Pengertian Anak Telantar Optimalisasi Peran KPAI Sebagai State Auxiliary Organs Dalam Perlindungan Terhadap Anak Terlantar

41 BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK TELANTAR

A. Pengertian Anak Telantar

“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.” Bunyi Pasal 34 ayat 1 Undang-undang Dasar 1945 tersebut menjadi acuan dan pedoman bagi negara dalam hal ini pemerintah melalui lembaga-lembaganya untuk menjamin bahwa anak telantar harus dipelihara dan dijamin kelangsungan hidupnya serta masa depannya. Selain kewajiban untuk melakukan perintah Undang-Undang Dasar tersebut, kesadaran untuk memelihara dan menjamin kelangsungan hidup serta masa depan anak memang harus dimiliki oleh seluruh elemen bangsa. Secara umum, anak diartikan sebagai keturunan yang dilahirkan, juga bisa diartikan sebagai manusia yang belum dewasa atau masih kecil. 1 Sedangkan menurut Undang-undang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 2 Undang-undang Kesejahteraan Anak juga memberikan definisi tentang anak, yaitu seseorang yang belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun dan belum pernah kawin. 3 1 M. B. Ali dan T. Deli, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung : Penabur Ilmu, 2009, h. 32 2 Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak 3 Pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Perbedaan batasan umur anak dalam berbagai ketentuan perundang-undangan di Indonesia tersebut sering menimbulkan kerancuan untuk mengetahui siapa saja yang dapat disebut sebagai anak. Menurut Konvensi Hak Anak, anak berarti setiap manusia yang berusia di bawah delapan belas tahun kecuali, berdasarkan undang-undang yang berlaku untuk anak-anak, kedewasaan telah dicapai lebih cepat. 4 Ketentuan tersebut mengandung pengertian bahwa batasan umur anak secara umum adalah dibawah delapan belas tahun namun sekaligus mengakui bahwa setiap negara memiliki ketentuan masing-masing mengenai batasan umur anak. Indonesia pun bahkan memiliki batasan umur yang berbeda dalam berbagai peraturan perundang-undangannya tentang batas kedewasaan seseorang. Kata telantar mengandung arti tak terurus atau tak terpelihara. 5 Sedangkan kata penelantaran sebagai kata kerja berasal dari kata lantar yang berarti tidak terpelihara, terbengkalai, tidak terurus. 6 Maka dari beberapa rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa anak telantar adalah seseorang yang secara umum berusia dibawah delapan belas tahun atau ditentukan lain menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku dan karena suatu sebab tidak diberikan pemeliharaan yang layak, tidak terurus, dan terbengkalai sehingga hak-hak dasarnya tidak terpenuhi. 4 Pasal 1 Konvensi Hak Anak 5 M. B. Ali dan T. Deli, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h. 467 6 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1976, h. 564 Menurut Undang-undang Perlindungan Anak, anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. 7 Sedangkan menurut Kementrian Sosial, anak telantar adalah seorang anak berusia 6 enam tahun sampai dengan 18 delapan belas tahun, meliputi anak yang mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan oleh orang tuakeluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang tuakeluarga. Kriteria : a. Berasal dari keluarga fakir miskin; b. Anak yang dilalaikan oleh orang tuanya; dan c. Anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya. 8 Anak telantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk kategori anak rawan atau anak-anak membutuhkan perlindungan khusus children in need of special protection. Dalam Buku Pedoman Pembinaan Anak Telantar yang dikeluarkan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur 2001 disebutkan bahwa yang disebut anak telantar adalah anak yang karena suatu sebab tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. 9 7 Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak 8 Lampiran Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08 tahun 2012 Tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial 9 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010, h.212. Seorang anak dikatakan telantar, bukan sekedar karena ia sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orang tuanya. Tetapi, telantar di sini juga dalam pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidakmengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan. Seorang anak yang kelahirannya tidak dikehendaki, misalnya, mereka umumnya sangat rawan untuk ditelantarkan dan bahkan diperlakukan salah child abuse. Pada tingkat ekstrem, perilaku penelantaran anak bisa berupa tindakan orang tua membuang anaknya, entah itu di hutan, di selokan, di tempat sampah, dan sebagainya baik ingin menutupi aib atau karena ketidaksiapan orang tua untuk melahirkan dan memelihara anaknya secara wajar. 10 Bukan hanya dalam hukum positif, melainkan dalam hukum Islam juga diatur tentang hak-hak anak. Walaupun tidak dijelaskan secara mendetail mengenai anak telantar, namun konsep perlindungan terhadap hak-hak anak juga disebutkan dalam Al-Quran. Dalam Islam, perlindungan terhadap hak anak adalah salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan khususnya oleh kedua orangtua karena anak merupakan titipan Allah SWT yang dapat menjadi penyenang hati bagi kedua orangtuanya. Hal ini terdapat dalam Surah Al-Furqon ayat 74, 10 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h.213. Artinya : Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. QS. Al-Furqon: 74 Selain itu, anak merupakan amanah yang dititipkan oleh Allah SWT kepada kedua orangtua, hal ini terdapat dalam Surah Al-Anfal ayat 27, Artinya : ”Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kalian mengkhianati amanat Allah dan Amanat Rasul,dan janganlah kalian mengkhianati amanat- amanat yang diamanatkan kepada kalian,sedangkan kamu mengetahui”. Q.S.al-Anfal8:27 Selanjutnya, kewajiban pemeliharaan anak sebagaimana dijelaskan dalam Surah At-Tahrim ayat 6, Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai perintah Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan ”, Q.S. A-Tahrim66: 6 Ditegaskan pula bahwa anak merupakan bagian dari cobaan yang harus dilalui kedua orangtua. Jika orangtua berhasil memelihara anak dengan baik maka tentu pahala besar yang akan diperoleh, namun sebaliknya, jika anak tidak dipelihara dengan baik dan ditelantarkan, maka dosa yang akan diperoleh sebagaimana yang disebutkan dalam Surah Al-Anfal ayat 28, Artinya :”Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar.”QS.al-Anfal ayat 28. Maka berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa baik dalam hukum positif maupun dalam hukum Islam tindakan yang mengakibatkan anak menjadi telantar sehingga tidak terpenuhi hak-hak dan kebutuhan dasarnya merupakan tindakan yang dilarang. Anak adalah amanah yang diberikan kepada kedua orangtua sehingga harus dipelihara dan dipenuhi kebutuhan dasarnya dengan baik. Namun, selain peran orangtua, dibutuhkan pula peran pemerintah dan masyarakat untuk mendukung serta menjamin terpenuhinya hak-hak dan kebutuhan dasar anak.

B. Bentuk-Bentuk Tindakan yang Dapat Dikategorikan Penelantaran Anak