Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
melaksanakan pendidikan agama disekolah secara formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. Dasar ideal, yaitu falsafah negara pancasila, sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Dasar strukturalkonstitusional, yaitu UUD 45 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yaitu berbunyi: 1Negara berdasarkan
Ketuhanan Yang
Maha Esa,
2Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing
dan beribadah
menurut agama
dan kepercayaannya itu.
3. Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IVMPR1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR
No. IVMPR 1978. Ketetapan MPR Np. IIMPR1983, diperkuat oleh Tap. MPR No. IIMPR 1993 tentang Garis
Besar Haluan Negara.
b. Segi Religius Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang
bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah
kepada-Nya. Dalam al- Qur’an banyak ayat yang menunjukkan
perintah tersebut, antara lain:
............
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik……” Q.S. Al-Nahl: 125.
12
c. Aspek Psikologis Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek
kejiwaan kehidupan bermasyarakat.
13
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al- Ra’ad ayat
28, yaitu:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” Q.S. Al-
Ra’ad:28
14
12
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012, h. 383
13
Abd. Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Rosda, 2006, h.132-134
14
Kementerian Agama RI, loc.cit. h. 341
3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada tujuan umum,
tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan di capai dengan semua kegiatan
pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta
didik menjadi manusia-manusia sempurna insan kamil setelah ia menghabisi sisa umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan
praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.
15
Pendidikan Agama juga bertujuan untuk “meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
”. Tujuan pendidikan agama Islam merupakan penjabaran dari bunyi
Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, bab II pasal 4 yaitu:
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur
”.
16
Paradigma baru dari tujuan baru pendidikan saat ini tidak lagi bertumpu pada pemberian pengetahuan yang bersifat kognitif yang
sebanyak-banyaknya, melainkan harus disertai dengan mengamalkannya to do, menginternalisasikannya to be, dan menggunakannya bagi
kepentingan masyarakat to life together. Hal ini sejalan dengan sifat sebuah ilmu yang di samping memiliki dimensi akademis berupa teori dan
konsep-konsep, juga memiliki dimensi pragmatis berupa keterampilan
15
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat: Ciputat Pers, 2002, h. 18-19
16
Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat: Quantum Teaching, 2005, h. 58
menerapkan teori dan konsep tersebut. Dengan cara demikian, setiap ilmu yang dipelajari tidak hanya untuk ilmu, melainkan untuk kehidupan yang
lebih bermanfaat bagi orang banyak. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibnu Ruslan yang menyatakan ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang
tidak berbuah. Sehubungan dengan itu, lembaga pendidikan Islam di masa sekarang
tidak hanya mencukupkan belajar di kelas dengan modal bangku dan papan tulis, melainkan harus dilengkapi dengan peralatan pratikum, magang, kerja
sosial dan lain sebagainya. Selain itu, lembaga pendidikan Islam juga harus diarahkan pada upaya membentuk manusia yang utuh kepribadiannya, yaitu
manusia yang terbina dimensi fisik, akal, iman, akhlak, kejiwaan, keindahan, sosial dan kemasyarakatan. Pendidikan Islam saat ini harus
mampu mengutuhkan kepribadian manusia yang sudah terpecah belah bagaikan sekrup dari sebuah mesin. Akidah mereka misalnya, mengakui
sebagai seorang yang beriman kepada Allah SWT, namun dalam praktik sosialnya cenderung hedonistik, dan dalm praktik ekonominya kapitalis,
dan sebagainya.
17
Menurut Imam al-Ghazali bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada:
“a Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt, b Membentuk insan purna
untuk memperoleh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat ”.
18
Menurut Omar Muhammad Al-Toumy al-Syaibany bahwa tujuan pendidikan mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tujuan individual. Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam mewujudkan perubahan yang diinginkan pada
tingkah laku dan aktivitasnya, disamping untuk mempersiapkan mereka dapat hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat
b. Tujuan sosial. Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum, di
samping juga berkaitan dengan perubahan dan pertumbuhan
17
Abuddin Nata, op. cit., h. 19-20
18
Armai Arief, op. cit., h. 22
kehidupan yang diinginkan serta memperkaya pengalaman dan kemajuan
c. Tujuan professional. Tujuan ini berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai sebuah ilmu, sebagai seni dan sebagai profesi
sebagai satu aktivitas di antara aktivitas masyarakat.
19
Sedangkan Fungsi dari Pendidikan Agama Islam adalah: a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam
d. Perbaikan, yaitu
untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari
e. Pencegahan, yaitu untuk menagkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum,
sistem dan fungsionalnya g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan orang lain.
