Peran Media Al-Jazeera Peran Al-Jazera dalam transformasi politik tunisia pada peristiwa arab Spring 2010-2011

83 memainkan peranannya dalam membungkus faktor-faktor tersebut ke dalam suatu sistematika yang rapi sebelum disampaikan kepada masyarakat luas 141 . Dalam kasus Arab Spring yang terjadi di Tunisia pada tahun 2011, Al- Jazeera telah menjadi media tak tersaingi dalam peliputan berita yang sedang berlangsung tersebut. Al-Jazeera telah menikmati popularitasnya sebagai sumber berita yang independen dan dapat dipercaya. Hal ini terbukti berdasarkan hasil survey kelompok penasihat Arab the Arab Advisors Group, yang menyatakan pada tahun 2005 Al-Jazeera dianggap sebagai media yang sangat terpercaya oleh 85,7 responden di Mesir, 63,8 responden di Jordan, dan 69 responden di Saudi Arabia 142 . Dominasi kepercayaan yang didapat oleh Al-Jazeera tersebut sebagian besar terjadi saat peliputannya terhadap perang Amerika di Irak dan Afghanistan. Dimana dalam kejadian tersebut Al-Jazeera telah memainkan perannya sebagai the voice of the voiceless. Dan Al-Jazeera mampu kembali membuktikan perannya tersebut pada peristiwa Arab Spring di Tunisia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peristiwa Arab spring di Tunisia yang diawali oleh aksi bakar diri Mohammad Bouazizi telah memicu aksi protes dari berbagai kalangan di seluruh Tunisia yang akhirnya menuntut turunnya Ben Ali dari kekuasaannya. Aksi protes pertama kali yang terjadi di Sidi Bouzid, yang kemudian video dokumentasinya diunggah di facebook telah menarik perhatian Al-Jazeera. Al-Jazeera yang saat itu sedang mencari bahan berita seputar dunia Arab di facebook, secara tidak sengaja menemukan video tersebut dan sorenya langsung menayangkannya di saluran Al-Mubashir. Sejak saat itu keberadaan Al- 141 Giulia Paolo Spreafico, “The Arab Spring and „Al-Jazeera Factor‟”, 12 Februari 2014, dalam http:russiancouncil.ruenblogsgiuliapaola-spreafico?id_4=969 , akses 11 April 2015, 09:15 142 Giulia Paolo Spreafico, “The Arab Spring and „Al-Jazeera Factor‟”, 12 Februari 2014, dalam http:russiancouncil.ruenblogsgiuliapaola-spreafico?id_4=969 84 Jazeera tidak hanya untuk menyajikan sebuah berita, namun juga berusaha untuk membuatnya tetap hidup. Al-Jazeera terus memberikan perkembangan terkini tentang apa yang sedang terjadi di Tunisia melalui video-video, foto-foto, serta hal-hal lain yang bersangkutan kepada pemirsanya. Ketika peristiwa tersebut sedang berlangsung, Al-Jazeera bahkan sempat menghentikan beberapa programnya dan fokus menyajikan perkembangan berita revolusi tersebut agar masyarakat dapat memperoleh informasi secara maksimal. Sama seperti halnya sepupu Bouazizi yang sadar dengan diunggahnya video dokumentasi protes ke facebook dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat akan apa yang sebenarnya sedang terjadi, Al-Jazeera juga sadar dengan membuat sebuah berita menjadi selalu hidup maka selama itu pula peristiwa tersebut akan diketahui oleh banyak orang. Karena jika berita tersebut telah mati, maka peristiwa revolusi tersebut secara otomatis juga akan mati dan tidak akan berkembang bahkan akan musnah. Hal tersebut sesuai dengan apa yang ditulis dalam sebuah thesis oleh Ezzeddine Abdelmoula melalui wawancaranya dengan Jurnalis Mohamed Lemine, yang mengatakan tentang peran penting Al- Jazeera dalam menjaga tetap hidupnya sebuah berita: “The most important thing, regardless of the nature and quality of its coverage, is that Al-Jazeera, from the first moments of the Arab revolutions, especially in Tunisia, was able