harus mampu menjaga bentuk, rasa, kehigienisan, dan gizi bahan pangan; Senyawa bahan toksik kemasan tidak boleh bermigrasi ke dalam bahan pangan terkemas; Bentuk, ukuran dan jenis kemasan dapat memberikan efektifitas; dan bahan kemasan tidak mencemari lingkungan hidup.

2.4 Bahan Kemasan Pangan dan Pengaruh Negatif Bagi Kesehatan

1. Kemasan Plastik

Plastik adalah campuran yang mengandung polimer, filler, pemlastis/plasticizer, pengawet/retard, nyala, antioksidan, lubrikan, penstabil/stabilizer panas dan pigmen warna. Jenis polimer yang banyak digunakan adalah polietilen, polipropilen, polivinilklorida dan polistirena atau Styrofoam. Risiko yang dapat ditimbulkan akibat campuran senyawa tersebut diantaranya senyawa kimia toksik, yang merupakan akibat bermigrasinya plastik dengan produk pangan, yang dipengaruhi oleh tingginya suhu dan lamanya waktu kontak.

2. Kemasan Logam


(57)

tubuh manusia. Namun perlu diperhatikan bahwa logam akan bereaksi dengan asam, yang menyebabkan logam tersebut melarut. Banyak bahan pangan yang bersifat asam, sehingga kontak antara asam dengan kemasan logam dapat melarutkan kemasan logam yang bersangkutan. Waktu kontak berkorelasi positif dengan banyaknya logam yang terlarut, artinya semakin lama waktu kontak, maka semakin banyak logam yang terlarut.

3. Kemasan Kertas

Bahan pengemas yang berasal dari kertas dan sejenisnya sudah lama dikenal masyarakat, termasuk kertas tisu, koran bekas, ataupun kertas bekas lainnya yang telah diputihkan. Struktur dasar kertas adalah bubur kertas (selulosa) dan felted mat. Komponen lain adalah hemiselulosa, fenil propan terpolimerisasi sebagai lem untuk merekatkan serat, minyak esensial, alkaloid, pigmen, mineral. Pada pembuatan kertas terkadang digunakan klor sebagai pemutih, adhesive aluminium, pewarna dan pelapis. Bahan berbahaya yang ada dalam kertas, yang dapat bermigrasi kedalam pangan antara lain adalah tinta dan klor.

4. Kemasan Kaca/Gelas dan Porselen

Kaca/gelas dan porselen merupakan kemasan yang paling tahan terhadap air, gas ataupun asam, atau memiliki sifat inert. Kemasan kaca juga dapat diberi warna, banyak digunakan untuk produk minuman yang memiliki sifat-sifat tertentu sehingga dapat menyaring cahaya yang masuk ke dalam kemasan kaca. Jenis kemasan ini dianggap kemasan yang paling aman untuk produk pangan. Porselen atau keramik,


(58)

biasanya sering digunakan sebagai gelas atau peralatan makan. Selain ada yang dibuat dari tanah liat, ada pula porselen yang dibuat dari bahan dolomite dengan beberapa bahan campuran lainnya. Porselen cukup aman digunakan sebagai wadah makanan, terutama yang bersuhu tinggi. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih gelas, atau peralatan makan dari porselen antara lain suhu pembakaran pada saat pembuatan serta bahan bakunya. Porselen dibuat dengan cara dibakar pada suhu sangat tinggi yaitu di atas 1200°C. Pembakaran yang sempurna akan menghasilkan porselen yang baik dan kuat. Namun bila pembakaran kurang dari 800°C, maka porselen yang dihasilkan akan kurang baik. Bila bahan baku yang digunakan adalah dolomite, maka kualitas porselen juga kurang baik. Porselen dari bahan baku dolomite dengan pembakaran yang kurang sempurna dapat berpotensi terjadi migrasi senyawa kimia kalsium karbonat (CaCO3) dan magnesium karbonat (MgCO3) dari dolomite ke dalam bahan pangan. Dolomite merupakan bahan baku yang cukup luas penggunaannya, antara lain digunakan dalam industri gelas dan kaca lembaran, industri keramik dan porselen, industri refraktori, pupuk dan pertanian. Warna porselen umumnya putih, sedangkan bila dengan bahan dolomite akan berwarna agak kusam.

2.5 Kegunaan Kemasan Pangan

Kegunaan kemasan sebagai pelindung bagi produk didalamnya, Kegunaan kemasan yang penting adalah sebagai berikut :


(59)

c. Untuk memudahkan pengiriman dan pendistribusian d. Sebagai pelindung bagi prduk di dalamnya

e. Sebagai sarana informasi dan promosi

Kemasan, sampai batas tertentu memang dapat mengurangi pengaruh buruk dari unsur perusak dari luar tersebut. Dengan demikian produk didalamnya akan dapat lebih lama bertahan dalam kondisi yang baik. Hal ini sering disalahartikan oleh sementara orang bahwa kemasan dapat mengawetkan produk, Kemasan tidak dapat mengawetkan produk, yang dapat mengawetkan produk adalah proses pembuatannya yang lebih baik dan/atau karena digunakannya bahan-bahan yang lebih baik.

Kemasan hanya dapat menghambat atau mengurangi derajat daya perusak dari unsur perusak luar. Bahkan, bila unsur perusaknya telah berada di dalam produk tersebut, misalnya karena produknya telah tercemar oleh mikroba-mikroba perusak, atau adanya proses kimia atau biokimia yang masih dapat berlanjut maka kemasan tidak dapat berbuat banyak. Kemasan saja tidak dapat melindungi kerusakan produk yang memerlukan penyimpanan dingin, untuk itu harus ada alat/sarana penyimpanan dingin, yang bukan kemasan.

2.6 Kemasan Styrofoam

Polistirena foam dikenal luas dengan istilah styrofoam yang seringkali digunakan secara tidak tepat oleh masyarakat karena sebenarnya styrofoam merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh pembuatnya Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan pangan.


(60)

Styrofoam atau plastik busa masih tergolong keluarga plastik. Styrofoam lazim digunakan sebagai bahan pelindung dan penahan getaran barang yang fragile seperti elektronik. Namun, saat ini bahan tersebut menjadi salah satu pilihan bahan pengemas makanan dan minuman. Bahan dasar styrofoam adalah polistiren, suatu jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat rapuh.

Banyak restoran siap saji yang menggunakan Styrofoam sebagai kemasan makanan yang mereka sajikan. Produk-produk siap saji juga banyak yang menggunakan Styrofoam seperti mie instant, kopi, bubur ayam, bakso, dan lain-lain.(Badan POM RI, 2008)

2.6.1 Bahan Pembuat Styrofoam

Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan. Polistirena dibuat dari monomer stirena melalui proses polimerisasi. Polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspense pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent. Polistirena bersifat kaku, transparan, rapuh, inert secara kimiawi, dan merupakan insulator yang baik. Sedangkan polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang


(61)

2.6.2 Dampak dan Bahaya Kemasan Styrofoam Terhadap Kesehatan

Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan sejak tahun1930-an, diketahui bahwa bahan dasar Styrofoam (styrene) dan dan bahan aditif lainnya seperti butadiene yang berfungsi sebagai bahan penguat juga DOP ataupun BHT yang berfungsi sebagai pemlastis (plastiticizer) ternyata bersifat mutagenic (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen (merangsang pembentukan sel kanker) (Yuliarti, 2007).

Hasil kajian Divisi Keamanan Pangan Jepang pada Juli 2001 mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endokrin disrupter (EDC) suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Semakin lama waktu pengemasan dengan Styrofoam dan semakin tinggi suhu, semakin besar pula migrasi atau perpindahan bahan-bahan yang bersifat toksik tersebut ke dalam makanan atau minuman. Apalagi bila makanan atau minuman tersebut banyak mengandung lemak atau minyak. Toksisitas yang ditimbulkan memang tidak langsung tampak. Sifatnya akumulatif dan dalam jangka panjang baru timbul akibatnya. Sementara itu CFC sebagai bahan peniup pada pembuatan styrofoam merupakan gas yang tidak beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya, gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas ini akan melayang di udara mencapai lapisan ozon di atmosfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisan pelindung bumi. Apabila lapisan ozon terkikis akan


(62)

timbul efek rumah kaca. Bila suhu bumi meningkat, sinar ultraviolet matahari akan terus menembus bumi yang bisa menimbulkan kanker.

Penelitian di Rusia pada tahun 1975 menemukan adanya gangguan menstruasi pada wanita yang bekerja dan selalu menghirup styrene dalam konsentrasi rendah. Gangguan menstruasi tersebut menyangkut siklus menstruasi yang tidak teratur dan terjadi pendarahan berlebihan (hypermenorrhea) ketika menstruasi. Styrene juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi wanita (penurunan kesuburan bahkan mandul) (khomsan, 2003).

