45
telah dijelaskan sebelumnya, dengan mengusung visi misi dan sudut pandang yang baru, Al-Jazeera membuktikan kepada pemirsanya sebagai media yang
berkualitas dan dapat dipercaya. Hal tersebut sesui dengan apa yang dikatakan oleh Faisal Qasim
– mantan pegawai BBC yang kemudian menjadi pegawai Al- Jazeera, mengatakan bahwa kebebasan berekspresi dan berpendapat yang ada di
Al-Jazeera, yang tidak dimiliki oleh media lain telah menjadi faktor penting kesuksesan Al-Jazeera.
Not twenty percent of the freedom of expression available to me on the Jazeera channel was available to me on the BBC. Room for
freedom on the Jazeera channel is immense, and it is one of the reasons for the success of the channel
74
Tidak ada 20 dari kebebasan berekpresi yang tersedia untuk saya di saluran Al-Jazeera, tersedia untuk saya di BBC. Ruang kebebasan pada
saluran Al-Jazeera sangatlah besar, dan itu adalah salah satu alasan bagi keberhasilan saluran tersebut
Suksesnya Al-Jazeera juga tak lepas dari inovasi-inovasi yang diambilnya dalam menghasilkan sesuatu yang baru di dunia Arab. Dengan kondisi wilayah
Arab yang terbilang kacau karena seringnya terjadi konflik dan peperangan, banyak permasalahan mulai muncul
– baik itu di bidang politik, ekonomi, ataupun hubungannya dengan negara lain
– yang perlu dikaji dan dibahas bersama. Al- Jazeera pun membuka ruang debat di kalangan masyarakat dengan mengkaji dan
membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah seputar wilayah Arab tersebut. Dengan kuatnya kontrol pemerintah terhadap media, masyarakat yang
selama ini mempunyai keterbatasan informasi akan apa yang sebenarnya terjadi, akhirnya banyak mendapatkan pencerahan serta wawasan baru. Usaha Al-Jazeera
yang mendorong adanya keterbukaan serta ruang debat telah memberikan
74
Jon B. Alterman, New Media New Politics? From Satellite Television to the Internet in the Arab Wolrld, US: Washington Institute for Near East Policy, 1998, h. 23
46
pengaruhnya yang kuat kepada masyarakat Arab. Kemudian seiring perkembangangan waktu pengaruh tersebut juga dirasakan oleh masyarakat global
yang sebelumnya tertutup dengan apa yang terjadi di dunia arab. Untuk berbagai tingkat di seluruh dunia, konektivitas media telah
membawa identitas dan struktur politik global yang terus meluas. Hal tersebut mengubah cara Negara dan masyarakatnya berinteraksi satu sama lain dan
memberikan individu kesempatan untuk meningkatkan tingkat intelektualnya karena ketersediaan informasi yang melimpah. Ahli Timur Tengah sendiri banyak
yang mengatakan bahwa Al-Jazeera telah menaikkan tingkat perdebatan dan membuka pintu untuk berita yang lebih luas dan lebih akurat di dunia Arab
75
. Dengan pengaruhnya yang besar tersebut, Al-Jazeera dianggap sebagai
sebuah „hadiah‟ bagi pemirsa Arab, yang telah berjasa menyediakan jalan masuk menuju saluran berita bebas sensor di Arab, oleh Arab, dan untuk Arab, yang
selama bertahun-tahun telah berada dalam dominasi saluran media asing seperti BBC dan CNN
76
. Itulah mengapa seperti yang sebelumnya telah disebutkan bahwa Al-Jazeera telah menjadi simbol dalam fenomena itu sendiri. Terlepas dari
pro kontranya, entah itu dianggap sebagai tuntutan yang tak beralasan atau tidak, Al-Jazeera secara pasti telah mempengaruhi pengaruh yang kuat di tiap-tiap
wilayah dunia, baik itu di bidang politik maupun sosial – masyarakat.
75
Nicolas Eliades, The Rise of Al- Jazeera, h. 13
76
Mohamed Zayani, The Al-Jazeera Phenomenon: Critical Perspectives on New Arab Media, H.68
47
BAB III ZINE EL ABIDINE BEN ALI DAN TUNISIA DI BAWAH
PEMERINTAHANNYA 1957-2011
A. Sejarah Tunisia
Tunisia yang dulunya merupakan rumah dari kota kuno Kartago
77
, pernah menjadi
„pemain‟ utama di kawasan Mediterania. Berada di tengah Afrika Utara dan dekat dengan jalur utama perdagangan menjadikan Tunisia sering menjadi
incaran kekuasaan-kekuasaan besar. Dominasi kekuasaan asing tersebut terus menjadikan Tunisia selalu berpindah-
pindah „tangan‟ sebelum akhirnya berhasil memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1956
78
. Tunisia – atau yang saat ini
biasa disebut dengan Republik Tunisia, adalah Negara kecil yang berada di Afrika, tepatnya di Afrika Utara.
