Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

melaksanakan pendidikan agama disekolah secara formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu: 1. Dasar ideal, yaitu falsafah negara pancasila, sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Dasar strukturalkonstitusional, yaitu UUD 45 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yaitu berbunyi: 1Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, 2Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. 3. Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IVMPR1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No. IVMPR 1978. Ketetapan MPR Np. IIMPR1983, diperkuat oleh Tap. MPR No. IIMPR 1993 tentang Garis Besar Haluan Negara. b. Segi Religius Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam al- Qur’an banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut, antara lain:         ............  “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik……” Q.S. Al-Nahl: 125. 12 c. Aspek Psikologis Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. 13 Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al- Ra’ad ayat 28, yaitu:        “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” Q.S. Al- Ra’ad:28 14 12 Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012, h. 383 13 Abd. Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Rosda, 2006, h.132-134 14 Kementerian Agama RI, loc.cit. h. 341 3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan di capai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia sempurna insan kamil setelah ia menghabisi sisa umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. 15 Pendidikan Agama juga bertujuan untuk “meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ”. Tujuan pendidikan agama Islam merupakan penjabaran dari bunyi Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, bab II pasal 4 yaitu: “Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur ”. 16 Paradigma baru dari tujuan baru pendidikan saat ini tidak lagi bertumpu pada pemberian pengetahuan yang bersifat kognitif yang sebanyak-banyaknya, melainkan harus disertai dengan mengamalkannya to do, menginternalisasikannya to be, dan menggunakannya bagi kepentingan masyarakat to life together. Hal ini sejalan dengan sifat sebuah ilmu yang di samping memiliki dimensi akademis berupa teori dan konsep-konsep, juga memiliki dimensi pragmatis berupa keterampilan 15 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat: Ciputat Pers, 2002, h. 18-19 16 Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat: Quantum Teaching, 2005, h. 58 menerapkan teori dan konsep tersebut. Dengan cara demikian, setiap ilmu yang dipelajari tidak hanya untuk ilmu, melainkan untuk kehidupan yang lebih bermanfaat bagi orang banyak. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibnu Ruslan yang menyatakan ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. Sehubungan dengan itu, lembaga pendidikan Islam di masa sekarang tidak hanya mencukupkan belajar di kelas dengan modal bangku dan papan tulis, melainkan harus dilengkapi dengan peralatan pratikum, magang, kerja sosial dan lain sebagainya. Selain itu, lembaga pendidikan Islam juga harus diarahkan pada upaya membentuk manusia yang utuh kepribadiannya, yaitu manusia yang terbina dimensi fisik, akal, iman, akhlak, kejiwaan, keindahan, sosial dan kemasyarakatan. Pendidikan Islam saat ini harus mampu mengutuhkan kepribadian manusia yang sudah terpecah belah bagaikan sekrup dari sebuah mesin. Akidah mereka misalnya, mengakui sebagai seorang yang beriman kepada Allah SWT, namun dalam praktik sosialnya cenderung hedonistik, dan dalm praktik ekonominya kapitalis, dan sebagainya. 17 Menurut Imam al-Ghazali bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada: “a Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt, b Membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat ”. 18 Menurut Omar Muhammad Al-Toumy al-Syaibany bahwa tujuan pendidikan mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Tujuan individual. Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam mewujudkan perubahan yang diinginkan pada tingkah laku dan aktivitasnya, disamping untuk mempersiapkan mereka dapat hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat b. Tujuan sosial. Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum, di samping juga berkaitan dengan perubahan dan pertumbuhan 17 Abuddin Nata, op. cit., h. 19-20 18 Armai Arief, op. cit., h. 22 kehidupan yang diinginkan serta memperkaya pengalaman dan kemajuan c. Tujuan professional. Tujuan ini berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai sebuah ilmu, sebagai seni dan sebagai profesi sebagai satu aktivitas di antara aktivitas masyarakat. 19 Sedangkan Fungsi dari Pendidikan Agama Islam adalah: a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari e. Pencegahan, yaitu untuk menagkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan fungsionalnya g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain. 20 4. Ruang Linkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup pendidikan agama islam mencakup usaha mewujudkan keserasian, keselarasan, dan kesimbangan antara: a. Hubungan manusia dengan Allah SWT b. Hubungan manusia dengan sesama manusia c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri 19 Armai Arief,op.cit. h. 25-26 20 Abd. Majid dan Dian Andayani, op. cit., h. 134-135 d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam 21 Ruang lingkup materi pendidikan agama Islam pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu: a. Al- Qur’an hadis b. Keimanan atau akidah ushuluddin c. Syariah d. Ibadah e. Muamalah f. Akhlak g. Tarikh sejarah Islam. 