Gingiva Air Liur Rongga Mulut

Panjang mahkota gigi yang tampak oleh mata sangat bervariasi, tergantung letak area perlekatan gusi. Penyikatan gigi yang berlebihan dapat mengakibatkan turunnya area perlekatan gusi, sehingga gigi tampak lebih panjang. Sedangkan mahkota gigi akan tampak lebih pendek pada pemakaian gigi yang berlebihan Pratiwi, 2009.

2.1.4 Gingiva

Gingivae atau gusi terdiri dari dense irregular connective tissue yang dilapisi oleh nonkeratinized stratified squamous epithelium yang menutupi alveolar processes pada rahang atas dan bawah serta meliputi leher bagian gigi. Permukaan internal bibir atas dan bawah kedua-duanya melekat pada gusi pada lipatan nipis di bagian garis tengah yang dikenal sebagai labia frenulum McKinley dan O’Loughlin, 2008 . Gingiva berjalan melapisi tonjolan alveolar dan berakhir pada leher gigi. Gingiva yang mengelilingi leher gigi direkatkan oleh cincin yang disebut junctional epithelium. Gingiva yang sehat biasanya berwarna merah muda, tergantung etnis individu. Makin gelap kulit seseorang, makin gelap pula warna merah gingivanya. Konsistensinya padat dan melekat pada tulang alveolar di bawahnya. Gingiva dibagi menjadi tiga area yaitu area paling atas disebut free marginal gingiva yaitu gingiva yang tidak melekat pada tulang alveolar. Di bawahnya adalah attached gingiva , yaitu area gingiva yang melekat pada tulang alveolar dengan lebar yang bervariasi. Interdental gingiva adalah bagian gingiva yang berada di antara gigi. Sulkus gingiva pula adalah kantung yang berjalan dari marginal gingiva sampai junctional epithelium . Serat periodontal adalah penyambung akar gigi dengan tulang alveolar yang mengandung serat kolagen, sel saraf, dan pembuluh darah. Serat ini berfungsi untuk memegang gigi dan tempat perlekatannya tersebar merata di sepanjang sementum akar gigi. Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Air Liur

Air liur atau saliva merupaan campuran berbagai cairan yang terdapat dalam rongga mulut. Cairan ini berasal dari kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva berfungsi sebagai cairan pembersih dalam mulut, sehingga diperlukan dalam jumlah yang cukup. Kekurangan saliva akan membuat tingginya jumlah plak dalam mulut. Tingkat keasaman saliva juga berpengaruh terhadap timbulnya lubang gigi atau karies. Semakin asam, semakin mudah terjadinya karies gigi.

2.2 Konsep Dasar