BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebersihan rongga mulut adalah tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan mulut,gigi dan gusi untuk mencegah dari penyakit gigi dan mulut,
mencegah penyakit penularan yang penularannya melalui mulut, mempertinggi daya tahan tubuh, dan memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu
makan. Dengan penjagaan gigi yang baik bukan saja dapat memperoleh wajah yang cantik ,tapi juga dapat memudahkan seseorang untuk makan dan berbicara
tanpa perlu risau akan bau mulut Hermawan, 2010. Terdapat banyak penyakit yang melibatkan mulut, gigi dan gusi.
Contohnya adalah gingivitis, tonsilitis, kanker mulut, infeksi jamur dan karies gigi. Pada anak-anak,penyakit yang sering terjadi pada mereka adalah karies gigi
karena kurang penjagaan yang benar, dan konsumsi makanan yang manis secara berlebihan. Dari hasil survei terhadap anak yang berusia 6 tahun yang dilakukan
pada tahun 1970 di Malaysia, didapatkan 95,4 mempunyai satu atau lebih karies gigi Oral Health Division, 2003. Menurut WHO 2000, pada tahun 1981
didapati indeks
decayedmissingfilled teeth
DMFT di Malaysia adalah sebanyak 3,9 yang dikategorikan dalam tingkat sedang. Ini menunjukkan bahwa pada waktu
itu, kesadaran tentang pentingnya kebersihan rongga mulut pada ibu bapa dan anak-anak masih rendah.
Mulai tahun 1984, pemerintah Malaysia telah melancarkan satu program penjagaan kebersihan rongga mulut pada anak-anak prasekolah dengan tujuan
untuk meningkatkan kesadaran kebersihan rongga mulut di usia dini, dan seterusnya mendekatkan diri anak-anak dengan perilaku untuk menjaga
kebersihan rongga mulut Oral Health Division, 2009b. Program tersebut merupakan salah satu upaya untuk mempromosikan kesehatan rongga mulut
dalam mengurangi persentase pengidap karies gigi di kalangan anak-anak. Hasil dari program tersebut menunjukkan penurunan sampai 88,6 pada tahun 1988
Oral Health Division, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Setelah dilakukan studi epidemiologi ulang pada tahun 1995 untuk menilai keberhasilan program yang telah dilancarkan pada tahun 1984 itu, didapatkan
hanya sebanyak 12,9 yang bebas dari karies gigi pada anak-anak berusia 5 tahun. Hasil dari data tersebut menunjukkan Malaysia masih belum mencapai
target yang telah ditetapkan oleh
World Health Organisation
WHO yaitu sebanyak 50 bebas dari karies gigi pada anak-anak berumur 5 hingga 6 tahun.
Selain itu, juga didapatkan persentase anak berusia 6 tahun yang bebas dari karies gigi adalah sebanyak 19,1 kurang dari target 30 yang telah ditetapkan pada
Oral Health Goals year 2000 in Malaysia
Oral Health Division, 2003
.
Hal ini menandakan bahwa masih terdapat beberapa daerah yang kurang mendapat
cakupan dari program yang telah dijalankan. Pada tahun 1997, telah dilakukan sebuah survei dan mendapatkan persentase karies gigi pada anak berusia 6 tahun
dan 12 tahun menurun sehingga 27 dan 57 Oral Health Division, 2009a. Selain itu, ada penelitian lain yang mendapatkan persentase karies gigi pada anak
yang berusia 5 tahun untuk tahun 2005 adalah sebanyak 76,2 WHO Oral Health CountryArea Profile Programme, 2009.
Banyak kendala yang dapat menjadi faktor penyebab tingginya insidens karies gigi di Malaysia pada sekitar tahun 1970 sehingga tahun 1995, misalnya
rendahnya kesadaran anak-anak, ibu bapa,dan masyarakat yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan mereka tentang kebersihan rongga mulut, jalan
masuk ke pelayanan kesehatan gigi yang tidak mudah dan tidak adekuat, kurangnya sarana pelayanan kesehatan gigi di kawasan-kawasan pedalaman, dan
masalah keuangan keluarga untuk mendapatkan perkhidmatan kesehatan. Tingkat pengetahuan anak-anak tentang kebersihan rongga mulut amat
bergantung kepada cara asuhan dan didikan oleh orang tua serta guru-guru yang mengajar mereka. Jika didikan diberikan dengan baik, pasti anak-anak akan
mempunyai pengetahuan, sikap dan mengamalkan penjagaan rongga mulut yang benar dan seterusnya mengurangkan insidens penyakit yang berkaitan dengan
rongga mulut.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah