Sejarah, Agama apapun turun ke Dunia untuk memperbaiki moralitas manusia, dari kebiadaban menuju manusia bermoral. Karena itu ketika
manusia telah jauh menyimpang dari fitrah, muncul nabi-nabi yang akan mengembalikan mereka kepada kehidupan yang fitri, cenderung
kepada kebaikan, dan menjauhi segala kesesatan dan kejahatan. Dari zaman Nabi Adam sampai sekarang, penyebaran kasih
sayang, keadilan, egalitarianism, dan seterusnya adalah nilai yang baik. Sebaliknya, berbuat kerusakan, mengumbar kemarahan, dan
penindasan merupakan sifat yang buruk. Nilai negative yang terdapat pada perbuatan itu merupakan sifat intrinstik yang tidak akan berubah
dari dulu sampai sekarang. Dalam kerangka itulah bimbingan agama diajarkan dan disebarkan. Ia hadir untuk membimbing manusia agar
mereka mengetahui kebaikan, agar manusia melaksanakan dan menyadari adanya keburukan serta kejahatan, lalu menghindarinya.
Di samping itu, di dalam bimbingan agama terdapat nilai-nilai transenden berupa iman, kepercayaan kepada Tuhan, dan serangkaian
ibadah ritual sebagai manifestasi kepercayaan dan kepatuhan kepada Sang Pencipta. Pada dasarnya, transendensi agama khususnya Islam,
bersifat fungsional bukan sekadar untuk kehidupan Akhirat yang bersifat eskatalogis murni, dan terpisah dari kehidupan sekarang.
Namun, hal itu juga berfungsi praktis dan applicable untuk kehidupan di dunia. Mulai aspek yang transenden, manusia diharapkan dapat
mengaplikasikan nilai-nilai moral yang agama dalam situasi dan kondisi apapun karena merasa diawasi dan dibimbing oleh yang di
Atas sana. Manusia harus jadi Khalifah Allah di muka Bumi sebagai konkretisasi dari imannya. Dengan kapasitas kreatifnya, manusia
mengkonkretkan keimanannya dengan menjadi Khalifah sebagai langkah kebijaksanaan Tuhan di bumi ini.
26
Jadi nilia-nilai agama adalah universal. Pada sisi ini diperlukan pembahasan lebih dalam terhadap bimbingan agama sehingga
ajarannya dapat ditangkap secara utuh, holistic, selalu hidup dan tidak beku, serta tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman sehingga tujuan
agama yang mulia dapat terealisikan dalam kehidupan. Jelasnya, agama perlu dibaca secara kritis dan kreatif kontekstual. Kritis dalam
arti kemampuan memilah antara ajaran pada satu sisi dan pemahaman umatnya dari masa ke masa pada sisi lain. Maka pemahaman dari
generasi ke generasi harus diapresiasi, dikritisi, dan dikembangkan. Pemahaman yang tidak sesuai perlu di luruskan secara bijak.
Dalam kasus Islam, pembacaan kembali berkaitan dengan cara, kata Cak Nur bagaimana orang Islam melihat dan menilai Sejarah
Islam, dan bagaimana mereka melihat serta menilai perubahan dan meletakan Islam yang universal dan normative ke dalam dialog
dengan realitas yang bersifat temporal dan spasial. Dengan kerangka pembacaan semacam itu, agama disikapi bukan sebagai barang mati
dan bagian dari masa lalu, namun, ia dipandang sebagai sesuatu yang
26
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah , Tipologi Masjid, Jakarta: Depag RI, 2007, h. 35.
hidup dengan nilai-nilai komprehensif, serta berhubungan erat antara yang transenden dan immanent.
