Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

dapat dimaklumi, karena dengan mulai dari keseluruhan individu menemukan set yang tepat untuk belajar. 6 Penggunaan modalitas indra Modalitas indra yang dipakai oleh masing-masing individu dalam belajar tidak sama. Sehubungan dengan itu ada tiga impresi yang penting dalam belajar, yaitu oral, visula dan kinestetik. 7 Bimbingan dalam belajar Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru atau orang lain cenderung membuat si pelajar menjadi tergantung. Bimbingan dapat diberikan dalam batas-batas yang diperlukan dalam individu. 8 Kondisi-kondisi intensif 42 c. Faktor-faktor individual Faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun faktor-faktor individual itu menyangkut hal-hal berikut: 1 Kematangan 2 Faktor usia kronologis 3 Faktor perbedaan jenis kelamin 4 Pengalaman sebelumnya 5 Kapasitas mental 6 Kondisi kesehatan jasmani 7 Kondisi kesehatan rohani 8 Motivasi Jadi, faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua jenis yaitu: yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar faktor internal dan yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar faktor eksternal. 42 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, Cet. ke-2, h. 142-145. Maka dapat disimpulkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Secara keseluruhannya sangat berkaitan erat dan saling mendukung satu sama lainnya.

3. Sasaran dan Obyek Penilaian

Langkah pertama yang dilakukan guru dalam mengadakan penilaian adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran atau obyek penilaian. Sasaran ini penting diketahui agar memudahkan guru dalam menyusun alat evaluasi. Pada umumnya ada tiga sasaran pokok penilaian, yakni: a. Segi tingkah laku, artinya segi menyangkut sikap, minat, perhatian, keterampilan siswa sebagai akibat dari proses belajar mengajar. b. Segi isi pendidikan, artinya penguasaan bahan pengajaran yang diberikan guru dalam proses belajar mengajar. c. Segi yang menyangkut proses belajar mengajar. Proses tersebut perlu diadakan penilaian secara obyektif dari guru, sebab baik tidaknya belajar dan mengajar akan menentukan baik tidaknya hasil belajar. 43 Hasil belajar sebagai obyek penelitian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hasil belajar sebagai obyek penelitian dapat dibedakan ke dalam berbagai kategori antara lain keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita. Maka dapat disimpulkan bahwasannya dalam mengadakan penelitian ada tiga sasaran yang harus diperhatikan diantaranya segi tingkah laku, segi isi materi, dan segi yang menyangkut belajar dan mengajar. Ketiga sasaran pokok di atas harus dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan hanya menilai segi penguasaan materi, tapi juga harus menilai segi perubahan tingkah laku dan proses belajar mengajar itu sendiri secara adil. Dengan menetapkan sasaran di atas maka seorang guru akan mudah menetapkan evaluasinya. 43 Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989, h. 113.

4. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar

Secara garis besar, alat penilaian atau evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. a. Tes “Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang dikatakan tepat atau cepat ”. 44 Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa maka dibedakan atas tiga macam tes, yaitu: 1 Tes diagnostik, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan siswa, sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. 2 Tes formatif, yaitu dari kata “form” yang merupakan dasar dari istilah “formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah terbentuk setelah mengikuti program tertentu. 3 Tes sumatif, yaitu “tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian kelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman sekolah, tes formatif disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada akhir catur wulan atau semester ”. 45 b. Non tes Untuk menilai aspek tingkah laku, jenis non tes lebih sesuai digunakan sebagai alat evaluasi, seperti menilai aspek sikap, minat, karakteristik, dan lain-lain. Alat penilaian jenis non tes ini antara lain: 1 Observasi, yaitu pengamatan kepada tingkah laku pada suatu tertentu. 44 Amir dan Indra Kusuma, Evaluasi Pendidikan, Jilid I, h. 27. 45 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990, Cet. ke-12, h. 29. 2 Wawancara, yaitu komunikasi langsung antara yang mewawancarai dan yang diwawancarai. 3 Studi kasus, yaitu mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus-menerus untuk melihat perkembangannya. 4 Rating scale skala penilaian, yaitu salah satu alat penilaian yang menggunakan skala yang telah disusun dari ujung yang negatif sampai yang positif, sehingga si penilai tinggal membubuhi tanda cek saja. 5 Check list, hampir menyerupai rating scale hanya saja pada check list tidak perlu disusun kriteria atau skala dari yang negatif sampai yang positif, cukup dengan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang akan kita minta dari yang dievaluasi. 6 Inventory, yaitu daftar pertanyaan yang disertai alternatif jawaban diantara setuju, kurang setuju, atau tidak setuju. 46 Maka dapat disimpulkan, kedua jenis alat penilaian tersebut sangat baik digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar, dan hendaknya para guru dapat menempatkan penggunaan alat penilaian ini dengan tepat agar dapat memperoleh data yang akurat dan obyektif dalam menilai hasil belajar para siswanya.