to capture that symbolic moment of Bouazizi setting himself on fire and opened up the skies on it. If story died, I believe the Arab revolutions would have died consequently 143 ” Yang paling penting, terlepas dari sifat dan cakupannya, adalah bahwa Al-Jazeera dari saat-saat pertama dari revolusi Arab, khususnya di Tunisia, mampu menangkap momen simbolis Bouazizi yang membakar dirinya dan 143 Ezzeddine Abdelmoula, Al- Jazeera‟s Democtratizing Role and the Rise of Arab Public Sphere, University of Exeter, a thesis for the degree of Doctor of Philosophy in Politics, July 2012, h. 240 85 membuka langit diatasnya. Jika cerita tersebut mati, saya percaya konsekuensinya revolusi Arab juga akan mati Hal yang sama juga diungkapkan oleh Abderrahim Foukara, kepala stasiun Al-Jazeera di Washington dalam wawancaranya dengan Lawrence Pintak – jurnalis majalah Foreign Policy mengenai keistimewaan Al-Jazeera dalam menyajikan sebuah berita kepada pemirsanya. Ia mengatakan bahwa kejeniusan satelit TV Arab – dalam hal ini Al-Ajazeera adalah kepekaannya dalam menangkap sesuatu yang eksistensial yang sering disebut perasaan Arab Arab sensibility dan merubahnya ke dalam suatu gambaran cerita yang mewakili hati Arab 144 . Hal diatas menunjukkan adanya peran Al-Jazeera yang tidak hanya sebagai media pelapor, namun juga pembentuk sebuah berita. Dengan meningkatkan kesadaran serta pengetahuan masyarakat tentang apa yang sedang terjadi, secara tidak langsung Al-Jazeera telah memotivasi mereka untuk ikut berjuang melakukan perubahan. Menjadikan peran Al-Jazeera bukan hanya sebagai media pelapor berita, melainkan sebagai media yang telah membuka jalan bagi perubahan melalui peningkatan kesadaran dan membentuk opini publik. Al- Jazeera juga telah membantu dalam membangun narasi dengan menghubungkan bersama setiap peristiwa yang terpisah dan memberi makna serta orientasi ke dalamnya. Narasi yang sudah dibangun dan dibentuk tersebut kemudian ditampilkan di layar Al-Jazeera, dimana pemirsa dapat mendapatkan berita secara menyeluruh meliputi latar belakang sejarah, konteks politik, serta kerangka 144 Lawrence Pintak, “The Al-Jazeera Revolution: The satellite television station is seizing the message away from the bland propaganda of Arab autocrats ”, 2 Februari 2011, dalam http:foreignpolicy.com20110202the-al-jazeera-revolution , akses 5 Oktober 2015, 11:30 86 analisisnya. Peran yang dimainkan oleh Al-Jazeera tersebut tampak sangat jelas pada peristiwa Arab Spring di Tunisia 145 . Dalam konteks Arab Spring di Tunisia, peristiwa menyebarnya aksi protes dari satu wilayah ke wilayah lainnya, disebabkan oleh 3 faktor utama, yaitu pengunggahan video aksi unjuk rasa pertama di Sidi Bouzid pada tanggal 17 Desember 2010 di situs jejaring sosial facebook, adanya rasa solidaritas masyarakat dari berbagai kalangan untuk berpartisipasi pada aksi protes tersebut, serta penyiaran berita oleh media massa internasional khususnya Al-Jazeera, yang menjadi solusi dapat dijangkaunya informasi serta berita tersebut bagi mereka yang bukan pengguna internet 146 . Dari ketiga faktor utama tersebut, peran Al- Jazeera sebagai penyalur informasi sekaligus pembentuk opini masyarakat menjadi faktor yang paling penting dalam terjadinya revolusi tersebut. Al-Jazeera memainkan perannya dengan cara menyiarkan berita tentang apa yang sedang terjadi di Tunisia. Dengan mengandalkan sumber-sumber berupa video yang diunggah di facebook dan twitter oleh para demonstran, telah memungkinkan berita dapat tersebar dan diketahui oleh masyarakat luas. Menyebarnya