Remaja dan Permasalahannya Remaja
sebaai masa yang paling menyenangkan. Para remajapun merasa bahwa mereka telah menemukan hidup yang paling sempurna.
Keyakinan ini diperkuat pula oleh pernyataan, bahwa pada masa remaja dipuja di film, majalah, TV dan radio, ditambah pula dengan
bayak barang-barang khusus untuk para remaja di toko. Kebudayaaan remaja ini, yang diciptakan oleh orang dewasa tidak selalu mempunyai
tujuan dan pengaruh yang baik, khususnya tujuan yang lebih banyak mementingkan keuntungan dari para produsen, dari pada manfaat bagi
para konsumennya. Memang sebagian besar anak-anak remaja berkembang baik juga sesudah periode yang penuh kegoncangan ini,
akan tetapi sikap dari para orang tua yang mengira bahwa anak-anak mereka akan berkembang baik tampa pendidikan dan bimbingan tentu
salah juga, karna akhirnya yang terlibat dalam masalah yang cukup serius justru berasal dari keluarga-keluarga semacam itu. Tetapi selama
ini telah timbul pula semacam pengertian, bahwa banyak orang dewasa tidak mendidik anak mereka, karena mereka tidak tau bagaimana cara
mereka harus mendidik. Dan mereka tidak tau kapan dan bagaimana mereka harus bertindak karena mereka tidak mempunyai pegangan
untuk suatu penilaian yang baik.
36
Jika ingin melihat kehidupan remaja sekarang, sebagai orang dewasa kita dapat sesekali dapat menonton film yang menceritakan
kehidupan remaja, sungguh anak remaja sekarang telah melesat jauh dari bayangan orang tua. Mereka dididik oleh lingkungan sehingga
36
Anna Alisjahbana, Menuju Kesehatan Jiwa PT Gramedia, Jakarta: 1977, h. 52-53.
pemikiran, sikap, dan perilakunya tidak terjangkau oleh orang tua dan orang dewasa sehat disekitarnya. Mungkin kita sebagai orang dewasa
yang sudah tau mana yang baik dan buruk berdecak heran bahkan mengelus dada jika menyaksikan film-film remaja sekarang.
Dikisahkan dalam film The virgin, ada tiga remaja yang bersahabat di kota metropolitan. Mereka adalah biyan, stella dan ketie
yang masih duduk di bangku SMA. Mereka diidentikan dengan kehidupan sebagai remaja kota yang akrab dengan hura-hura,
nongkrong di mall, akrab dengan kehidupan malam, rebutanlawan dengan taruhan uang, nge-geng dan menjual diri demi setumpuk
rupiah. Dalam sebuah adegan diperlihatkan bagaimana kedua orang sahabat ini mengantarkan sahabatnya bertransaksi menjual diri pada
pria hidung belang di sebuah mal walaupun masih mengenakan seragam putih abu-abu.Mereka juga dapat dibooking di atas mobil atau
di toilet sebuah mal, terkesan begitu terbiasa dan lumrah saat mereka menjalani kehidupan “miring” itu.
Alur cerita mempertemukan ketiga sahabat ini dengan geng luna yang merupakan tokoh antagonis. Dalam berbagai kesempatan, kedua
kelompok ini berusaha saling menghancurkan kelompok lain dengan berbagai cara.
Awalnya Biyan sosok remaja putri yang culun, tidak mau melakukan
apa yang
sahabatnya lakukan
dan berusaha
mempertahankan keperawanannya. Sampai terjadi sebuah peristiwa
saat mereka bertiga menyewa mobil mewah hanya untuk “bersaing” dengan gengLuna, akan tetapi mobil tersebut malah hilang.
Dengan berbagai cara, mereka patungan mengumpulkan uang untuk mengganti mobil itu, termasuk dengan rela menjual diri. Stella
dan Katie sudah lebih dulu mati-matian menjual diri demi mendapatkan uang untuk mengganti mobil.Karena dirasa tidak adil
keduanya memaksa biyan untuk menanggung resiko. Kerja yang dianggap dapatmendapatkan uang banyakdalam waktu sekejap hanya
menjualkeperawanannya Biyan pada seorang pria hidung belang, pergumulan hati Biyan begitu berat, antara mempertahankan
keperawanan dengan “paksaan” menanggung hutang bersama. Akhirnya Biyan memutuskan mendatangi seorang Om-Om yang telah
menantinya di sebuah kamar Hotel dengan diantar oleh kedua sahabatnya sendiri.
