Hakikat Kecerdasan Emosional Deskripsi Teoritik 1. Hakikat Kecerdasan Emosional

Kecerdasan rasional saja tidak menyediakan kemampuan untuk menghadapi gejolak yang ditimbulkan oleh kesulitan hidup. “Kecerdasan emosilah yang memotivasi kita untuk mencari manfaat dan potensi unik kita dan mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam, mengubahnya dari apa yang kita fikirkan menjadi apa yang kita jalani ”. 31 Kecerdasan emosional Reuvan Bar On dibagi menjadi lima, yaitu: 32 1 Ranah intrapribadi memiliki lima skala yaitu; kesadaran diri, sikap asertif, kemandirian, penghargaan diri dan aktualisasi diri. 2 Ranah antarpribadi memiliki 3 skala yaitu; empati, tanggung jawab social dan hubungan antar pribadi. 3 Ranah penyesuaian diriorientasi kognitif memiliki tiga skala yaitu; uji realitas, sikap fleksibel dan pemecahan masalah. 4 Ranah pengendalian stress memiliki dua skala yaitu; ketahanan menanggung stress dan pengendalian impuls. 5 Ranah suasana hatiafeksi memiliki dua skala yaitu; optimism dan kebahagiaan. Hal ini serupa dengan pendapat Segal bahwa wilayah EQ adalah ”hubungan pribadi dan antarpribadi; EQ bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan social dan kemampuan adaptasi sosial ”. 33 Salovey memperluas kecerdasan emosional menjadi lima wilayah utama, yaitu : 31 Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ, Loc.cit. 32 A. V. Aryaguna Setiadi, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Keberhasilan Bermain Game, Surabaya: Universitas Surabaya, Anima, Indonesia Psychological Journal, 2001, Vol. 17, No, 1, h. 44-45 33 Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosional, penerjemah Ary Nilandari, Bandung: Kaifa, 2000, h. 26-27 1 Empati Merasakan yang dirasakan oleh orang lain dan memahami perspektif, menumbuhkan hubungan saling percaya serta menyelaraskan diri dengan berbagai macam orang. 2 Kesadaran diri Mengetahui apa yang kita rasakan dan mengunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri serta memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan dan kepercayaan diri yang kuat. 3 Pengaturan diri Menangani emosi kita sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi. 4 Motivasi Menggunakan hasrat untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif serta bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. 5 Keterampilan Sosial Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi, jaringan sosial dan berinteraksi dengan lancar serta menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi orang lain. Senada dengan pendapat di atas, Shapiro juga menyebutkan kualitas-kualitas kecerdasan emosional, diantaranya; “empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar-pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat ”. 34 Ketika berbicara mengenai urgensitas kecerdasan emosional yang dimiliki seseorang dalam kehidupan, Suharsono mengungkapkan beberapa keuntungan kecerdasan emosional sebagai berikut: pertama, kecerdasan emosional jelas mampu menjadi alat untuk pengendalian diri, sehingga seseorang tidak terjerumus ke dalam tindakan-tindakan bodoh yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Kedua, kecerdasan emosional bias diimplementasikan sebagai cara yang sangat baik untuk memasarkan atau membesarkan ide, konsep atau bahkan sebuah produk. Ketiga, kecerdasan emosional adalah modal penting bagi seseorang untuk mengembangkan bakat kepemimpinan dalam bidang apapun. Karena setiap model kepemimpinan sesungguhnya membutuhkan visi, misi, konsep, program dan yang tak kalah pentingnya adalah dukungan dan partisipasi dari para anggota. 35

B. Hasil Belajar Siswa

1. Konsep Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil Product menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa pakar pendidikan sebagai berikut: a. Menurut Gagne, belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. 34 Lawrence E Shapiro, Mengajarkan Emotional Intellegence Pada Anak, penerjemah; Alex Tri Kantjono, Jakarta: Gramedia, 2001, h. 5 35 Suharsono, Akselerasi Intelegensi; Optimalkan IQ, EQ dan SQ, Depok: Inisiasi Press, 2004, h. 97 b. Menurut Travers, belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. c. Menurut Cronbach, learning is shown by a change in behaviour as a result of experience belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. d. Menurut Harold Spears, learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu. Menurut Dimyati dan Mudjiono, “hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar ”. 36 Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Ngalim Purwanto, “hasil belajar adalah hasil tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam waktu tertentu ”. 37 Menurut Oemar Hamalik “hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti ”. 38 Berdasarkan Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: 36 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, h. 250-251. 37 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, h. 84 38 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara, 2006, h. 30.

a. Ranah Kognitif

Dalam ranah kognitif terdiri dari knowledge pengetahuan, ingatan, comprehension pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh, application menerapkan, analysis menguraikan, menentukan hubungan, synthesis mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan evaluation menilai.

b. Ranah Afektif

Dalam ranah afektif terdiri dari receiving sikap menerima, responding memberikan respon, valving nilai, organization organisasi, characterization karakterisasi.

c. Ranah Psikomotor

Dalam ranah psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Selain itu, psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Disamping itu Hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pada dasarnya, hasil belajar siswa yang baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan siswa itu saja, akan tetapi masih ada hal lain yang juga menjadi faktor penentu yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keberhasilan siswa. Adapun faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor internal dan faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut faktor eksternal. a. Faktor yang bersumber dalam diri manusia yang belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor biologis dan psikologis. Yang dikategorikan faktor biologis antara lain usia dan kematangan kesehatan, sedangkan yang dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, minat, dan kebiasaan belajar. b. Faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua juga, yaitu faktor manusia human dan faktor seperti alam, hewan, dan lingkungan fisik. 39 Sedangkan menurut H. Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo merumuskan bahwa yang mempengaruhi hsil belajar siswa adalah: a. Faktor raw input faktor murid atau anak itu sendiri, di mana anak memiliki kondisi yang berbeda dalam: 39 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, Cet. ke-1, h. 21 1 Kondisi fisiologis Yang termasuk kondisi fisiologis siswa adalah kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. 2 Kondisi psikologis Sedangkan kondisi psikologis siswa mencakup minat, kecerdasan, dan motivasi, serta kemampuan-kemampuan kognitif, seperti persepsi, ingatan, dan pikiran. b. Faktor environmental input faktor lingkungan, baik itu lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Faktor environmental input yang di dalamnya antara lain: 1 Kurikulum 2 Programbahan pengajaran 3 Sarana dan fasilitas 4 Gurutenaga pengajar 40 Maka secara keseluruhan dari faktor-faktor yang disebutkan di atas sangat berkaitan erta dan saling mendukung satu sama lainnya. Dari sekian banyak faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: a. Faktor-faktor stimulus belajar Yang dimaksud dengan stimulus belajar di sini yaitu segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini, mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dan dipelajari oleh pelajar. Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimulus belajar: 1 Panjangnya bahan pengajaran Bahan pelajaran yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan individu dalam belajar. Kesulitan individu 40 Abu Ahmadi dan Joko Prasetyo, Strategi Belajar dan Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 1997, Cet. ke-5, h. 103.