67 ia merasa cukup bersyukur karena masih bisa menikmati hidup walaupun
tanpa bekerja keras seperti kebanyakan orang lainnya. “Dengan materi belom, tapi dalam kehidupan bergaul udah pastilah.
Dalam keluarga seneng, cuma untuk materi mungkin. Andi bahagia dengan kehidupan Andi , dan ga mau berubah jadi orang lain. Mungkin
berbeda dengan orang lain yang butuh kerja keras untuk hidup ini, Andi gak perlu sih.”S1.W3L.344-350
Andi juga merasa teman-temannya yang selalu menemaninya menambah kelengkapan rasa bahagia Andi. Namun di dalam pergaulannya Andi tidak
masuk ke dalam komunitas piecing karena ia merasa bukan orang yang termasuk ke dalamnya. Andi menggungapkan piercing sebagai seni dan ia
hanya seorang penikmatnya dan pelaku seni, seperti pelukis, aktor, pembuat tato bahkan anak-anak jalanan. Ia dan beberapa teman-temannya hanya
memakai piercing lebih kepada rasa senang kepada diri sendiri saja.
IV. A. 1. 3. f. Dinamika Harga Diri Pada Pemakai Body Piercing.
Perjalanan akademik Andi tidak berjalan dengan lancar. Andi beberapa kali mengalami pindah sekolah, karena masalah absent, ditambah
dengan pelajarannya yang menurun. Hal ini pun disebabkan oleh perubahan minat subjek yang lebih mementingkan pergaulan dari sekolahnya.
Walaupun subjek berhasil menamatkan jenjang sekolah formalnya, namun sangat disayangkan dia tidak bisa menyelesaikan kuliahnya yang dua kali
berpindah jurusan dengan alasan kebijakan kampusnya yang melarang
Universitas Sumatera Utara
68 dirinya memakai piercing. Pada akhirnya ia tidak berhasil meraih gelar
S1nya dan juga tidak memiliki pekerjaan. Andi yang telah memakai piercing dari semenjak ia SMA, merasa
senang dan bangga menjadi orang yang terlihat berbeda dengan kebanyakan orang umumnya. Namun seiring dengan tren zaman yang terbentuk
sekarang Andi tidaklah lagi merasa dirinya berbeda dan akhirnya merasa biasa saja dengan penampilan fisiknya. Bahkana, terkadang ia merasa
minder dengan penampilan fisiknya, yang terlihat sangat kurus dan seperti seorang pecandu narkoba, khususnya ketika ia akan diperkenalkan kepada
orang tua dari teman wanita yang baru dikenalnya. Namun sisi positifnya Andi juga tetap merasa keren dengan fisiknya, penilaian ini didapatkannya
dari komentar seorang temannya. Andi juga mengemukakan ia merasa percaya diri dengan piercing yang ia pakai, dan terus akan berkomitmen
dengan piercing miliknya ini. Andi bukanlah orang memiliki temperamen yang tinggi, ia lebih
suka berfikir secara logis terdahulu sebelum menimbulkan kemarahannya. Ia jua menyatakan dirinya sebagai seorang penyayang dari orang yang
kasar. Sebagai seorang yang humoris namun juga cuek dan pemalas, sikap pemalas Andi ini dikatakan sudah didapatkan dari ia kecil, dan usaha untuk
menanggulangi sikap negatif ini dengan bersikap malas kembali. Andi juga tidak merasakan kecemasan atas dirinya sekarang, ia pun merasakan
kenyaman terhadap dirinya yang seorang pemakai piercing. Andi juga tidak
Universitas Sumatera Utara
69 merasakan kesedihan yang mendalam pada dirinya, terkecuali saat ayahnya
meninggal dan saat ia dikhianati oleh pacarnya. Namun akhirnya rasa sakit hatinya ini diobati Andi dengan lebih introspeksi kepada dirinya sendiri.
Andi pun bukan seorang pencemas atau kesepian, karena ia memiliki teman- temannya untuk mengobati rasa kesepian Andi.
Di dalam bergaul Andi dikatakan sebagai seorang yang supel dan memiliki banyak teman. Bahkan ia mengakui 16 jam dalam sehari ia
menghabiskan waktunya di luar rumah dengan kegiatan nongkrong bersama teman-teman, bermain game di rumah teman dan kegiatan bermain lainnya.
Andi merasa lebih nyaman bersama teman-temannya, apalgi jika ditanya tentang cerita curahan hati. Andi lebih dapat mengungkapkan segala
permasalahn dirinya bersama teman, daripada bercerita dengan anggota keluarganya. Namun hubungan Andi dengan anggota keluarga satu dan
lainnya cukup baik, walaupun mereka tidak seharmonis sewaktu semasa Andi kecil dulu.
Tapi akhirnya Andi menilai hidupnya sangat bahagia, ia bersyukur tanpa harus bekerja keras, Andi tetap bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Walaupun secara materi Andi tidak merasa mapan, ia juga seorang pengganguran, tapi Andi tetap optimis dengan hidupnya, dan bercita-cita
akan berwiraswasta dan membuka satu usaha kuliner dengan selera baru di Medan. Andi pun cukup bahagia dengan pergaulannya sekarang, dan pada
Universitas Sumatera Utara
70 akhirnya Andi merasa dirinya berharga dan tidak bersedia menukarkan
hidupnya sekarang ini dengan kehidupan orang lain. Walaupun Andi gagal secara akademik, dan merasa kurang dengan
fisiknya namun Andi cukup stabil dengan perkembangan emosinya dan bahagia dengan kehidupan sosialnya. Harga diri responden I lebih tersusun
dengan dominasi dari dimensi emosi yang stabil dan sosial yang luas. Maka dapat digambarkan Andi pemakai body piercing yang supel dalam
pergaulan dan merasa eksis dengan keberadaan dirinya sebagai seorang pamakai piercing.
IV. B. Responden II IV. B. 1. Analisa Data