E. Hukuman Bagi Pelaku Penelantaran Anak
Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini berarti bahwa setiap tindakan yang
dilakukan oleh setiap warga negara harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk tindakan terhadap anak. Berbagai
peraturan perundang-undangan telah mengatur mengenai tindakan apa saja yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan kepada anak.
Salah satu peraturan perundang-undangan yang mengatur secara rinci mengenai tindakan terhadap anak termasuk tindakan penelantaran anak adalah
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-undang tersebut
berisi keterangan mengenai hak-hak anak, aturan tentang tindakan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan terhadap anak serta hukuman terhadap
pelakunya. Selain itu, beberapa peraturan perundang-undangan lain walaupun tidak secara langsung membahas mengenai anak, tetapi mengandung substansi
yang dapat digunakan sebagai dasar hukum bagi tindakan penelantaran anak.
Pada Pasal 304 KUHP mengatakan “Barang siapa dengan sengaja
menyebabkan atau membiarkan seseorang dalam keadaan sengsara, sedangkan menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan dia wajib memberi
kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah ”.
Dari Pasal 304 di atas unsur-unsurnya yaitu, pertama pelaku penelantaran yaitu orang tua. Kedua, adanya kesengajaan yang menyebabkan atau membiarkan
seseorang dalam kesengsaraan seperti tidak memberi penghidupan baginya.
Ketiga , sedang ia wajb memberi kehidupan, perawatan dan pemeliharaan.
22
Selanjutnya, Pasal 305 KUHP mengatakan “Barang siapa menempatkan
anak yang berumur di bawah tujuh tahun untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. ”
Unsur-unsur yang terdapat dari Pasal 305 di atas yaitu pertama, pelaku merupakan orang tua anak yang ditelantarkan. Kedua, adanya kesengajaan
menaruh atau menempatkan anak di bawah umur tujuh tahun, dengan maksud supaya ditemukan atau dipungut oleh orang lain agar terbebas dari pemeliharaan
anak itu.
23
Hukuman lebih berat terdapat dalam Pasal 306 ayat 1 KUHP mengatakan “jika salah satu perbuatan tersebut dalam Pasal 304 dan 305 mengakibatkan
luka-luka berat, maka yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun enam bulan.
” Selanjutnya pada ayat 2 mengatakan “Jika mengakibatkan kematian, maka yang bersalah diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun. ”
24
22
Dewi Hapriyanti, Jurnal Ilmah, Penelantaran Anak oleh Orang Tua Ditinjau Dari KUHP dan Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindunga Anak, Universitas
Mataram, h. 4.
23
Dewi Hapriyanti, Jurnal Ilmah, Penelantaran Anak oleh Orang Tua Ditinjau Dari KUHP dan Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindunga Anak, h. 5.
24
Pasal 306 ayat 1 dan 2 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Dalam Pasal 307 KUHP terdapat pemberatan hukuman yang isinya “Jika
yang melakukan kejahatan tersebut dalam Pasal 305 ayah atau ibu anak itu, maka pidana yang ditentukan dalam Pasal 305 dan 306 dapat ditambah dengan
sepertiga. ”
25
Pada Pasal 308 KUHP dikatakan secara jelas tindakan penelantaran bahwa “Jika seorang ibu, karena takut akan diketahui orang bahwa dia telah melahirkan
anak, menempatkan anaknya itu untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka maksimum pidana tersebut
dalam Pasal 305 dan 306 dikurangi separuh. ”
26
Selain itu, dalam undang-undang lain telah diatur pula sanksi pidana bagi penelantaran anak yaitu :
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Bab VIII pasal 49 yang berbunyi :
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 lima belas juta rupiah, setiap orang yang :
a. Menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1; b.
Menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 2. 2. Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Bab
25
Pasal 307 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
26
Pasal 308 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
XII Pasal 77 yang berbunyi : “setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan :
a. Diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami
kerugian, baik materiil maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya; atau
b. Penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit
atau penderitaan, baik fisik, mental maupun sosial dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda paling banyak
Rp 100.000.000,00 seratus juta rupiah 3.
Undang-undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 58 ayat
2 : “dalam hal orang tua, wali, atau pengasuh anak melakukan segala bentuk penganiayaan fisik atau mental, penelantaran,
perlakuan buruk, dan pelecehan seksual termasuk pemerkosaan, dan atau pembunuhan terhadap anak yang seharusnya dilindungi maka harus
dikenakan pemberatan hukuman.
58
BAB IV KONTRIBUSI KPAI DALAM PERLINDUNGAN TERHADAP
ANAK TELANTAR
A. Tugas dan Wewenang KPAI dalam Penanganan Anak Telantar