informasi tersebut kepada seluruh masyarakat, membuat mereka menjadi sadar akan apa yang sedang terjadi, serta kondisi seperti apa yang sedang mereka alami 147 . Kenyataan bahwa selama bertahun-tahun mereka hidup dibawah pemerintahan Ben Ali dengan kondisi ekonomi yang buruk serta tekanan politik, membuat mereka merasa jengah dan menuntut adanya perubahan. Adanya aksi 145 Ezzeddine Abdelmoula, Al- Jazeera‟s Democtratizing Role and the Rise of Arab Public Sphere, h. 242 - 246 146 Subkhan, Revolusi Melati di Tunisia Januari 2011, h.71 147 Sami Al- Khazendar dan Yahya Ali, “Professionalism and Objectivity of Al-Jazeera Satellite Channel”, American International Journal of Contemporary Research, Vol.3, No.9, 2013, h.69, tersedia di http:www.aijcrnet.comjournalsVol_3_No_9_September_20139.pdf , akses 11 April 2015, 13:55 87 protes yang dilakukan oleh Bouazizi pun akhirnya memotivasi mereka untuk melakukan protes menuntut adanya perubahan yang lebih baik, yang menjadikan mereka dari sebelumnya hanyalah sebuah objek menjadi subjek yang berperan aktif mewujudkan keinginan mereka. Meskipun Al-Jazeera telah menjadi faktor penting, namun kenyataan adanya peran media sosial seperti facebook dan twitter yang menjadi faktor pertama penyebab munculnya revolusi di Tunisia tidak dapat diabaikan. Namun Al-Jazeeralah yang pertama kali menaruh perhatian pada peristiwa tersebut bahkan sebelum media lokal mulai menaruh perhatian, sampai akhirnya berhasil menarik perhatian masyarakat luas dan terus menayangkannya secara berulang- ulang. Al-Jazeera bersama stasiun televisi lainnya secara umum adalah faktor yang memudahkan serta mempercepat terjadinya perubahan. Sebelumnya pemerintah di Tunisia sempat meningkatkan kontrolnya terhadap penggunaan internet dan media sosial seperti facebook dan twitter, namun secara teknis pemerintah tidak dapat mengontrol satelit televisi. Sehingga Al-Jazeera mampu memberikan informasi secara terbuka melalui satelit yang sangat sulit dicegah oleh pihak berwenang Tunisia. Untuk itulah akhirnya pemerintah menutup markas Al-Jazeera yang ada di Tunisia 148 . Berbeda dengan kebanyakan negara di dunia Arab, Tunisia saat itu adalah satu-satunya negara yang melarang Al-Jazeera memasuki wilayah tersebut sampai lengsernya kekuasaan Ben Ali. Sehingga sampai sebelum lengsernya Ben Ali dari kekuasaannya – yaitu pada tanggal 15 Januari 2011, informasi dari para 148 Ben Wagner, “I Have Understood You: The Co-evolution of expression and Control on the Internet, Television and Mobile Phones During the Jasmine Revolution in Tunisia ”, The Arab Spring – The Role of ICTs‟s Journal, International Journal of Communication 5, 2011, h. 3. Diunduh dari http:ijoc.orgindex.phpijocarticleviewFile1174606embedded=true , akses 11 April 2015, 12:20 88 masyarakat sipil serta para aktivis yang melaporkan peristiwa revolusi dari berbagai wilayah di Tunisia lah yang membantu Al-Jazeera dalam meliput berita tersebut 149 . “… activist in different parts of the country got together and organized themselves into groups with well-defined task for each member. Some were assigned the task of taking pictures and videos with their cellphones, others had to write up and edit the news while other members contacted news networks to get their stories out 150 ” … aktivis di berbagai negara berkumpul dan mengorganisir diri dalam kelompok-kelompok dengan tugas yang terdefinisi dengan baik untuk setiap anggotanya. Beberapa anggota ditugaskan untuk mengambil gambar dan video dengan ponsel mereka, yang lainnya menulis dan