56 Namun rasa cinta Andi ini tidak berlangsung lama, karena
pengkhianatan dari mantan pacarnya sewaktu SMA. Waktu telah lama berlalu dan ia mencoba melupakan rasa sakit hatinya dan juga berusaha
untuk mencari pacar baru. Tetapi sampai hari ini, status diri Andi masih dikatakan jomblo, yang terkadang hal ini membuat dirinya merasa sepi.
Namun dapat segera terlupakan olehnya ketika ia pergi atau berkumpul dengan teman-teman sepergaulannya.
IV. A. 1. 3. e. Gambaran Dimensi Sosial
1. Keluarga
Andi adalah seorang pria bersuku batak toba yang terlahir sebagai anak pertama dengan dua orang saudara lelaki. Ia cukup dekat dengan
kedua adik laki-lakinya ini, bahkan semasa kecil Andi mengingat dulu ibunya sering mengajak tiga orang kakak beradik ini berjalan-jalan dengan
memakai baju kembar. “Andi bersaudara bertiga. Cowok semua.. Andi paling besar, dan adik-
adik Andi ini udah pada tamat sekolah semua” S1.W3L.4-6 “Oh kalo dulu waktu masih kecil ya pasti sama. Kalo jaman-jamannya
SD dulu mamah sering bawa kita bertiga keluar bareng. Nanti kadang bajunya sama… Ya jaman dululah hahaha… Namanya masih kecil pasti
disamain semua pakaiannya”
Masa-masa kecil Andi dilewatinya dengan gambaran keluarga yang harmonis. Andi menceritakan sewaktu ia masih SD setiap hari minggu pagi
ia dan kedua adiknya, beserta ayah dan ibu pergi ke Ancol untuk berenang bersama. Ia mengatakan kegiatan ini sebagai hari keluarga. Jika minggu
Universitas Sumatera Utara
57 pagi mereka tidak pergi ke Ancol maka pada siang atau malam hari mereka
sekeluarga pergi makan bersama. “Dulu mungkin…jaman-jaman keemasan papa dulu masih di Jakarta.
Dulu ada si jadwal setiap minggu pasti hari keluarga. Pasti keluar, tapi Andi itu kalo ga salah masih-masih SD. Biasanya hari minggu kita
makan, atau dulu kadang minggu pagi dulu kita sering ke Ancol, berenang. Wajib... Kadang masih gelap ni, berangkatkan terus
berenang. Trus terakhir minta les berenang, karena papa makin sibuk. Pindah berenang di dalam kolam udah nggak di Ancol lagi, udah jarang
lagi keluar bareng keluarga. “ S1.W3L.295-304
Hubungan Andi dekat dengan ayahnya, jika Andi bertemu ayahnya di
rumah mereka sering berpeluk-pelukan dan mencium pipinya, ini semasa ayahnya masih hidup. Namun seiring dengan kesibukan usaha ayahnya,
mereka mulai jarang bertemu di rumah hingga Andi berusia remaja. “Sama papa, ya bisa dibilang begitulah. Ya iyalah Andi dekatnya sama
papa almarhum papa” S1.W1L.463-465 “Oh banyaklah ya. Kadang kalo dulu, dari dulu si ampe sekarang kalo
tiap ketemu peluj-peluk, cium pipi. Kalo kegiatan di luar jarang sama papa, mungkin dulu ya kalo masih-masih kecil, masih SD. Tapi papa
udah masuk SMP, SMA udah jaranglah.” S1.W3L.33-40
Andi menggambarkan sosok ayahnya sebagai seorang sosok yang humoris dan senang bergaul. Sifat Andi yang senang bergaul ini pun
diakuinya menurun dari ayahnya. Walaupun ayahnya orang yang pengembira, tapi juga disiplin terhadap anak-anaknya. Ayah andi buka juga
seorang pemarah, namun jikalau Andi melanggar aturan dan kesalahan, seperti yang dilakukannya saat ia masih SMP. Saat itu ia pulang larut malam
ke rumah, tanpa pulang dulu ke rumah ataupun memberitahu ayah dan ibunya. Akibatnya sepulang Andi, ia dihukum oleh ayahnya, hukuman yang
Universitas Sumatera Utara
58 diberikan dengan pukulan fisik dibantu dengan alat berupa tali pinggang
atau rotan. “Kalo papa, adalah joke dulu waktu dia masih muda. Ya humorislah
orangnya. Papa itu sama seperti Andi, suka bergaul. Dia kalu dulu temennya banyak dimana-mana. Kadang begadang sampe pagi, ngobrol
itu ini segala macem. Yang Andi tau dia seperi itu, ga tau di jaman mudanya dulu”S1.W3L.225-231
“Pemarah pada tempatnya mungkin, cuman marah tidak pada tempatnya gak lah… S1.W3L.233-234”
“Jaman-jaman sekolah dulu pernah pulang malem, jadi tanpa bilang. Tanpa pulang ke rumah terus langsung ga pulang sampe malem. Itu
waktu SMP kelas 1 atau 2 gitu. Dulu papa lumayan kejam, kalo marah dia mesti pakek alat bantu, bisa ikat pinggang…bisa
rotan”S1.W3L.237-244
Beruntung bagi Andi, ketika ayahnya ia menindik telinganya, sang ayah tidak menghukum dirinya. Andi sempat khawatir ia akan dihukum oleh
ayahnya, karena memakai piercing di teliganya. Selama hampir beberapa minggu ia menutupi piercingnya ini, walaupun akhirnya ketahuan oleh
ayahnya. Tanggapan yang diberikan ayahnya biasa saja, ia tidak memberikan komentar yang mengharuskan Andi membuka piercingnya.