Kisah dalam film tersebut menggambarkan kondiri remaja yang mudah larut dalam kelompok. Apapun yang diterapkan dalam
kelompok sering kali selalu dipatuhi walaupun selalu bertentangan dengan norma yang dijalani selama ini. Sebagai contoh, peran Biyan
dalam film “The virgin” yang penulis kutip kisahnya diatas. Pada awalnya mungkin merasa senang ditraktir makan atau berbelanja aneka
kebutuhan, termasuk patungan untuk mendapatkan uang. Lama kelamaan akan muncul keinginan untuk membalas “kebaikan” teman
tersebut dengan hal yang setimpal. Butuh uang jutaan untuk melakukan hal sebanding, setiap hari ia menyaksikan bagaimana
teman-temannya menjual diri sebentar, lalu mendapatkan uang banyak untuk bersenang-senang. Lambat laun, Iapun akan meniru. Awalnya
hanya pemikiran, lalu diikuti dengan keyakinan, sikap dan akhirnya perilaku.
Remaja yang mempunyai ikatan lemah dengan keluarga, memiliki hubungan antar anggota keluarga yang saling acuh, keluarga
broken home, kurang kasih sayang orang tua, sangat bergantung pada kelompok. Pada masa remaja pengaruh kelompok sangat besar
sehingga perlu upaya persiapan pembekalan orang tua sebelum anaknya masuk kedunia remaja. Ketika mereka berkelompok, yang
keluar adalah bahasa serta aturan main kelompok. Dengan demikian, identitas mereka kuat sebagai anggota kelompok X atau kelompok Y,
misalnya, “aku adalah anggota geng motor” parahnya, tampa pertimbangan sama sekali, remaja akan menyatu dalam kelompok
hingga semua alur sikap dan perilaku mereka sama dengan apa yang dilakukan kelompok. Mereka merasa aman karena akibat dari prilaku
tersebut akan diganggu bersama-sama. Beberapa sikap dan prilaku kelompok yang dapat menggiring seorang remaja hingga bertindak
melenceng dari aturan, antara lain: a.
Mencontoh Idola Secara Membabi Buta Remaja sangat membutuhkan pengakuan diri. Untuk
mendapatkan pengakuan, ia harus mengikuti apa yang diinginkan kelompok. Biasanya kelompok remaja mempunyai idola yang
identik dengan ketenaran, popularitas, bidang seni yang menonjol,
dan lain lain. Kelompok remaja akan mencontoh sikap dan perilaku sang idola secara membabi buta, sangking senangnya dengan sang
idola, remaja terkadang menampilkan perilaku yang sangat bertentangan dengan norma masyarakat pada umumnya. Sebagai
contoh banyak iklan khusus remaja yang mengadakan sayembara untuk bisa makan malam dengan artis idola. Produk yang
ditawarkan adalah untuk kalangan remaja putri, tapi selebritas yang ditawarkan bisa untuk dinner adalah selebritas laki-laki begitupun
sebaliknya, para pengagum tidak hanya sekedar minta tanda tangan atau foto bersama, mereka ada yang berusaha untuk mencium
bahkan ada yang menawarkan dirinya, sungguh, sebuah perilaku yang jauh melenceng dari ajaran agama dan adat ketimuran.
b. Hura-Hura
Remaja sangat menyukai aktifitas bersama teman sebayanya, vitalitas mereka sangat tinggi sehingga terkesan tidak
mempunyai rasa lelah, mulai dari bangun tidur hingga bangun lagi, remaja mampu melakukan aktivitas walaupun tampa jeda, pasokan
energi begitu besar, tampa menejemen waktu dan aktivitas, dapat membuat mereka terjebak dalam rutinitas yang sia-sia. Banyak
remaja meghabiskan waktu hanya untuk nongkrong di Pinggir Jalan, di Mall atau Cafe bersama teman-teman. Remaja selalu ingin
diakui keberadaannya. Mereka menyamakan diri dengan apa yang disetujui kelompok. Jika kelompok menggiringnya melakukan
kegiatan positif tentu akan membantu proses tumbuh kembangnya.
Namun, jika yang terjadi sebaliknya remaja tidak akan kuasa menolak.
Misalnya kelompok
mengajaknya bergerombol
menghabiskan malam di pinggir jalan, ia pun akan menuruti, demi kebersamaan. Mungkin awalnya hanya bergerombol dan
mengobrol sambil main gitar,lambat laun ulah mereka makin menyimpang, diawali dengan mengomentari lawan jenis yang
lewat, menggoda, sehingga kemudian melecehkan. Jika kita mengamati kegiatan remaja masa kini. Banyak
yang suka nongkrong, pesta, mejeng di mal, makan di restoran mewah, pacaran, rebutan pacar, melihat konser, mencuri, tawuran,
narkoba dan pergaulan bebas dengan lawan jenis. Memang tidak semua remaja melakukan hal seperti itu, tetapi peliputan di media,
baik cetak maupun elektronik menggambarkan kecendrungan perilaku remaja pada saat ini.
37