mengedit berita, sementara anggota lain menghubungi saluran berita untuk menyerahkan cerita berita mereka Hal tersebut merupakan sesuatu yang unik dan membedakannya dari revolusi yang terjadi di beberapa negara lain. Meskipun Al-Jazeera tidak dapat meliput secara langsung pada awa-awal peristiwa revolusi di Tunisia, antusias masyarakat dalam mengikuti perkembangan berita Al-Jazeera sama sekali tidak berkurang. Kurangnya kepercayaan masyarakat serta kredibilitas dan kebebasan media lokal yang ada, membuat masyarakat tetap menjadikan Al-Jazeera sebagai sumber utama dalam mendapatkan berita dan informasi. Ditengah kondisi para reporter ahli yang tidak memungkinkan untuk meliput secara langsung, kehadiran serta partisipasi masyarakat dalam meliput peristiwa yang terjadi telah memiliki makna tersendiri dalam peristiwa revolusi tersebut. Dalam hal ini, tidak hanya Al-Jazeera yang berhasil menjangkau mereka untuk mendapatkan materi beritanya, namun mereka juga berhasil menjangkau Al-Jazeera agar berita mereka dapat dimuat. Kondisi tersebut merupakan operasi 149 Ezzeddine Abdelmoula, Al- Jazeera‟s Democtratizing Role and the Rise of Arab Public Sphere, h. 250 - 252 150 Ezzeddine Abdelmoula, Al- Jazeera‟s Democtratizing Role and the Rise of Arab Public Sphere, h. 252 89 timbal balik dimana media sosial seperti facebook dan twitter, bersama dengan media televisi seperti Al-Jazeera saling melengkapi dalam menyajikan sebuah liputan berita yang terkoordinasi 151 . Lebih lanjut, Wadah Khanfar – mantan direktur utama Al-Jazeera yang menjabat dari tahun 2003-2011, menambahkan bahwa pada awalnya Al-Jazeera telah dibuat kaget dengan peristiwa munculnya revolusi di Tunisia. Mereka sendiri tidak menyangka bahwa peristiwa tersebut akan menjadi sesuatu yang besar bahkan sampai menyebar ke negara-negara lain. Dengan kondisi dimana Al- Jazeera tidak mempunyai akses untuk meliput langsung keadaan di Tunisia, dan juga di beberapa negara lain yang kemudian ikut menutup markas Al-Jazeera di negara mereka, keberadaan sosial media sebagai media baru memainkan perannya yang besar di awal peristiwa protes terjadi. Foto-foto serta video yang menyebar di youtube, facebook, twitter, serta blog-blog telah memberikan Al-Jazeera tidak hanya sebuah materibahan yang cukup, namun sebuah bahan jenis baru, yaitu bahan yang terlihat lebih nyata. Bahan tersebut tentu tidak mempunyai kualitas yang baik seperti yang didapat oleh jurnalis wartawan ahli, namun justru bahan tersebut lebih bisa dihayati dan dicerna dimata pemirsanya 152 . Meskipun Al-Jazeera tidak mempunyai hubungan yang harmonis dengan pemerintah Tunisia, namun hubungannya dengan masyarakat Tunisia sangatlah erat. Terbukti dengan banyaknya masyarakat yang ikut membantu sebagai jurnalis „dadakan‟ saat Al-Jazeera tidak mampu meliput secara langsung. Hubungan yang erat antara Al-Jazeera dengan masyarakat Tunisia tersebut selain karena tidak 151 Ezzeddine Abdelmoula, Al- Jazeera‟s Democtratizing Role and the Rise of Arab Public Sphere, h. 252 - 253 152 Wadah Khanfar, “Al-Jazeera and the Arab Spring transcript”, 19 Januari 2012, dalam www.chathamhouse.org , akses 5 Oktober 2015, 11:45 90 adanya media lokal yang dapat mereka percaya. Disisi lain Al-Jazeera memberi kesempatan pemirsanya untuk memiliki kepercayaan kepada Al-Jazeera berdasarkan pemikiran mereka masing-masing. Pada saat revolusi di Tunisia semakin memanas, Al-Jazeera memutuskan untuk menghentikan beberapa program regularnya agar terus dapat memberi informasi serta perkembangan terbaru kepada masyarakat. Sehingga