Anggapan Andi, ayahnya sudah mulai mengerti dirinya karena terus memantau perkembangan anak-anaknya.
“Pertamanya…pertamanya itu, waktu pertama kali piercing itu masih dirahasian dari papa, ya kan? Jadi selama ada hampir beberapa minggu
atau sebulan gitu. Tapi setelah dia itu, ya biasa-biasa saja sih. Gak ada tanggapan yang harus buka atau apa, ini gak penting. Ya biasa-biasa
aja…”S1.W1L.450-457
“Oh udah enggak… Papa itu memang bener-bener ngeliat perkembangan anaknya jadi gak pernah marah” S1.W1L.246-248
Universitas Sumatera Utara
59 Andi cukup dekat dan menyayangi ayahnya, sama halnya dengan
kasih sayang yang ia berikan kepada ibunya. Tidaklah mungkin membagi kasih sayang lebih berat ke ibu atau ke ayah bagi Andi. Ia tidak ingin
menciptakan diskriminasi kasih sayangnya untuk kedua orang tua. Pendapatnya jika di dalam runah seseorang sudah melakukan diskriminasi
pada anggota keluarga, bagaimana lagi perlakuan di luar rumah dengan orang lain.
“Sama gak ada perbedaan.. Gak mungkin ada diskriminasi di rumah sendiri. Kalo udah belajar diskriminatif di dalam keluarga, gimana di
luar?”S1.W3L.290-292
Sosok ibu bagi Andi adalah seorang ibu rumah tangga sejati. Semenjak Andi kecil ia memperhatikan ibunya jarang berpergian dan lebih
banyak menghabiskan waktunya mengurus rumah. Andi menekankan hal yang paling diingatnya, bahwa ibunya seorang pecinta kucing. Kadang ia
merasa tersaingi, karena kelihatannya ibu Andi lebih menyayangi kucing dari pada anak-anaknya.
“Mama itu orangnya gimana ya? Orangnya ibu rumah tangga banget. Dari dulu emang kerjaanya ya di rumah aja. Mama itu orangnya
penyayang kucing, bisa dibilang kayaknya lebih sayang kucing dari pada anaknya, Hahaha…”S1.W3L.195-199
Andi cukup mengenal ibunya, seorang yang terlama hidup dan tinggal bersama dirinya. Pribadi ibu dikatakan seorang wanita yang senang
mendengarkan musik dan terlihat periang. Walaupun ibunya tidak sering membuat joke seperti ayah Andi, tapi ibunya sering tertawa jika
mendengarkan bahan candaan.
Universitas Sumatera Utara
60 “Mama dia orang yang lebih lama hidup sama Andi, masa Andi gak
kenal? Mama kalo dilihat ya sifatnya periang ya. Dari dulu si Andi banyak… Hm, kalo orang yang seneng musik itu biasanya orang yang
periang atau penyedih? Tapi kalo diliat dari dulu kayaknya si dia periang?” S1.W3L.210-215
“Kurang.. Mama sering ketawa, tapi jarang bikin joke soalnya”S1.W3L.218-219
Umur Andi yang cukup dewasa sekarang ini, tidak menghalangi dirinya untuk terus bersikap manja dengan ibunya, ia masih sering meminta
ibunya menyuapi dirinya saat makan atau meminta uang jajan kepada ibunya. Sifat kemanjaan Andi belum menjadikan ibunya sebagai pelipur lara
dari masalah yang dihadapi Andi. Walaupun ia mengatakan ibunya seorang pendengar yang baik, namun andi lebih suka bercerita kepada ayahnya dan
ini tidak termasuk keluh kesahnya mengenai wanita ataupun resah hatinya. Di dalam keluarga Andi, anggota keluarga jarang curhat dengan satu dan
lainnya. “Mama masih sering nyuapin Andi sih, kalo Andi minta suap. Kalo cerita
curhat sama mama jarang juga ni. Jarangloh di rumah itu ada yang curhat, dulu jamannya papa masih hidup si mungkin curhatnya sama
papa. Cuma untuk urusan wanita, hati jarang loh itu kedengeren curhat segala macem”S1.W3L.202-208
Sikap Andi cukup terbuka dengan ibunya, saat keinginannya timbul untuk memakai piercing di telinganya, Andi menceritakan kepada ibunya.
