dan pengaruh faktor risiko kardiovaskular lainnya. Sasaran pencegahan tingkat dasar ini terutama kelompok masyarakat usia muda dan remaja, dengan tidak
mengabaikan orang dewasa Laporan Komisi Pakar WHO, 2001.
2.6.2 Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor resiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan patologis dengan
tujuan mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit. Tahap primer penatalaksanaan penyakit hipertensi merupakan upaya awal pencegahan sebelum
seseorang menderita hipertensi melalui program penyuluhan dan pengendalian faktor-faktor resiko kepada masyarakat luas dengan memprioritaskan pada
kelompok risiko tinggi Triyanto, 2014. Upaya pencegahan primer yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya
hipertensi adalah dengan cara merubah faktor risiko yang ada. Upaya-upaya tersebut antara lain : Triyanto, 2014
a. Mengubah pola makan dengan mengurangi asupan garam dan lemak tinggi, meningkatkan makan sayur dan buah.
b. Mengubah gaya hidup dengan berolahraga secara teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, berhenti merokok, dan mengurangi atau
membatasi konsumsi alkohol. c. Mengurangi kelebihan berat badan bagi yang kelebihan berat badan
lebih dan kegemukan.
Universitas Sumatera Utara
2.6.3 Pencegahan Sekunder
Pencegahan tahap sekunder adalah upaya pencegahan hipertensi yang sudah terjadi akibat serangan berulang atau untuk mencegah menjadi berat terhadap
timbulnya gejala-gejala penyakit secara dini melalui deteksi dini early detection serta memberikan pengobatan yang cepat dan tepat. Pencegahan ini ditujukan
untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit, yaitu melalui diagnosis dini dan pemberian pengobatan Triyanto,
2014. Dalam pencegahan tahap sekunder ini, upaya yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut : Triyanto, 2014 a. Diagnosis dini
Diagnosis dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah secara teratur sebagai bentuk skrining. Seperti lazimnya pada penyakit lain, diagnosis
hipertensi ditegakkan berdasarkan data anamnese konsultasi dokter, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan penunjang.
Pada 70-80 kasus hipertensi esensial, didapat riwayat hipertensi didalam keluarga, walaupun hal ini belum dapat memastikan diagnosis hipertensi esensial.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar Dalimartha dkk, 2008.
Kesulitan utama selama proses diagnosis adalah menentukan sejauh mana pemeriksaan harus dilakukan. Pemeriksaan yang secara dangkal saja tidak dapat
diterima karena hipertensi merupakan penyakit seumur hidup dan terapi yang dipilih dapat memberi implikasi yang serius untuk pasien Laporan Komisi Pakar
Universitas Sumatera Utara
WHO, 2001. Untuk itu pada saat pasien diperiksa oleh dokter, pasien perlu
memberitahukan hal-hal berikut : Dalimartha dkk, 2008 1. Riwayat hipertensi orang tuanya
2. Pengobatan yang sedang dijalaninya saat itu, karena ada beberapa obat- obatan yang dapat menimbulkan hipertensi seperti golongan obat
kortikosteroid. 3. Pada perempuan, keterangan mengenai hipertensi pada kehamilan,
riwayat eklampsia keracunan kehamilan, riwayat persalinan dan penggunaan pil kontrasepsi.
4. Data mengenai penyakit yang diderita, seperti diabetes mellitus kencing manis, penyakit ginjal, serta faktor resiko terjadinya hipertensi,
misalnya rokok, alkohol, stres, dan data berat badan. b. Pengobatan
Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya
kerusakan organ target, dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor risiko lain. Terapi dengan pemberian obat
antihipertensi terbukti dapat menurunkan tekanan sistolik dan mencegah terjadinya stroke pada pasien usia 70 tahun atau lebih Triyanto, 2014.
Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan kemungkinan seumur hidup. Terapi farmakologis dilakukan dengan
pemberian obat-obatan seperti berikut di bawah ini : Triyanto, 2014
Universitas Sumatera Utara
1. Golongan Diuretik, Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal
membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.
2. Penghambat Adrenergik, merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker, dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat efek sistem saraf simpatis. 3. ACE-Inhibitor, Angiotensin converting enzyme inhibitor ACE-
inhibitor menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
4. Angiotensin-II-bloker, menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.
5. Antagonis kalsium, menyebabkan melebarnya pembuluh darah. 6. Vasodilator, langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
7. Kedaruratan hipertensi misalnya hipertensi maligna memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar
diberikan secara intravena melalui pembuluh darah : diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, labetalol.
2.6.4 Pencegahan Tersier