5. Fungsi dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Penilaian atau evaluasi adalah suatu cara yang sistematik dalam menganalisa suatu pekerjaan sehingga kita mengetahui sampai seberapa jauh pekerjaan itu dapat memperoleh hasil yang memuaskan dengan mempergunakan bahan-bahan dan cara-cara tertentu. “Adapun alat yang digunakan untuk mengadakan penilaian diantaranya tes dan non tes ”. 47 46 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, h. 30. 47 Dedeh Sukarsih dan Kadarsah, Beberapa Jenis Penilaian yang Dilaksanakan oleh Guru Di Sekolah, Jakarta: CV. Indra Jaya, 1986, Cet. ke-4, h. 11. Adapun fungsi penilaian itu sendri dapat dijelaskan lebih terperinci sebagai berikut: a. Penentuan kelemahan atau kekurangan serta kesanggupan murid dalam memiliki atau menguasai materi yang telah diterima dalam proses belajar mengajar. b. Penentuan-penentuan yang perlu direvisi atau diperbaiki, umpamanya: metode, materi alat, tujuan, dan sebagainya. c. Penentuan kelemahan atau kekuatan guru dalam melaksanakan program belajar mengajar. d. Untuk mengetahui seberapa jauh dasar-dasar yang telah dikuasai siswa. e. Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimilikinya, dan tingkat kecerdasan siswa. f. Untuk mengetahui kehidupan standing akan dalam kelompok. g. Sebagai seleksi dikalangan siswa. h. Untuk memberi motivasi belajar terhadap anak. i. Hasil penilaian berupa petunjuk bagi guru, apakah metode dan bahan pelajaran yang diberikannya sudah cukup baik atau tidak. j. Hasil evaluasi dapat memberikan motivasi belajar terhadap anak-anak. k. Dengan hasil penilaaian, guru dapat memberikan saran-saran kepada anak dan orang tua, jalan atau cara yang baik dalam belajar dan bekerja selanjutnya. 48

C. Hakikat Belajar Ekonomi

Dalam realita kehidupan, selalu dihadapkan pada masalah keinginan manusia untuk mencukupi segala kehidupannya. Inilah yang merupakan inti pengertian ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya, ilmu ekonomi 48 Dedeh Sukarsih dan Kadarsah, Beberapa Jenis Penilaian yang Dilaksanakan oleh Guru Di Sekolah, h. 11. perlu dipelajari sejak manusia mengenal kebutuhan demi kehidupan yang lebih baik. Menurut etimologinya atau asal usul katanya, istilah ”Ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomia. Istilah oikonomia merupakan kata majemuk perpaduan dari 2 dua kata, yaitu oikos dan nomos. Oikos, artinya rumah, dan nomos artinya aturan. Jadi, secara etimologi ekonomi berarti aturan rumah tangga atau ilmu mengatur rumah tangga”. 49 Hal yang dimaksud dengan rumah tangga pada pengertian di atas tidak hanya terbatas untuk rumah tangga keluarga, tetapi mencakup semua bentuk rumah tangga, seperti rumah tangga negara, rumah tangga sekolah, rumah tangga organisasi, rumah tangga perusahaan, dan rumah tangga koperasi. Dalam rumah tangga keluarga, setiap manusia selalu berusaha memenuhi semua kebutuhannya. Dengan demikian, menurut pengertian sehari-hari ekonomi adalah kegiatan manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan. Menurut Frista Artmanda W idodo dalam kamus istilah ekonomi, “Ekonomi yaitu ilmu yang meneliti tentang bagaimana orang-orang memenuhi kebutuhannya dengan sumber daya- daya yang terbatas”. 50 Asfia Murni berpendapat bahwa “Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari upaya-upaya pengalokasian sumber daya yang tersedia untuk mencapai kepuasan atau kemakmuran masyarakat. Aktivitas ekonomi meliputi produksi, konsumsi, dan pertukaran”. 51 Sedangkan menurut Abdul Aziz Wahab dkk, “Ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hidup bermasyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran”. 52 49 Abdul Aziz Wahab, Konsep Dasar IPS Jakarta: Universitas Terbuka, 2008, Cet. II, h. 6.2 50 Frista Artmanda Widodo, Kamus Istilah Ekonomi, Jombang: Lintas Media, h. 114 51 Asfia Murni, Ekonomi Makro, Bandung: PT Refika Aditama, 2006, Cet. 1, h. 1 52 Abdul Aziz Wahab, Konsep Dasar IPS Jakarta: Universitas Terbuka, 2008, Cet. II, h. 6.3