Balasannya ibunya mengizinkan Andi menindik telinganya, bahkan mengantarkan Andi pergi ke tukang tindik untuk melubangi teliganya.
Tanggapan dari ibunya pun biasa-biasa saja dalam menilai perbuatan piercing Andi ini.
Universitas Sumatera Utara
61 “Oh nggak, hari pada biasanya aja. Tiba-tiba lagi pengen, kebetulan
minta ijin sama Mama, ya udah boleh. Ya malah mama yang ngajak Andi pergi tindik”S1.W2L.209-210
Setelah memakai piercing baru di telinganya, ibu Andi tetap bersikap biasa saja. Tidak ada kemarahan atau rasa tidak setuju yang
diucapkan lagi kepada Andi. Kecuali suatu hari Andi membuat piercing pemberian ibunya patah dan hilang. Ibunya bereaksi marah, tapi Andi tidak
berusaha mencari pengganti piercing yang dihilangkannya itu dengan alasan tidak mempunyai penghasilan dan pekerjaan.
“Ya Mama marahlah, gak mungkin gak marah”S1.W2L.396 “Ga punya penghasilan? Ga tau dapat dari mana? Selama ini dapat dari
mama, mama kan kantor terbaik”S1.W2L.487-488 “Kalau Andi dengan keadaan Andi ini sekarang ini? Ga tau si ya, apa
yang ada di dalam pikiran mama. Gak pernah kelontar… cuma terkadang saat orang tua udah memuncak ada aja omongan yang dia
bilang ‘Kerja kek buat kasih ke mama’. Ya standarlah gitu…”S1.W2L.498-504
Sehari-hari ibu Andi bukanlah orang yang pemarah. Hanya ibunya sering sekali memberi nasehat atau mengomel bahkan marah kepada Andi,
yang sampai sekarang belum memiliki pekerjaan ataupun penghasilan. Kemarahan yang diungkapkan ibu Andi tidak sekejam perlakuan ayahnya
dulu kepadanya. Walaupun Andi sering membuat ibunya kecewa, namun ibunya memaafkannya.
Andi yang masih juga menggangur juga tidak menamatkan studi kuliahnya, berbeda dengan adik-adiknya yang sudah menamatkan kuliah
Universitas Sumatera Utara
62 mereka dan salah seorangnya telah bekerja di salah satu perusahaan
penerbangan. “Dedi sekarang dia kerja… Dia nomor 2 langsung di bawah Andi, dia
sekarang udah bekerja di perusahaan A. Nah Tedi lagi di Jakarta, survive mencari kerja”S1.W3L.10-13
Sebagai abang yang menyayangi kedua adik-adiknya, Andi cukup dekat
dengan mereka. Komunikasi diantara mereka bertiga berjalan baik, mereka biasa menceritakan hari-hari mereka saat berkumpul di rumah. Namun
untuk menceritakan masalah secar mendalam, mereka jarang melakukannya. Menurut Andi ini merupakan sifat alami cowok yang lebih suka berbagi
masalah dengan teman-temannya dibandingkan adik-adiknya. “Baik komunikasi… Ya sedikit agak cek-cok wajar ya. Gak ada
masalah… cuma kalo di rumah jarang si ngobrol tentang kehidupan di luar rumah. Cuma tahu sedikitlah… Paling ngebahas yang nggak
penting, itu aja…”S1.W3L.15-19
“Curhat jaranglah, ya kalo cewek sama cowok jaranglah. Ada si curhat tapi begitu mendalam sifatnya. Ya paling yang biasa-biasa saja. ‘Hari ini
capek banyak ini..’, ya gak pentinglah. Bukan curhat yang sampe gimana? Cowok soalnya”S1.W3L.21-26
Masa kecil Andi dihabiskannya dengan bermain bersama kedua adik-adiknya. Mereka bertiga memiliki teman sepermainan yang sama dan
sering berkumpul dan bermain. Bola bekel, congkak juga kelereng merupakan permainan-permainan yang biasa dimainkan oleh ketiga abang
beradik ini dngan teman-temannya. Namun saat memasuki SMP Andi sudah jarang berkumpul bersama dan lebih sering menghabiskan waktunya
bermain basket di sekolah.
