Pengertian Kecerdasan Deskripsi Teoritik 1. Hakikat Kecerdasan Emosional

Bar-On seperti dikutip oleh Stein dan Book mengemukakan bahwa ”kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi dan kecakapan non-kognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan ”. 24 Dua definisi tentang kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Rahman dan dan Bar-On lebih menekankan pada hasil yang didapat oleh individu jika menggunakan kemampuan emosionalnya secara optimal. Salovey dan Mayer dikutip oleh Stein dan Book mengemukakan bahwa ”kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu fikiran, memahami perasaan dan maknanya serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual ”. 25 Goleman dalam Nggermanto mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah ”kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain ”. 26 Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk dapat menggunakan perasaaannya secara optimal guna mengenali dirinya sendiri dari lingkungan sekitarnya. Kecerdasan emosional yang dimaksudkan oleh peneliti adalah kemampuan individu untuk mengenali perasaannya sehingga dapat mengatur dirinya sendiri dan menimbulkan motivasi dalam dirinya untuk meningkatkan kualitas hidupnya. 24 Steven J. Stein Howard E. Book, Ledakan EQ, penerjemah Trinanda Rainy Januarsari, Bandung: Kaifa, 2002, h. 157-158 25 Ibid, h. 159 26 Agus nggermanto, Quantum Quotient, Bandung: Nuansa, 2002, h. 98 Sementara di lingkungan sosial dia mampu berempati dan membina hubungan baik terhadap orang lain. Emosi manusia dikoordinasi oleh otak. Bagian otak yang mengatur emosi adalah sistem limbiks. Struktur-struktur dalam sistem limbic mengelola beberapa aspek emosi, yaitu pengenalan emosi melalui ekspresi wajah, tendensi berperilaku dan penyimpanan memori emosi. Folkerts menjelaskan bahwa sistem limbic terdiri atas empat struktur, yaitu: thalamus dan hiphotalamus, amigdala, hipokamus dan lobus frontalis. 27 Thalamus menerima informasi dari lingkungan sekitar yang ditangkap oleh indera, sedang hypothalamus mengambil informasi dari bagian tubuh yang lain. Amigdala menginterpretasikan dan sekaligus menyimpannya sebagai arti emosi. Hipokamus mendukung kerja amigdala dalam menyimpan memori emosi, mengkonsolidasi memori non-emosi secara detail dan menyampaikan memori tersebut ke jaringan memori yang berbeda di otak. Lobus frontalis bertanggung jawab dalam pengaturan emosi sehingga memunculkan emosi yang tepat. 28 Kinerja otak sebagai pusat koordinasi dapat dijabarkan sebagai berikut; informasi-informasi yang diterima alat indera akan dibawa oleh thalamus melewati sinapsis tunggal menuju amigdala, sedang sebagian besar lainnya dikirim ke neokorteks. Percabangan tersebut memungkinkan amigdala dapat memberikan respon emosi tanpa pengolahan informasi dan analisis dari neokorteks. Kasus tersebut disebut Goleman sebagai “pembajakan emosi”. 29 Terdapat beberapa hal yang dapat dicatat pada pembahasan tentang anatomi pembajakan emosi, yaitu: 30 1 Amigdala berperan sebagai sumber emosi. Hipocampus dan amigdala merupakan bagian penting dalam ingatan dan pembelajaran otak. Amigdala sendiri merupakan spesialis masalah-masalah emosional yang jika dipisahkan dari otak maka seseorang tidak dapat menangkap 27 Tekad Wahyono, op.cit, h. 38-39 28 Ibid, h, 39 29 Ibid,h. 40 30 Daniel Goleman, Emotional Intellegence, op.cit, h. 17-39 makna emosional atau mengalami kebutaan afektif. Le Doux adalah orang pertama yang menemukan peran amigdala dalam otak emosional, yang menjelaskan bahwa amigdala mampu mengambil alih kendali apa yang kita kerjakan bahwa sewaktu otak sedang berpikir. Hal ini menumbangkan gagasan lama tentang sistem limbic dengan menempatkan amigdala pada pusat tindakan dan struktur limbic lainnya pada peran yang amat berbeda. 2 Inti kecerdasan emosi. Amigdala bereaksi berdasarkan kognitif bawah sadar, yaitu menangkap stimulus dari lingkungan sehingga mengetahui identitas apa yang diterima serta memutuskan menyukai atau tidak baru kemudian memberi pendapat tentangnya. Hal ini dapat menjelaskan mengapa emosi begitu penting bagi nalar yang efektif di dalam pengambilan keputusan. Adanya pengaruh dari fungsi amigdala terhadap neokorteks inilah yang merupakan inti kecerdasan emosional. 3 Mekanisme kerja kecerdasan emosi. Lobus prefrontal bagian kanan yang terletak pada ujung lain dari sirkuit prefrontal merupakan tempat perasaan-perasaan negatif takut, marah, benci dan sebagainya. lobus prefrontal bagian kiri merupakan bagian yang berfungsi untuk mematikan atau mengatur emosi-emosi yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa lobus prefrontal merupakan saklar peredam ledakan amigdala atau menjadi manajer emosi dengan tugas menghambat sinyal-sinyal yang telah dikirim amigdala dan pusat-pusat limbic lainnya. 4 Dinamika IQ dikalahkan EI Korteks prefrontal merupakan wilayah yang bertanggung jawab terhadap “ingatan kerja”, yaitu kemampuan atensi untuk menyimpan fakta-fakta penting dalam pikiran yang berguna untuk penyelesaian masalah. Lobus prefrontal ini terkait dengan sirkuit otak limbic. Kaitan antara sirkuit prefrontal amigdala inilah yang merupakan titik temu antara nalar dan emosi. Dengan demikian kemurungan emosional yang terus menerus dapat mengganggu kemampuan kerja intelektual seseorang sehingga dalam pengambilan keputusan dapat menimbulkan bencana. Kecerdasan rasional saja tidak menyediakan kemampuan untuk menghadapi gejolak yang ditimbulkan oleh kesulitan hidup. “Kecerdasan emosilah yang memotivasi kita untuk mencari manfaat dan potensi unik kita dan mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam, mengubahnya dari apa yang kita fikirkan menjadi apa yang kita jalani ”. 31 Kecerdasan emosional Reuvan Bar On dibagi menjadi lima, yaitu: 32 1 Ranah intrapribadi memiliki lima skala yaitu; kesadaran diri, sikap asertif, kemandirian, penghargaan diri dan aktualisasi diri. 2 Ranah antarpribadi memiliki 3 skala yaitu; empati, tanggung jawab social dan hubungan antar pribadi. 3 Ranah penyesuaian diriorientasi kognitif memiliki tiga skala yaitu; uji realitas, sikap fleksibel dan pemecahan masalah. 4 Ranah pengendalian stress memiliki dua skala yaitu; ketahanan menanggung stress dan pengendalian impuls. 5 Ranah suasana hatiafeksi memiliki dua skala yaitu; optimism dan kebahagiaan. Hal ini serupa dengan pendapat Segal bahwa wilayah EQ adalah ”hubungan pribadi dan antarpribadi; EQ bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan social dan kemampuan adaptasi sosial ”. 33 Salovey memperluas kecerdasan emosional menjadi lima wilayah utama, yaitu : 31 Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ, Loc.cit. 32 A. V. Aryaguna Setiadi, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Keberhasilan Bermain Game, Surabaya: Universitas Surabaya, Anima, Indonesia Psychological Journal, 2001, Vol. 17, No, 1, h. 44-45 33 Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosional, penerjemah Ary Nilandari, Bandung: Kaifa, 2000, h. 26-27