d. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan
diastolik ≥ 100 mmHg. Bila tekanan darah penderita hipertensi berbeda dengan klasifikasi, sebagai
contoh TDS 170 mmHg sedangkan TDD 90 mmHg maka derajat hipertensi ditentukan dari tekanan sistolik TDS karena merupakan tekanan yang terjadi
ketika jantung berkontraksi memompakan darah Irianto, 2014.
2.2.3 Berdasarkan Jenis Kelamin
Kaplan 1985 memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia dan jenis kelamin sebagai berikut : Udjianti, 2011
a. Laki- laki, usia ≤ 45 tahun di katakan hipertensi apabila tekanan darah ≥
13090 mmHg, b. Laki-laki, usia 45 tahun di katakan hipertensi apabila tekanan darah
≥ 14595 mmHg,
c. Perempuan, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah ≥ 16095
mmHg.
2.3 Gejala Klinis
Tekanan darah tinggi seringkali tidak menimbulkan keluhan-keluhan langsung, tetapi lama-kelamaan dapat mengakibatkan berbagai penyakit. Tidak
ada tanda-tanda yang memperingatkan, namun lambat laun urat-urat nadi baik besar maupun kecil dalam tubuh menjadi rusak Dekker, 1996. Hanya kurang
dari sepersepuluh penderita tekanan darah tinggi yang menunjukkan adanya gejala dan itu terjadi jika tekanan darah sangat tinggi Semple, 1992. Hal ini lah yang
membuat hipertensi juga sering disebut sebagai “silent killer”, karena seringkali
Universitas Sumatera Utara
penderita hipertensi bertahun-tahun tanpa merasakan sesuatu atau gejala Triyanto, 2014.
Menurut Edward K Cung 1995, tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri
oleh dokter yang memeriksa Padila, 2013. Namun secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi yaitu kegelisahan, jantung berdebar-debar,
pening, nyeri dada, sakit kepala, depresi dan lesuh Wolff, 1984. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut yaitu sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan di otak Ruhyanudin,
2007.
2.4 Komplikasi
Dalam perjalanan penyakit hipertensi dapat timbul komplikasi somatik berupa gangguan jantung, gangguan peredaran serebral dan perifer, dan gangguan
ginjal. Namun sering kali dianggap sebagai gejala awal penyakit pada saat pasien pertama kali ke dokter, padahal sebenarnya merupakan gejala komplikasi
hipertensi Sudoyo dkk, 2010. Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam
jangka panjang akan terjadi komplikasi serius pada organ-organ sebagai berikut, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Jantung
Pengaruh tekanan darah tinggi, proses penumpukan zat-zat lemak di dalam urat-urat nadi besar makin cepat. Hal itu mengakibatkan pengapuran pembuluh
darah arteriosclerosis Dekker, 1996. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, otot jantung bekerja lebih keras dari biasanya karena arteri menyempit akibat mengapurnya dinding
pembuluh darah. Ketika otot jantung bekerja lebih keras, otot jantung tidak mendapat pasokan darah dan oksigen yang cukup. Keadaan ini membuat rasa
sakit di dada yang biasa disebut dengan angina atau miokardinal iskemia. Jika arteri koronaria menyempit dan kemudian darah menggumpal, otot jantung yang
langsung berhubungan dengan arteri ini menjadi mati. Keadaan ini disebut serangan jantung Widharto, 2009.
b. Otak
Tekanan darah tinggi dapat membawa perubahan pada jaringan pembuluh nadi yang ada pada otak sehingga mengakibatkan serangan pada orak attack.
Serangan ini dapat menimbulkan kelumpuhan atau gangguan-gangguan organ tubuh stroke Dekker, 1996.
Penelitian yang dilakukan selama 35 tahun dalam Framingham Heart Study menunjukkan bahwa 56 stroke pada pria dan 66 stroke pada wanita
berhubungan langsung dengan hipertensi. Namun, bila hipertensi tersebut diobati, risikonya turun 42 dalam 5 tahun Sheps, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik dan stroke haemoragik. Stroke iskemik merupakan stroke yang paling
sering terjadi, meliputi 70-80 dari semua kejadian stroke. Stroke ini terjadi karena penyumbatan pembuluh darah akibat menumpuknya plak dalam arteri.
Plak tersebut kemudian membentuk gumpalan dan lokasinya menetap dalam arteri-arteri antara jantung dan otak. Stroke haemoragik, kejadiannya meliputi 20-
30 dari semua kejadian stroke. Stroke ini terjadi jika pembuluh darah bocor atau pecah dalam otak. Penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi yang
persisten. Hal ini menyebabkan darah meresap ke ruang di antara sel-sel otak. Walaupun stroke hemoragik tidak sesering stroke iskemik, namun komplikasinya
dapat menjadi lebih serius Sheps, 2005. c.
Ginjal Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah
menuju ginjal. Penyumbatan ini berakibat pada fungsi ginjal yaitu sebagai penyaring darah terganggu. Ginjal berfungsi menyaring kotoran-kotoran yang
terbawa oleh aliran darah. Gangguan pada ginjal mengakibatkan kotoran-kotoran ini tidak tersaring sehingga darah yang penuh kotoran ini beredar ke seluruh
tubuh. Lama kelamaan produk sisa akan menumpuk dalam darah, ginjal akan mengecil dan berhenti fungsi, keadaan ini disebut gagal ginjal Widharto, 2009;
Sheps, 2005. d.
Mata Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di mata,
sehingga mengganggu aliran darah di dalam vena Sheps, 2005. Mata akan lebih
Universitas Sumatera Utara
banyak terkena resiko. Daya penglihatan terganggu karena kerusakan pada pembuluh selaput mata Dekker, 1996. Pada keadaan berat, saraf yang membawa
sinyal-sinyal dari mata ke otak saraf optik akan mulai membengkak. Hal ini dapat menyebabkan kebutaan Sheps, 2005.
2.5 Epidemiologi Hipertensi 2.5.1 Distribusi dan Frekuensi Hipertensi