22 Menurut Heri Jauhari Muchtar yang mengutip pendapat Dr. Abdullah Nasikh Ulwan yang secara umum ruang lingkup materi pendidikan Islam terdiri dari tujuh unsur yaitu: a. Pendidikan keimanan, b. pendidikan moralakhlak, c. Pendidikan jasmani d. Pendidikan rasio e. Pendidikan kejiwaanhati nurani, f. Pendidikan sosial g. Pendidikan seksual. 23 5. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentrasfer ilmu pengetahuanmateri pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri. Sebuah adigum mengatakan bahwa al-thariqah ahammu min al-maadah metode jauh lebih penting dibanding materi adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya, 21 Hafni Ladjid, op. cit., h. 71 22 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 80 23 Heri Jauhari muchtar, Fikih Pendidikan Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008 h. 16-18 materi yang cukup baik karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh peserta didik. 24 Pentingnya metode dalam sebuah kegiatan pengajaran dan lainnya juga dikemukakan oleh Ali Syari’ati dalam ungkapannya yang mengatakan “bahwa seorang boleh kehilangan sesuatu, namun tidak boleh kehilangan tentang metode mencari sesuatu itu ”. 25 Metode diartikan “suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut Thariqat, dalam kamus besar bahasa Indonesia, metode adalah: cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai maksud ”. Sedangkan yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah “cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan ”. Penggunaan metode dalam satu mata pelajaran bisa lebih dari satu macam bervariasi. Metode yang variatif dapat membangkitkan motivasi belajar anak didik. Dalam pemilihan dan penggunaan sebuah metode harus dipertimbangkan aspek efektivitasnya dan relevansinnya dengan materi yang disampaikan. Sebelum menjelaskan macam-macam metode pendidikan Islam terlebih dahulu dijelaskan tentang pendekatan dalam pendidikan Islam. Karena metode lahir untuk merealisasikan pendekatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metodologi pendidikan Islam yang dinyatakan dalam al- Qur’an menggunakan sistem multi approach yang meliputi antara lain: a. Pendidikan religius, bahwa manusia diciptakan memiliki potensi dasar fitrah atau bakat agama. Allah Ta’ala berfirman:                           24 Armai Arief,op.cit., h. 39 25 Abuddin Nata, op. cit. h. 180 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui Qs. AR-Ruum:30. 26 b. Pendidikan filosofis, bahwa manusia adalah makhluk rasional atau berakal. Allah Ta’ala berfirman:                  “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Q.S.An-Nahl:78 27 c. Pendekatan rasio-kultural, bahwa manusia adalah makhluk bermasyarakat sehingga latar belakangnya mempengaruhi proses pendidikan. Allah Ta’ala berfirman:                        “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Q.S. At-Tahrim:6 28 d. Pendekatan scientific, bahwa manusia mempunyai kemampuan kognitif dan afektif. 29 Allah Ta’ala berfirman:                  “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Q.S.An-Nahl:78 30 26 Kementerian Agama RI, op.cit., h.574 27 Kementerian Agama RI, op.cit.,h. 375 28 Kementerian Agama RI, op.cit., h. 820 29 Armai Arief,op.cit., h. 39-41 30 Kementerian Agama RI, op.cit., h.375 Beberapa metode yang dapat dipakai dalam pendidikan dan pengajaran agama Islam, dapat dilihat sebagai berikut: a. Metode ceramah b. Metode demonstrasi c. Metode karyawisata d. Metode pembiasaan e. Metode penugasan f. Metode pemecahan masalah g. Metode diskusi h. Metode simulasi i. Metode eksperimen j. Metode penemuan discovery-inquiry k. Metode proyek. 31 6. Pelaksanaan proses pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi : a. Kegiatan pendahuluan. Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditunjukkan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran b. Kegiatan Inti. Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pem- belajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi c. Kegiatan Penutup. Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. 32 31 Abuddin Nata, op. cit., h. 181-195 32 Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 41 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,Jakarta:2007

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional Sebelum penulis memberikan pengertian tentang kecerdasan emosional, penulis akan terlebih dahulu menguraikan pengertian dari kecerdasan dan emosional. Menurut Howar Gardner, “kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan suatu yang bernilai bagi budaya tertentu ”. 33 Definisi kecerdasan lain adalah definisi kecerdasan dari piaget. Menurut William H. Calvin, dalam How Brain Thinks bagaimana otak berpikir, piaget mengatakan, “intelligence is what you use when you don’t know what to do kecerdasan adalah apa yang kita gunakan pada saat kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan ”. 