Pada tahun 1986, national Human Adipose Tissue Survey di Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa 100% jaringan lemak penduduk Amerikan mengandung styrene dan pada tahun 1988 kandungan styrene tersebut mencapai 8-350 ng/g. konsentrasi styrene 350 ng/g adalah spertiga dari ambang batas yang dapat memunculkan gejala neurotoxic (gangguan saraf). Neurotoxic akan menimbulkan gejala-gejala seperti kelelahan, nervous dan kadar hemoglobin rendah. Hemoglobin (Hb) adalah bagian dari sel darah merah yang memiliki peran sangat penting yaitu mengangkut dan mengedarkan oksegen (O2) ke seluruh tubuh. Penurunan hemoglobin (anemia) akan menyebabkan kekurangan oksigen pada sel-sel tubuh dan menimbulkan gejala letih, lesu dan lemah (3L). anemia kronis dapat berakibat fatal seperti kematian (2003).


(63)

Posisi tawar adalah negosiasi, kapasitas satu pihak untuk mendominasi yang lain karena pengaruhnya, kekuatan, ukuran, atau status, atau melalui kombinasi dari taktik persuasi yang berbeda (Sukirno, 2002).

Posisi tawar dalam ilmu ekonomi berhubungan dengan perdagangan dimana ada pelaksana perjanjian antara kedua belah pihak untuk melakukan pertukaran barang atau jasa, dengan perjanjian tersebut maka kedua belah pihak dapat dengan leluasa untuk melakukan tawar menawar harga. Posisi tawar harus dilakukan lebih dari satu orang, jadi minimal ada dua orang yang bertransaksi (pedagang dan konsumen).

Posisi tawar dalam penelitian ini berhubungan dengan pelaksanaan tawar menawar antara konsumen dan pedagang untuk melakukan pertukaran kemasan Styrofoam dengan kemasan jenis lain yang lebih aman. Proses tawar menawar atau negosiasi dilakukan oleh konsumen yang merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan dalam hal ini makanan yang dikemasan menggunakan wadah Styrofoam.

Konsumen seringkali berada pada posisi yang kurang menguntungkan dan lemah daya tawarnya. Salah satunya disebabkan karena mereka belum memahami hak-hak mereka atau bahkan tidak jarang menganggap itu adalah persoalan yang biasa saja. Konsumen sebetulnya memiliki beberapa hak, menurut Widjaja dan Yani (2003) yang dikutip pada kongres yang dikemukakan oleh presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy pada tanggal 15 Maret 1962:


(64)

2. Hak untuk memilih

3. Hak untuk mendapat informasi 4. Hak untuk didengar

Sedangkan pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) pada tanggal 20 April 1999 pada Bab III pasal 4, yang mengatur hak-hak konsumen di Indonesia adalah mencakup sebagai berikut :

a. Hak atas Kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

b. Hak untuk memilih barang an jasa serta mendapatkan barang dan jasa tersebut sesuai nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, jujur mengenai kondisi barang dan/atau jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhan atas barang dan/atau jasa yang digunakan.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

g. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tdak sesuai.


(65)

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Jika terjadi permasalahan atau kerugian dari penggunaan kemasan Styrofoam, biasanya konsumen terkena kesulitan untuk mendapat penyelesaian dari pedagang, karena konsumen berada dalam posisi tawar yang tidak seimbang. Banyak faktor yang menyebabkan konsumen bersikap demikian, diantaranya kurangnya pengetahuan mengenai kemasan Styrofoam dan kesadaran konsumen tentang hak-haknya.

2.8 Perilaku

2.8.1 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu unsur yang diperlukan seseorang agar melakukan sesuatu. Unsur-unsur tersebut adalah :1. Pengetahuan/ pengertian dan pemahaman tentang apa yang dilakukan, 2. Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukan, 3. Sarana yang diperlukan untuk melakukan serta 4. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakan.

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh dari mata dan telinga.


(66)

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam enam tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2012):

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comperhension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi mengenai objek tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau mengaplikasikan prinsip atau materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi lain atau sebenarnya (real condition).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan dan atau memisahkan materi/objek ke dalam komponen-komponen lain tetapi masih di dalam satu struktur organisasi atau masalah/ objek yang diketahui dan masih ada kaitannya satu sama lain.


(67)

e. sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu.