Bersama dengan Algeria di bagian barat dan Libya di bagian selatannya, serta dengan dua Negara lainnya yaitu Maroko dan Mauritania, lima negara
tersebut kemudian terkenal dengan julukan “island of the west”jazirat al
maghrib, yaitu wilayah Maghrib bahasa Arab dari Barat, yang mempunyai makna lain
“sea of sand”, atau wilayah yang terletak antara laut dan gurun
79
. Sepanjang sejarah Tunisia dikenal sebagai jembatan antara wilayah Arab barat
77
Salah satu kota terkenal yang pernah dibangun oleh bangsa Funisia adalah Kartago. Kota ini didirikan oleh Ratu Elissa Dido dari Tyre, Libanon, yang merupakan tempat asal dari
orang – orang Funisia yang dikenal juga sebagai Kartaginia Chartaginian. Kartago kemudian
menjadi pusat Kekuasaan Funisia di Tunisia dan menjadi kota penting pada masanya yang berkuasa selama 500 tahun. Tak elak kota ini menjadi incaran kekuasaan asing seperti Kekaisaran
Roma. Perang perebutan kekuasaan antara Kartaginia dan Roma, yang dinamakan Perang Punic Punic adalah bahasa Latin dari Phoenician sering kali terjadi, sampai akhirnya kota berhasil
direbut dan dihancurkan oleh Orang Roma pada Perang Punic ke-3 pada tahun 149-146 SM. Lihat: Tunisia in Perepective, Defense Language Institute Foreign Language Center, Oktober 2012,
h.13-14
78
“Tunisia country profile – Overview”, 30 Juni 2015, dalam http:www.bbc.comnewsworld-africa-14107241
, akses 22 Oktober 2015, 13:25
79
Harold D. Nelson, Tunisia: a Country Study, US: Foreign Area Studies, 1986, h. xix
48
the Maghrib dan Arab timur the Masyriq. Letaknya yang strategis dan menonjol di kawasan Mediterania Selatan juga dianggap sebagai penghubung antara Timur
dan Barat. Maka dari itu Tunisia merupakan wilayah yang berada di persimpangan penting antara Afrika, Timur Tengah dan EropaBarat.
Termasuk dalam negara kecil di wilayah Maghrib, Tunisia mempunyai bahasa, agama, kebudayaan, bahkan sejarah yang sama dengan negara di
sekitarnya. Penduduknya sendiri merupakan campuran dari orang Arab dan Berber
80
, yang merupakan suku asli dari negara tersebut dan termasuk salah satu suku kuno yang berada di Afrika Utara. Karena letaknya yang strategis dan
penting, Tunisia sejak lama menjadi negeri penuh konflik. Perjalanan sejarahnya yang panjang selalu diwarnai oleh migrasi, invansi, serta perebutan wilyah. Hal
tersebut dibuktikan dengan pendudukan kekaisaran asing atas Tunisia selama berabad-abad, termasuk dari Kartaginia, Romawi, Arab, Bizantium, Usmani, dan
Perancis
81
. Sejarah awal menyebutkan bahwa penduduk asli Tunisia yaitu berber
mulai memasuki wilayah tersebut pada millennium kedua sebelum masehi. Saat itu mayoritas wilayah didominasi oleh hutan dan rumput savanna. Namun setelah
berakhirnya zaman es sekitar tahun 6000 SM, iklimpun berubah dan gurun sahara mulai mendominasi wilayah tersebut. Orang-orang mulai berdatangan dari Timur
ke pusat Tunisia. Sampai berakhirnya masa Neolitikum atau zaman batu baru sekitar 2500 SM, terjadi migrasi besar-besaran dari orang-orang Timur laut
80
Nama “Berber” sendiri diambil dari bahasa Yunani yaitu bababaroi, dari bahasa Latin barbari, atau Arab barbar. Orang
– orang Berber menyebut diri mereka sendiri sebagai Imazighen yang artinya manusia bebas atau seorang bangsawan. Lihat: Tunisia in Perspective, Defense
Language Institute Foreign Language Center, Oktober 2012 h.13
81
Ensiklopedia Pemerintahan dan Kewarganegaraan: Sistem dan Bentuk Pemerintahan di Dunia judul asli: How Governments Work
– The inside guide to the politics of the world, Jakarta: PT Lentera Abadi, 2010, h. 253
49
Mediterania. Orang-orang tersebutlah yang nantinya disebut sebagai orang Berber
82
. Setelah kedatangan orang-orang Berber sebagai penduduk pertama di
Tunisia, orang-orang Funisia yang merupakan seorang pedagang laut dan penjajah, mulai menjejakkan kakinya di wilayah Tunisia pada tahun 1200 SM.