20
4. Ruang Linkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup pendidikan agama islam mencakup usaha mewujudkan
keserasian, keselarasan, dan kesimbangan antara: a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
19
Armai Arief,op.cit. h. 25-26
20
Abd. Majid dan Dian Andayani, op. cit., h. 134-135
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam
21
Ruang lingkup materi pendidikan agama Islam pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu:
a. Al- Qur’an hadis
b. Keimanan atau akidah ushuluddin c. Syariah
d. Ibadah e. Muamalah
f. Akhlak g. Tarikh sejarah Islam.
22
Menurut Heri Jauhari Muchtar yang mengutip pendapat Dr. Abdullah Nasikh Ulwan yang secara umum ruang lingkup materi pendidikan Islam
terdiri dari tujuh unsur yaitu: a. Pendidikan keimanan,
b. pendidikan moralakhlak, c. Pendidikan jasmani
d. Pendidikan rasio e. Pendidikan kejiwaanhati nurani,
f. Pendidikan sosial g. Pendidikan seksual.
23
5. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang
sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentrasfer ilmu pengetahuanmateri pelajaran kepada peserta didik
dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri. Sebuah adigum mengatakan bahwa al-thariqah ahammu min al-maadah metode jauh lebih
penting dibanding materi adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya
materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya,
21
Hafni Ladjid, op. cit., h. 71
22
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 80
23
Heri Jauhari muchtar, Fikih Pendidikan Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008 h. 16-18
materi yang cukup baik karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh peserta didik.
24
Pentingnya metode dalam sebuah kegiatan pengajaran dan lainnya juga dikemukakan oleh Ali Syari’ati dalam ungkapannya yang mengatakan
“bahwa seorang boleh kehilangan sesuatu, namun tidak boleh kehilangan
tentang metode mencari sesuatu itu ”.
25
Metode diartikan “suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.
Dalam bahasa Arab metode disebut Thariqat, dalam kamus besar bahasa Indonesia, metode adalah: cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk
mencapai maksud ”.
Sedangkan yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah “cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan
pendidikan ”.
Penggunaan metode dalam satu mata pelajaran bisa lebih dari satu macam bervariasi. Metode yang variatif dapat membangkitkan motivasi
belajar anak didik. Dalam pemilihan dan penggunaan sebuah metode harus dipertimbangkan aspek efektivitasnya dan relevansinnya dengan materi
yang disampaikan. Sebelum menjelaskan macam-macam metode pendidikan Islam
terlebih dahulu dijelaskan tentang pendekatan dalam pendidikan Islam. Karena metode lahir untuk merealisasikan pendekatan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Metodologi pendidikan Islam yang dinyatakan dalam al-
Qur’an menggunakan sistem multi approach yang meliputi antara lain:
a. Pendidikan religius, bahwa manusia diciptakan memiliki potensi dasar fitrah atau bakat agama.
Allah Ta’ala berfirman:
24
Armai Arief,op.cit., h. 39
25
Abuddin Nata, op. cit. h. 180
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
Qs. AR-Ruum:30.
26
b. Pendidikan filosofis, bahwa manusia adalah makhluk rasional atau berakal.
Allah Ta’ala berfirman:
“
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Q.S.An-Nahl:78
27
c. Pendekatan rasio-kultural, bahwa manusia adalah makhluk bermasyarakat sehingga latar belakangnya mempengaruhi proses
pendidikan. Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Q.S. At-Tahrim:6
28
d. Pendekatan scientific, bahwa manusia mempunyai kemampuan kognitif dan afektif.
29
Allah Ta’ala berfirman:
“
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Q.S.An-Nahl:78
30
26
Kementerian Agama RI, op.cit., h.574
27
Kementerian Agama RI, op.cit.,h. 375
28
Kementerian Agama RI, op.cit., h. 820
29
Armai Arief,op.cit., h. 39-41
30
Kementerian Agama RI, op.cit., h.375
Beberapa metode yang dapat dipakai dalam pendidikan dan pengajaran agama Islam, dapat dilihat sebagai berikut:
a. Metode ceramah b. Metode demonstrasi
c. Metode karyawisata d. Metode pembiasaan
e. Metode penugasan f. Metode pemecahan masalah
g. Metode diskusi h. Metode simulasi
i. Metode eksperimen j. Metode penemuan discovery-inquiry
k. Metode proyek.
31
6. Pelaksanaan proses pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi : a. Kegiatan
pendahuluan. Kegiatan
pendahuluan merupakan
kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditunjukkan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan
perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
b. Kegiatan Inti. Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pem- belajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi
proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
c. Kegiatan Penutup. Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat
dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
32
31
Abuddin Nata, op. cit., h. 181-195
32
Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 41 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,Jakarta:2007