Universitas Sumatera Utara
63 “Kalo kecil dulu… karena masih sering main bareng, temennya masih
sama. Mainnya dulu kalo waktu kecil-kecil, bekel pernah, congkak pernah, semua permainanlah ada. Main kelereng pernah, mungkin kalo
olahraga, Andi waktu masuk SMP udah hobi basket jadi mulai dari situ mungkin ngikutlah nurun ke adek-adek”S1.W3L.67-74
Hobi bermain basket di diri Andi juga menurun kepada Adik bungsunya. Adik bungsu Andi ini sifatnya tidak jauh berbeda dengan Andi,
dari segi olahraga kedua kakak-beradik ini memiliki ketertarikan yang sama. Saat Andi bermain basket, Teddy juga senang bermain basket. Kemudian
Andi mencoba olahraga skateboarding, Teddy juga ikut-ikutan bermain skateboarding. Andi juga merasa lebih nyaman dengan adik bungsunya ini
dibandingkan dengan adik nomor duanya. Adik nomor duanya Dedi, sifatnya keras dan sering terjadi percek-cokan di antara mereka yang
menurut Andi mungkin dikarenakan beda umur mereka yang hanya satu tahun.
“Oh kalo dia nggak jauh beda sama Andi karena dia lebih mencontoh gaya hidup Andi. Hobi olahraganya basket, dulu Andi pernah juga ikut
skateboard dia ikut-ikut. Trus apalagi ya? Musik..Andi suka musik rock classic sekarang dia juga suka rock classic”S1.W3L.280-285
“Mungkin sama adek yang nomor dua ini ya. Kalo sama yang paling kecil, ya Andi orangnya cuek jadi dia juga orangnya gak terlalu neko-
neko. Karena yang kecilkan bedanya ma Andi dua tahun. Kalo yang satu lagi ya bedanya setahun, ya dia agak gimana gitu..”S1.W3L.270-275
Pernah terjadi beberapa peristiwa tragis yang dialami oleh Andi dan adiknya Dedi. Andi yang waktu itu masih Tk bertengkar dengan Dedi, Andi
tidak begitu ingat dengan jelas tapi awal pertengkaran mereka, ketika makan sate Dedi tidak terima dengan perlakuan Andi. Maka Dedi langsung marah
Universitas Sumatera Utara
64 dan menusuk tangan Andi dengan tusuk sate. Peristiwa lainnya yaitu ketika
SD Dedi marah kepada Andi dan menusukan pisau cutter ke dada Andi. Amarah Dedi sangat luar biasa, khususnya jika lawan bertengkarnya adalah
Andi. “Kemaren si baru-baru ini kayaknya, gara-gara masalah apa
ya?Handphone kalo ga salah ya, gara-gara jual handphone. Andi berantem sama Dedi, jadi dia jual handphone cuma uangnya belom
nyampe ke dia, mungkin di pake mama. Jadi uangnya belom nyampe ke dia. Dia nanya nadanya tinggi, Andi juga nadanya tinggi, mungkin dia
nggak terima. Andi dipukul hidung ni, kan agak lari si sedikit sampe mengucurkan darah yang sangat kental. Sebenarnya banyak si ya.. Andi
si dari kecil kalo berantem-berantemnya sama dia. waktu TK gara-gara sate, berantem, dia gak terima Andi ditusuk. Dia pokoknya kalo
berantem ma Andi paling parah. Terus waktu SD juga pernah pake pisau cutter di dada Andi. Sadis...hehe..kita bisa berantem gara-gara hal kecil
juga bisa”S1.W3L.251-267
Namun walau Dedi suka bertengkar dengan Andi, tapi mereka tidak menyimpan kekesalan antara satu dan yang lainnya terlalu lama. Setelah
pertengkaran selesai mereka bersikap normal kembali seperti hubungan abang dan adik dalam keluarga. Ketika peneliti bertanya apakah ada
diantara dua adiknya ini yang juga memakai piercing seperti dirinya, maka jawabannya adalah tidak. Dedi maupun Teddy tidak ada yang memakai
piercing mengikuti Andi, karena setiap individu berbeda antara satu dan lainnya, demikian penuturan Andi
2. Teman dan Pergaulan