2.8.2 Sikap (Affective)

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Menurut Notoatmodjo (2012) yang dikutip dari pendapat Allport (1945), sikap terdiri dari tiga komponen pokok yaitu:

1. kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

2. kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian orang tersebut terhadap objek.


(68)

3. kecendrungan untuk bertindak (tend to behave) artinya sikap adalah komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1. Menerima (receiving)

menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

2. Merespon (responding)

Merespon berarti memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah dan merupakan suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resiko yang merupakan indikasi sikap yang paling tinggi.

Pengertian lain mengenai sikap dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk (2007), yang menyatakan bahwa sikap merupakan ekspresi prasaan yang berasal dari dalam diri individu yang mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Melalui pemahaman terhadap sikap konsumen, pemasar (pedagang) dapat mengubah dan


(69)

membentuk sikap konsumen seperti yang diharapkannya melalui strategi pemasaran yang disusunnya.

2.9 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kajian teoritis yang dikemukanan di atas, maka dapat disusun kerangka konsep penelitian seperti yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengetahuan dan Sikap Konsumen Dengan Posisi Tawar Tentang Penggunaan Kemasan Styrofoam sebagai Wadah Makanan

Kerangka konsep di atas menggambarkan pengetahuan dan sikap tentang bahaya dari kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan, berhubungan dengan tindakan berupa posisi tawar yang dilakukan konsumen terhadap penggunaan Styrofoam.

Pengetahuan

Sikap

Posisi Tawar Konsumen dalam

Penggunaan Wadah Styrofoam Karakterisik

Konsumen : 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Pendidikan


(70)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia selain sandang dan papan yang sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan hidup manusia. Pangan yang dimaksud dapat berupa makanan atau minuman yang telah diolah maupun mentah yang dapat di konsumsi oleh manusia. Dengan perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat, industri pangan juga berkembang dengan pesat membuat inovasi kemasan pangan yang menarik. Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (2008) Pangan yang beredar saat ini praktis tidak lepas dari penggunaan kemasan dengan berbagai maksud, selain untuk melindungi kualitas pangan juga dimaksudkan untuk promosi.

Styrofoam atau yang dikenal dengan plastik busa juga sedang marak digunakan untuk pembungkus makanan terutama untuk makanan cepat saji. Styrofoam masuk kedalam jenis plastik yang diolah menggunakan campuran bahan Styrofoam dan polistiren, berwarna putih dan kaku yang sering digunakan sebagai kotak pembungkus makanan. Tadinya bahan ini dipakai untuk pengaman barang non-makanan seperti barang-barang elektronik agar tahan benturan ringan, namun saat ini seringkali dipakai sebagai kotak pembungkus makanan. Kegunaannya yang mudah, praktis, enak dipandang, murah, anti bocor, tahan terhadap suhu panas dan dingin, membuat masyarakat lupa pada dampak dan efek terhadap kesehatan manusia serta


(1)

7. Arfah Mardiana, M.Psi selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan menasehati penulis selama mengikuti studi di FKM.

8. Bapak Marihot Samosir S.T yang telah membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

9. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU yang telah memberi ilmu yang berharga pada penulis selama mengikuti studi di FKM USU.

10. Amaliun Foodcourt yang telah memberi ijin tempat penelitian dan membantu penulis memberikan keterangan yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, ayah dan bunda yang senantiasa memberikan doa dan dukungan yang telah banyak berkorban moral dan moril serta mendidik dan membesarkan penulis.

12. Serta adik-adik ku tersayang Maulana Azhar Rasyid dan Ananda Maulidin Habibi, yang senantiasa memberi semangat dan bantuan kepada penulis. 13. Teman seperjuangan penulis Elisnawati, Chintya, Yulita, Oney, Jogina yang

bersama-sama berjuang di FKM dan memberi semangat serta bantuan moral dan moril, dan untuk teman-teman peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat yang saling mendukung dan memberi semangat, dan kepada teman-teman FKM seluruhnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih buat persaudaraan yang hangat selama ini, semoga Allah SWT dapat membalasnya.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan masukan bagi kita semua amin.