Namun, semua itu bisa terlaksana bila nilai-nilai agama dilepaskan dari segala kepentingan pribadi atau kelompok serta agama
tidak dijadikan alat untuk pencapaian tujuan tertentu. Untuk keberhasilan pembacaan kembali, nilai-nilai agama perlu dibaca
sebagai sumber inspirasi dan bimbingan, serta rujukan utama bagi keseluruhan prilaku dan tindakan. agama akan mampu memberikan
pijakan yang pasti bagi terciptanya kehidupan yang lebih baik, lebih manusiawi, dalam suasana rukun, damai, aman, bukan kehidupan yang
penuh kekerasan, koflik, dan permusuhan. Dengan demikian, penyimpangan seperti itu tidak pernah
mendapat lahan sedikitpun untuk dapat hidup dan berkembang di hati umat dan kaum beragama di mana saja.
27
b. Tujuan Dan Fungsi Bimbingan Agama
a. Tujuan bimbingan agama
Tujuan memberikan bimbingan agama ialah agar individu dapat: pertama, merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karir serta kehidupanya di masa yang akan datang, kedua, mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang
dimilikinya seoptimal mungkin: ketiga, menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan
27
Penerbit Buku Kompas, Melampaui Dialog Agama, Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara, 2002, h. 136.
kerjanya: keempat, mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan,
masyarakat, maupun lingkungan kerja. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus
mendapatkan kesempatan untuk : 1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya, 2. Mengenal
dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, 3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta
rencana pencapaian tujuan tersebut, 4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri, 5. Menggunakan kemampuan untuk
kepentingannya dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, 6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan
dari lingkungannya, dan 7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat, teratur dan optimal.
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan
perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar akademik, dan karir.
a. Tujuan bimbingan yang terkait dengan aspek pribadisosial
individu adalah sebagai berikut: 1.
Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang
Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
2. Memiliki sikap toleransi teradap umat beragama lain,
dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang
bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan anugrah dan yang tidak menyenangkan musibah, serta mampu
meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
4. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara
objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan baik fisik maupun
psikis 5.
Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
6. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
7. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau
menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
8. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam
bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya. 9.
Memiliki kemampuan berinteraksi sosial Human relation ship, yang diwujudkan dalam bentuk
hubungan persahabatan, persaudaraan, atau Silaturahmi dengan sesama manusia.
10. Memiliki kemamuan dalam menyelesaikan konflik
masalah baik bersifat internal dalam diri sendiri maupun dengan orang lain.
11. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan
secara efektif. b.
Tujuan bimbingan yang terkait dengan aspek akademik belajar adalah sebagai berikut:
1. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang pisitif,
seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar,
mempunyai perhatian
terhadap semua
pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogamkan.
2. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang
hayat. 3.
Mempunyai ketrampilan atau teknik belajar yang efektif,
seperti keterampilan
membaca buku,
menggunakan kamus,
mencatat pelajaran,
dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
4. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan
perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri
dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha
memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
5. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk
meghadapi ujian.
28
b. Fungsi Bimbingan Agama
1. Pemahaman, yaitu membantu peserta didik siswa agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya potensinya dan lingkungannya pendidikan, pekerjaan, dan norma agama.
Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Preventif, yaitu upaya pembimbing agama untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh
peserta didik. 3.
Melalui fungsi ini, pembimbing memberikan bimbingan agama kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan
atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan
bimbingan kelompok.
Beberapa masalah
yang perlu
diinformasikan kepada para siswa dalam mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya
28
Syamsu Yusuf, L.N dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, h. 15.
minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obat terlarang, drop out, dan pergaulan bebas.
4. Pengembangan, yaitu pembimbing agama senantiasa berupaya
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Pembimbing dan personel
Sekolah, Masjid
atau Yayasan
lainnya, bekerjasama
merumuskan dan melaksanakan progam bimbingan agama, secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya
membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan agama yang dapat digunakan disini adalah
layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat brain storming, home-home, dan karya wisata.
5. Perbaikan penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan agama yang
bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami
masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah pendekatan
bimbingan agama, dan remedial teaching. 6.
Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan agama dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakulikuler, Jurusan atau
progam studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini,
pembimbing perlu bekerjasama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikannya.
