Pengurus Masjid LANDASAN TEORI

b. Mengatur c. Memimpin d. Menyeleraskan e. Mengawal P engurus ialah seni untuk mencapai suatu ma’lumat melalui orang lain, orang lain tersebut seringnya disebut orang bawahan. Maka dengan ini, seseorag yang sekurang-kurangnya seorang bawahan juga boleh dirujuk sebagai pengurus. Bagaimanapun, di Indonesia dan banyak Negara lain, pengurus merupakan salah satu pangkat yang lebih tinggi dari pada karyawan HRD maupun eksekutif. Maka mereka ini tidak dianggap sebagai pengurus, walaupun mereka melakukan kegiatan-kegiatan mengurus. 22 dalam arti luas adalah mencakup jabatan sebagai pengurus itu sendiri, seperti jabatan sebagai birokrat, pemeriksa, dan pengawas karena birokrat, pemeriksa, dan pengawas haruslah berasal dari jajaran pengurus. Sedangkan pengertian pengurus dalam bahasa Inggris: administrators dalam arti sempit, yang hanya mencakup jabatan sebagai pengurus itu sendiri. Seorang pengurus harus menghormati dan mengenal kebijakan- kebijakan karena mereka adalah anggota yang dikenal dan telah dipercaya dalam komunitas atau kelompok. Pengurus adalah para pengguna yang melaksanakan tugas dan tanggung-jawab tambahan secara sukarela, dalam 22 http:ms.m.wikipedia.orgwikipengurus. Diakses Pada Tanggal, 13 Juli 2014. artian bahwa pengurus bukan seorang karyawan yang dibayar sebagai pekerja. 23

b. Pengertian Masjid

Kata Masjid berasal dari Bahasa Arab, adalah ismul makan kata benda yang menujukan tempat. Kata Masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Quran. Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajada-yasjudu, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari makna- makna di atas. Itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamakan Masjid, yang artinya Tempat Bersujud. Dalam pengertian sehari-hari, Masjid merupakan bangunan tempat shalat kaum muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat Masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata. Karena itu Al-Quran Sural Al-Jin 72:18, misalnya, menegaskan bahwa : 23 http:id.wikipedia.orgwikiWikipedia:Pengurus Diakses Pada Tanggal, 13 Juli 2014. “ Sesungguhnya Masjid-Masjid itu adalah milik Allah, karena itu janganlah menyembah selain Allah sesuatu pun. Rasul Saw. Bersabda: “Telah dijadikan untukku dan untuk umatku bumi sebagai masjid dan sarana penyucian diri HR Bukhari dan Muslim melalui Jabir bin Abdullah ”. Kemakmuran Masjid pada intinya meliputi dua segi, yakni segi lahiriyah dan maknawiyah. Segi lahiriah menyangkut masalah pembangunan Masjid dan perawatan pembangunan beserta segala perlengkapannya. Lebih lanjut, Ibnu Umar R.A. Menceritakan Masjid Nabawi dari sisi bangunan zhahir , “pada masa Nabi SAW, Masjid dibangun dengan batu bata, atapnya dari pelepah kurma dan tiangnya dari batang kurma. ”Para sahabat R.A. berkata bahwa sesungguhnya Nabi telah memerintahkan mereka untuk membersihkannya dan memeliharanya serta memberikan harum-haruman. Adapun segi ma ’nawi meliputi semua amal qurbah, yakni amal-amal shalih yang akan mendekatkan para pelakunya kepada Allah. Termasuk di dalamnya adalah mengunjungi Masjid, lalu Itikaf berdiam diri di Masjid untuk mengingat Allah, T a’lim, Shalat, Dzikir, dan lainnya. Jika dikaitkan dengan amal ibadah di dunia, Masjid bukan hanya sekadar tempat sujud dan sarana penyucian. Di sini kata Masjid juga tidak lagi hanya berarti bangunan tempat shalat, atau bahkan bertayamum sebagai cara bersuci pengganti wudhu, tetapi kata Masjid disini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah Swt.