Medan, 25 Januari 2016 Penulis


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……….. iii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iii

ABSTRAK ………. Iii KATA PENGANTAR ………... iii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL .……… vi

DAFTAR GAMBAR ………. viii

RIWAYAT HIDUP ……… viii

BAB I. PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 9

1.3 Tujuan Penelitian ………. 9

1.4 Manfaat Penelitian ……….….. 9

BAB II. TINJUAN PUSTAKA ………. 10

2.1 Makanan ………... 10

2.2 Kemasan Pangan ……….. 11

2.3 Jenis Kemasan Pangan ………. 12

2.4 Bahan Kemasan Pangan dan Pengaruh Negatif Bagi kesehatan ….. 13

2.5 Kegunaan Kemasan Pangan ………. 15

2.6 Kemasan Styrofoam ………. 16

2.6.1 Bahan Pembuat Styrofoam ………... 17

2.6.2 Dampak dan Bahaya Styrofoam Terhadap Kesehatan ……... 18

2.7 Posisi Tawar Konsumen ………... 20

2.8 Perilaku ……… 22

2.8.1 Pengetahuan ………... 22

2.8.2 Sikap ……….. 24

2.9 Kerangka Konsep penelitian ……… 26

BAB III. METODE PENELITIAN ………...27

3.1 Jenis Penelitian ………. 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 27

3.2.1 Lokasi Penelitian ………... 27

3.2.2 Waktu penelitian ………... 27

3.3 Populasi dan Sampel ……… 28

3.3.1 Populasi Penelitian ………. 28

3.3.2 Sampel Penelitian ………... 28

3.4 Metode Pengumpulan Data ……….. 28


(3)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ………... 29

3.6 Metode Pengukuran ………. 29

3.7 Metode Analisis Data ………... 33

BAB IV. HASIL PENELITIAN ………... 34

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 34

4.2 Karakteristik Konsumen ………... 35

4.3 Pengetahuan Konsumen……… 36

4.4 Sikap Konsumen………... 40

4.5 Posisi Tawar Konsumen dalam Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah makanan ………... 42

4.6 Distribusi Posisi tawar dalam Kemasan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan Menurut Pengetahuan dan Sikap Konsumen …………... 44

BAB V. PEMBAHASAN ………. 46

5.1 Karakteristik Konsumen ………... 46

5.2 Pengetahuan Konsumen Tentang Penggunaan Kemasan Styrofoam……….. 47

5.3 Sikap Konsumen Tentang Kemasan Styrofoam ……….. 49

5.4 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Posisi Tawar Konsumen Tentang Kemasan Styrofoam ………. 51

5.5 Pengaruh Sikap Terhadap Posisi Tawar Konsumen Tentang kemasan Styrofoam ……….. 53

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 55

6.1 Kesimpulan ……….. 55

6.2 Saran ………. 55

DAFTAR PUSTAKA ……… 57 DAFTAR LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Stan Pedagang yang Menggunakan Kemasan Styrofoam di Amaliun Foodcourt………... 34 Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden di Amaliun Foodcourt…………. 36 Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Kemasan Styrofoam

Sebagai Wadah Makanan di Amaliun Foodcourt ……… 37 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang

Kemasan Styrofoam di Amaliun Foodcourt ……… 37 Tabel 4.5 Distribusi Sikap Responden Tentang Kemasan Styrofoam Sebagai

Wadah Makanan di Amaliun Foodcourt ………. 40 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Katogori Sikap Tentang

Kemasan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di Amaliun Foodcourt ………... 41 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Posisi Tawar dalam Penggunaan

kemasan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di Amaliun Foodcourt

……….. 43

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Posisi Tawar Konsumen Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di Amaliun Foodcourt ……….. 43 Tabel 4.9 Distribusi Posisi Tawar dalam Kemasan Styrofoam Sebagai Wadah

Makanan Menurut Tingkat Pengetahuan Konsumen ……….. 45 Tabel 4.10 Distribusi Posisi Tawar Tentang kemasan Styrofoam Sebagai Wadah

Makanan Menurut Sikap konsumen ……… 45


(5)

DAFTAR GAMBAR


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : PUTRI RAHMADHANI S Tempat Lahir : MEDAN

Suku Bangsa : PADANG

Agama : ISLAM

Nama Ayah : USWANDI, M.Pd Suku Bangsa Ayah : PADANG

Nama Ibu : ZULFAHANUM LUBIS, M.Pd Suku Bangsa Ibu : MANDAILING

Pendidikan Formal

1. Tahun 1999 – 2005 : SD Swasta Al Washliyah 01 Medan 2. Tahun 2005 - 2008 : SMP Negeri 3 Medan

3. Tahun 2008 - 2011 : SMA Swasta Harapan 2 Medan 4. Tahun 2011- 2016 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 5. Lama studi di FKM USU : 4 Tahun 5 Bulan