Mereka melakukan perdagangan maritim di sepanjang kota-kota tepi pantai di wilayah-wilayah yang sekarang merupakan Negara Israel, Libanon dan Syiria.
Kemudian di Tunisia mereka mulai membangun pos-pos perdagangan dan kota- kota kecil yang merupakan pembuka jaringan perdagangan di wilayah sekitar
Afrika Utara serta dijadikan sebagai tempat transit sebelum berlayar ke pelabuhan mereka di Spanyol.
83
Pada abad-abad berikutnya, Tunisia berada di bawah kekuasaan yang berbeda-beda. Setelah berada di bawah kekuasaan orang-orang Funisia, Afrika
Utara termasuk Tunisia kemudian jatuh di bawah kekuasaan Roma. Kekuasaan Kekaisaran Roma atas Tunisia sempat jatuh ke tangan Bizantium sebelum
akhirnya berhasil direbut oleh Arab pada abad ke-7 dan dikuasai selama beberapa abad kemudian. Tunisia yang sebelumnya didominasi oleh agama Kristen sejak
pendudukan Kekaisaran Roma, secara perlahan mulai beralih ke agama Islam. Islam sendiri mulai masuk ke wilayah Afrika Utara
– termasuk Tunisia dibawah kepemimpinan Amr bin Ash pada masa pemerintahan Umar bin Khattab.
Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan dari Dinasti Umayyah pada abad pertama Hijriah, Islam pun mulai menyebar ke wilayah Afrika Timur,
dimana proses masuknya ditempuh melalui dua jalur yaitu melalui lembah sungai
82
Tunisia in Perspective, h.12-13
83
Tunisia in Perspective, h. 13
50
Nil dan melalui pesisir timur Afrika. Penyebaran Islam ke wilayah tersebut sendiri terbagi atas tiga gelombang, yang pertama dibawa oleh kelompok Khawarij
kelompok yang keluar dari „barisan‟ Ali bin Abi Thalib, yang kedua oleh kelompok Alawiyin keturunan Ali bin Abi Thalib, dan terakhir oleh kelompok
Umawiyin keturunan keluarga Umawiyah pada saat kudeta Abbasiyah terjadi
84
. Selama hampir 1000 tahun, Tunisia berada di bawah naungan dinasti-
dinasti Islam seperti Dinasti Umayyah, Dinasti Aghlabiyah, Dinasti Fatimiyah, Dinasti Al-Murabithun dan Al-Muwahhidun, dan Dinasti Hafsid, sebelum
akhirnya beralih kekuasaan lagi ke dalam naungan Turki Usmani
85
. Di bawah beragam dinasti tersebut, Tunisia kerap kali mencapai masa kesuksesaannya.
Terlebih saat di bawah pemerintahan Dinasti Hafsid, Tunisia – dalam hal ini Kota
Tunis yang merupakan ibu kota dari dinasti yang didirikan oleh orang-orang muslim Berber tersebut mengalami kemajuan yang pesat di bidang arsitektur
bangunannya
86
. Pada awal abad ke-16, terjadi perebutan kekuasaan atas wilayah
mediterania oleh Spanyol dan Turki Usmani. Bajak laut banyak berkeliaran di tepi laut Afrika Utara yang lebih terkenal dengan sebutan Perairan Barbar the
Barbary Coast. Ketika Barbarossa Khair al-Din lahir tahun 1478, wafat 4 Juli 1546, seorang komandan angkatan laut Algeria berhasil merebut wilayah
Mediterania dari Dinasti Hafsid yang bersekutu dengan Katolik Spanyol, Tunisia pun diserahkan kepada Turki Usmani. Pada tahun 1587, Turki mulai membangun
pemerintahan di sekitar wilayah Maghrib, yang mana setiap pemimpin lokal yang
84
Ifriqiyya Al-Islamiyah, h.12-13
85
Timeline Tunisia – The History of Tunisia, dalam
http:www.tunispro.nettunisiatimeline-tunisia.htm , akses 22 September 2015, 12:35
86
Philip C. Naylor, North Africa: a History from Antiquity to the Present, US: University of Texas Press, 2009, h. 97-98