7. Adaptasi, yaitu berfungsi membantu para pelaksana
pendidikan, khususnya
pembimbing agama,
untuk megadaptasikan progam pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu siswa. Dengan menggunakan informasi yang memadai
mengenai individu, pembimbing dapat membantu para guru atau dosen dalam memperlakukan individu secara tepat, baik
dalam memilih dan menyusun materi pelajaran, maupun mengadaptasikan dalam bimbingan agama sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan individu. 8.
Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis
dan konstruktif terhadap progam pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.
29
c. Metode Bimbingan Agama
Adalah Brewer, yang mengemukakan bahwa konsep bimbingan agama identik dengan pendidikan yaitu
melalui bukunya “Education as Guidance
” yang dipublikasikan Tahun 1932. Dia menyelesaikan studinya di Universitas Harvard. Pada tahun1916-1917 dia mengajar di
Harvard, kemudian pada tahun 1918 pergi ke Los Angeles dan
29
Syamsu Yusuf, L. N dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, h. 20.
mengajar di Universitas California, pada mata kuliah bimbingan jabatan dan pendidikan keagamaan. Pada tahun 1919 dia kembali ke
Harvard untuk mengajar dan menjadi direktur “Bereau of Vocational Guidance.
”Dia mengorganisasikan kursus-kursus reguler untuk mempersiapkan pembimbing-pembimbing handal.
Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan para siswa peserta didik agar mampu melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan yang
bermakna, melalui pengetahuan dan kebijakan. Dia mengemukakan beberapa kriteria bimbingan agama sebagai berikut.
a. Individu dibimbing dalam upaya memecahkan masalah,
menyelesaikan suatu tugas, atau meraih tujuan. b.
Seseorang yang dibimbing, biasanya berdasarkan permintaan atau inisiatifnya
c. Bimbingan agama bersifat penuh keikhlasan, simpatik, bersahabat
dan pemahaman yang dalam terhadap agama. d.
Pembimbing harus memiliki pengalaman, pengetahuan, dan kebijakan.
e. Individu yang di bimbing secara progesif menerima bimbingan
agama, dan mengambil keputusannya sendiri dalam mengamalkan ilmu agamanya kepada masyarakat.
f. Bimbingan agama memberikan bantuan kepada individu agar dapat
membimbing diri sendiri secara lebih baik.
30
30
Syamsul Yusuf, Landasan Bimbingan Dan Konseling, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2005, h. 47.
D. Remaja
Kesatuan perilaku yang sama yang dijumpai sebelumnya dalam beragam tahapan, ditemukan antara usia 11-12 tahun dan 14-15 tahun,
ketika subjek berhasil membebaskan dirinya dari yang konkret dan dalam menemukan realitas di dalam suatu kelompok kemungkinan transformasi.
Peminggiran fundamental akhir ini, yang terjadi di akhir masa anak-anak, bersiap untuk memasuki masa remaja yang karakteristik pokoknya adalah
pembebasan yang serupa dari yang konkret untuk menuju pada kencenderungan ketertarikan yang berorientasi kearah non-masa kini dan
masa depan ideal-ideal besar dan permulaan teori-teori, serta waktu adaptasi masa sekarang dengan realitas. Impuls efektif dan sosial masa
remaja ini sering digambarkan, tetapi tidak selalu dimengerti bahwa implus ini bergantung pada transformasi penalaran yang memungkinkan
penanganan hipotesis dan pemikiran dengan mengidahkan dari observasi konkret dan masa sekarang.
31
Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidak wajaran. Hal tersebut dapat dilihat
dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidak selarasan, gangguan emosi dan gangguan prilaku sebagai akibat dari
tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi ada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan. Sejalan dengan
perubahan-perubahan yang tejadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-
31
Jean Piaget dan Barbel Inhelder, Psikologi Anak New York: Basic Books Inc, 1969, Cet. Ke-1, h. 150-151.
kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas yang harus dipenuhi.
Apabila tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai, kepuasan, kebahagiaan dan penerimaan dari lingkungan.
32
Keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas itu juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase
berikutnya.
1. Pengertian Remaja