selama revolusi berlangsung sampai akhirnya berhasil menuai kesuksesan, masyarakat sangat memuji kinerja Al- Jazeera. Bagi masyarakat Tunisia, Al-Jazeera adalah cermin dimana mereka melihat diri mereka tercermin. Hal tersebut membantu mereka untuk percaya pada revolusi yang telah dimulai di negara mereka 153 . Terlepas dari hal tersebut, kembali pada peran Al-Jazeera sebagai media yang mampu mempengaruhi opini serta sikap masyarakat, liputan berita yang disajikannya mampu menyampaikan sebuah ide tentang sesuatu yang hebat sedang terjadi. Al-Jazeera mampu menjadikan para pemrotes sebagai seorang pahlawan, menjadikan mereka merasa sebagai bagian penting dalam pencapaian kehidupan yang jauh lebih baik lagi. Hal ini pun memotivasi masyarakat yang melihat berita tersebut untuk ikut ambil bagian dalam proses perubahan yang ada. Rasa simpati serta solidaritas masyarakat yang melakukan protes akhirnya dapat ditularkan kepada pemirsa yang melihatnya. Sehingga masyarakat dari berbagai kalangan dan usia pun ikut ambil bagian dalam peristiwa bersejarah tersebut. Melihat dari fakta-fakta tersebut, pada akhirnya peran satelit televisi Al-Jazeera 153 Aref Hijjawi, the Role of Al-Jazeera Arabic in the Arab Revolts of 2011, h. 69-70. Diunduh dari https:www.boell.desitesdefaultfilesassetsboell.deimagesdownload_dePerspectives_02- 10_Aref_Hijjawi.pdf , akses 5 Oktober 2015, 11:50 91 dalam peristiwa Arab Spring di Tunisia tersebut merupakan sesuatu yang nyata dan tidak dapat terpisahkan. C. Arab Spring = Revolusi Al-Jazeera? Al-Jazeera yang merupakan salah satu media massa Arab yang berasal dari Qatar, telah memainkan peran pentingnya dalam munculnya Arab Spring di beberapa negara MENA. Dengan kemampuannya dalam menggerakkan serta membawa masyarakat dalam suatu aksi proses menuntut perubahan dibawah kekuasaan rezim yang telah berkuasa selama bertahun-tahun, yang akhirnya berhasil menjatuhkan kekuasaan otoriter tersebut, banyak yang menganggap Al- Jazeera sebagai kunci utama terjadinya peristiwa tersebut. Sehingga tak heran jika banyak yang menganggap bahwa peristiwa Arab Spring tersebut sebagai sebuah Revolusi Al-Jazeera atau Al- Jazeera‟s revolution, mengingat perannya yang cukup besar dibanding dengan media massa lainnya. Pada kasus Al-Jazeera , sebagai media yang mempunyai banyak prestasi dan telah berhasil meliput peristiwa-peristiwa penting termasuk Arab Spring, kemampuannya dalam menggerakkan massa untuk berpartisipasi dalam revolusi tersebut tidak dapat diragukan lagi. Nyatanya Al-Jazeera mampu mempengaruhi opini masyarakat tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi. Namun meskipun mempunyai peran yang besar di dalamnya, mengatakan Arab Spring sebagai Revolusi Al-Jazeera rasanya kurang begitu tepat. Revolusi yang terjadi saat peristiwa Arab Spring mungkin memang bukan Revolusi Al-Jazeera, namun generasi yang memimpin revolusi serta yang berpartisipasi di dalamnya adalah generasi Al-Jazeera. Wadah Khanfar, mantan direktur utama Al-Jazeera juga sependapat dengan hal tersebut. Ia mengatakan 92 bahwa Al-Jazeera bukanlah alat revolusi. Al-Jazeera tidak menciptakan revolusi, namun ketika suatu peristiwa besar terjadi, Al-Jazeera akan menjadi pusat dari peristiwa tersebut. Hal yang sama juga diungkapkan oleh M. Souag – Kepala bagian berita Al-Jazeera, ia mengatakan bahwa Al-Jazeera memainkan perannya sebagai media yang meliput berita tentang apa yang sedang terjadi, bukan membuat atau menciptakan revolusi tersebut. Masyarakat sendirilah yang melakukan revolusi tersebut 154 . Adapun