c. Eksistensi Peran Pengurus

Pengurus juga berperan sebagai guru pembimbing yang menyelenggarakan bimbingan pada kelompok murid didik, dan sangat berkepentingan dengan mengembangkan dinamika kelompok dalam kelompoknya itu. Bahkan pengembangan dinamika kelompoknya itu merupakan tugas utama pertama. Tampa berkembangnya dinamika kelompok sampai pada taraf ke efektifan tertentu, tidak dapat diharapkan kegiatan bimbingan itu akan membuahkan hasil sebagaimana diharapkan. Dinamika kelompok yang telah berkembang itu dapat diibaratkan sebagai kendaraan yang sudah siap pakai untuk dimuati barang tertentu yang akan dibawa ke suatu tujuan tertentu. Muatan yang dimaksud itu adalah permasalahan atau topik-topik yang akan dibahas dalam kegiatan lebih lanjut. Dalam hal “kendaraan” dan “muatan” di atas, guru pembimbing harus pandai-pandai memelihara dan menjalankan kendaraan itu serta memuatinya dengan barang-barang yang berharga tersebut diantarkan sampai ketempat tujuan, yaitu tujuan bimbingan agama. 24

d. Analisis Peran Pengurus

Peran merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, karena dengan peran yang dimilikinya ia akan dapat mengatur perilaku 24 Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok “Dasar dan Profil” Padang: Ghalia ndonesia, 1995, h. 66. dirinya dan orang lain. Seseorang dapat memainkan beberapa peran sekaligus pada saat yang sama, seperti seorang wanita dapat mempunyai peran sebagai ibu, istri yang mengurus rumah tangga, karyawan, guru, atau jika seorang laki-laki sebagai kepala keluarga, polisi, pengurus Masjid dan lain-lain. Peran sosial dapat mencakup tiga hal berikut: 1. Peran meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang di masyarakat. Contoh: Sebagai seorang pengurus Masjid yang memberikan bimbingan agama harus dapat menjadi panutan dan Suri Teladan para anggotanya, karena dalam diri pengurus tersebut tersandang aturan atau norma-norma yang sesuai dengan posisinya. 2. Peran merupakan konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat. Contoh: Seorang Ulama, Guru dan sebagainya, harus bijaksana, baik hati, sabar, membimbing dan menjadi panutan bagi muridnya. 3. Peran juga dapat diikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. 25

C. Bimbingan Agama

a. Pengertian Bimbingan Agama

Bimbingan agama sebagai suatu sistem nilai dan ajaran memiliki fungsi yang pasti dan jelas untuk pengembangan umat manusia yang lebih beradab dan sejahtera. Dalam perspektif ajaran 25 http:okayana.blogspot.com201006kelas-sosial-status-soaial-peranan.html. Diakses pada tanggal 01 Agustus 2014. Sejarah, Agama apapun turun ke Dunia untuk memperbaiki moralitas manusia, dari kebiadaban menuju manusia bermoral. Karena itu ketika manusia telah jauh menyimpang dari fitrah, muncul nabi-nabi yang akan mengembalikan mereka kepada kehidupan yang fitri, cenderung kepada kebaikan, dan menjauhi segala kesesatan dan kejahatan. Dari zaman Nabi Adam sampai sekarang, penyebaran kasih sayang, keadilan, egalitarianism, dan seterusnya adalah nilai yang baik. Sebaliknya, berbuat kerusakan, mengumbar kemarahan, dan penindasan merupakan sifat yang buruk. Nilai negative yang terdapat pada perbuatan itu merupakan sifat intrinstik yang tidak akan berubah dari dulu sampai sekarang. Dalam kerangka itulah bimbingan agama diajarkan dan disebarkan. Ia hadir untuk membimbing manusia agar mereka mengetahui kebaikan, agar manusia melaksanakan dan menyadari adanya keburukan serta kejahatan, lalu menghindarinya. Di samping itu, di dalam bimbingan agama terdapat nilai-nilai transenden berupa iman, kepercayaan kepada Tuhan, dan serangkaian ibadah ritual sebagai manifestasi kepercayaan dan kepatuhan kepada Sang Pencipta. Pada dasarnya, transendensi agama khususnya Islam, bersifat fungsional bukan sekadar untuk kehidupan Akhirat yang bersifat eskatalogis murni, dan terpisah dari kehidupan sekarang. Namun, hal itu juga berfungsi praktis dan applicable untuk kehidupan di dunia. Mulai aspek yang transenden, manusia diharapkan dapat mengaplikasikan nilai-nilai moral yang agama dalam situasi dan kondisi apapun karena merasa diawasi dan dibimbing oleh yang di