faktor yang akhirnya membuat aksi revolusi di Tunisia tersebut berhasil adalah adanya persatuan dari berbagai kalangan, meliputi para profesional, kelompok kelas menengah, pelajar, semuanya dengan berani ikut turun ke jalanan untuk melakukan aksi demo bersama 155 . Sejak awal Al-Jazeera sebagai sebuah media massa hanya menjalankan tugasnya dalam memberi informasi, mendidik, menghibur, dan berkaitan dengan pembahasan ini adalah untuk mempengaruhi. Ketika masyarakat sadar bahwa aksi yang mereka lakukan diliput oleh Al-Jazeera, timbul semacam efek psikologis dalam diri mereka yang mendorong untuk terus melakukannya. “They feel that what they did was so important that Al-Jazeera reported it. Those who participated in the protests and saw themselves on television would certainly go back to the street. Those who did not participate but saw others participate would ask themselves: why not us? 156 ” Mereka merasa apa yang telah mereka lakukan sangatlah penting sampai Al-Jazeera memberitakannya. Bagi mereka yang berpartisipasi dalam protes dan melihat diri mereka di televisi secara otomatis akan kembali turun ke jalan. Bagi mereka yang tidak berpartisipasi tapi melihat yang lain berpartisipasi akan bertanya kepada diri mereka sendiri: mengapa bukan kita? 154 Ezzeddine Abdelmoula, Al- Jazeera‟s Democtratizing Role and the Rise of Arab Public Sphere, h. 261-262 155 Empire. Tunisia – A Revolutionary model. Pada 03:34 – 03:50, https:www.youtube.comwatch?v=wa577mvb6mu , Akses 25 Oktober 2015 156 Ezzeddine Abdelmoula, Al- Jazeera‟s Democtratizing Role and the Rise of Arab Public Sphere, h. 263 93 Dengan kata lain, Al-Jazeera tidak bisa disebut sebagai pihak yang menciptakan adanya revolusi, namun perannya dalam meliput berita tersebutlah yang perlu lebih ditekankan. Al-Jazeera perlu dilihat sebagai salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilan revolusi tersebut. Melalui perannya, pada akhirnya revolusi dapat menyebar dan memberi inspirasi kepada masyarakat lainnya untuk melakukan hal yang sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anggapan mengenai Arab Spring merupakan sebuah revolusi Al-Jazeera tidaklah tepat. 94 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh pemaparan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan 3 poin penting, antara lain: 1. Sejak kemunculannya pertama kali di tahun 1996, Al-Jazeera sebagai sebuah media yang berbasis di Doha – Qatar telah membuktikan kemampuannya sebagai media bertaraf internasional yang mampu bersaing dengan media-media lainnya khususnya media Barat. Sebagai media yang menganggap dirinya the voice of voiceless, Al-Jazeera mampu memberikan berita-berita eksklusif yang berbeda dengan media Barat lainnya. Selain itu Al-Jazeera juga telah melakukan apa yang sebelumnya belum mampu dilakukan oleh media lain, yaitu membawa semua Arab bersatu, di bawah satu payung, bersama-sama mengemukakan pikiran mereka. Sehingga kehadiran Al-Jazeera tidak hanya sebagai media pemberi berita namun juga sebagai media yang telah membuka ruang debat di kalangan masyarakat khususnya masyarakat Arab. Dengan kata lain kehadiran serta pengaruh Al-Jazeera di Timur Tengah dan bahkan di dunia internasional sangat kuat dan telah menjadi fenomena tersendiri hingga saat ini. 2. Mulai tahun 2011 terdapat serangkaian gelombang protes menuntut adanya pemerintahan di beberapa negara di Timur Tengah. Peristiwa yang lebih di kenal dengan sebutan Arab Spring tersebut telah menarik banyak perhatian masyarakat dunia, dimana protes pertama kali terjadi di Tunisia