34 Menurut David Wechsler, “kecerdasan dalah kemampuan sempurna komprehensif seseorang untuk berperilaku terarah, berpikir logis, dan berinteraksi secara baik dengan lingkungannya ”. Menurut Alfred Binet dan Theodore Simon, kecerdasan terdiri dari tiga komponen: “1. Kemampuan mengarahkan pikiran atau tindakan, 2. Kemampuan mengubah arah tindakan jika tindakan tersebut telah dilakukan, dan 3. Kemampuan mengkritik diri sendiri. ” 35 Sedangkan pengertian emosi menurut James adalah “keadaan jiwa yang menampakkan diri dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh ”. Emosi setiap orang adalah mencerminkan keadaan jiwanya, yang akan tampak secara nyata pada perubahan jasmaninya. Sebagai contoh ketika seseorang diliputi rasa marah, wajahnya memerah, napasnya menjadi sesak, otot-otot tangannya akan menegang, dan energi tubuhnya memuncak. Chaplin merusmuskan emosi sebagai “suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku ”. Emosi merupakan keadaan 33 Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21 Kritik MI, EI, SQ, AQ dan Successful intelligence atas IQ, Bandung: Alfabeta, 2005, h. 81 34 Ibid., h. 83 35 Agus Efendi, loc. Cit., h. 81 yang ditimbulkan oleh situasi tertentu. Emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah approach atau menyingkir avoidance terhadap sesuatu. Perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang emosi. Misalnya kalau orang mengalami ketakutan mukanya menjadi pucat, jantungnya berdebar-debar, jadi adanya perubahan- perubahan kejasmanian sebagai rangkaian dari emosi yang dialami oleh individu yang bersangkutan. 36 Pada dasarnya emosi manusia bisa dibagi menjadi dua kategori umum jika dilihat dari dampak yang ditimbulkannya. Kategori pertama adalah emosi positif atau biasa disebut dengan afek positif. Emosi positif memberikan dampak yang menyenangkan dan menenangkan. Macam dari emosi positif ini seperti tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru, dan senang. Ketika kita merasakan emosi positif ini, kita pun akan merasakan keadaan psikologis yang positif. Kategori kedua adalah emosi negatif atau afek negatif. Ketika kita merasakan emosi negatif ini maka dampak yang kita rasakan adalah negatif, tidak menyenangkan dan menyusuhkan. Macam dari emosi negatif di antaranya sedih, kecewa, putus asa, depresi, tidak berdaya, frustasi, marah, dendam, dan masih banyak lagi. 37 Emosi adalah unsur penting dalam kehidupan manusia. Tanpa emosi manusia menjadi orang yang sakit jiwa, suka mengganggu ketentraman masyarakat, dan menikmati penderitaan orang lain tanpa ada perasaan empati pada mereka. Kita dapat menjumpai banyak sekali ragam penyakit jiwa yang dikaitkan dengan kegoncangan emosi dan perasaan. Misalnya, sedih dan gila bisa jadi diakibatkan oleh kegoncangan jiwa dan ketakutan 38 . Dan apabila emosi dalam keadaan yang tidak stabil, maka spiritualitas tidak dapat bekerja secara maksimal. 39 36 Trianto Safaria dan Nofran Eka Saputra, Manajemen Emosi Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. 11-12 37 ibid., h. 13 38 Makmun Mubayyidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak Referensi Penting bagi Orang Tua Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010 h. 207 39 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power Jakarta: Arga, 2003 h. Ii Emosi yang dikelola baik bisa memperbaiki hubungan, menumbuhkan cinta antar manusia, memperbesar potensi solidaritas dan kerjasama, dan memperbaiki semangat persaudaraan dalam masyarakat. 40 Al- qur’an mendorong kita untuk memahami perasaan dan emosi kita 41 . Allah Ta’ala berfirman:                    ”Yusuf berkata, Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk memenuhi keinginan mereka dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh ” Q.S.Yusuf:33 42 Al- Qur’an juga memerintahkan kita untuk selalu berusaha memahami perasaan dan emosi orang lain. 43 Allah Ta’ala berfirman:               “Berkata Ya’qub: Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah daripadanya.” Q.S.Yusuf:13 44 Di saat kita sedang membaca Al- Qur’an dan merenungkan maknanya maka kita akan menjumpai banyak kosakata yang menyinggung masalah emosi. Barangkali kosakata-kosakata tersebut merefleksikan karakter kejiwaan manusia yang menjadi sasaran dari wahyu Tuhan, serta kehidupan mereka yang penuh dengan warna emosi dan perasaan. Kadangkala Al- Qur’an menggunakan kata yang tunggal untuk menggambarkan emosi seperti panik dan kasih sayang. Terkadang ia 40 Mubayyidh, loc. cit., h. 170 41 Mubayyidh, op.cit., h. 190 42 Kementerian Agama RI, op. cit., h. 322 43 Mubayyidh, op. cit., h. 191 44 Kementerian Agama RI, op. cit., h. 318 menggunakan banyak kata mengungkapkan satu emosi. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menunjukkan tingkat kedalaman emosi tersebut pada diri seseorang. Misalnya:      .........  “Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa.” Q.S.Al-Qashash: 10 45 Kita juga melihat, bagaimana Al- Qur’an melukiskan emosi-emosi negatif dengan bahasa yang sangat baik, agar kita menjauhinya. Di antara sifat negatif yang disebutkan dalam Al- Qur’an adalah marah. Al-Qur’an menyebutkan emosi-emosi positif sehat, agar kita menghias diri dengannya. Di antara emosi positif adalah perasaan aman dan rela. Terkadang Al- Qur’an mengubah emosi negatif menjadi positif. 46 Sikap sedih dengan maknanya yang positif dilukiskan dalam Al- Qur’an dalam ayat berikut:                         “Dan tiada pula berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, suapaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu”, lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.”Q.S.At-Taubah:92 47 Para peneliti terus berdebat tentang emosi mana benar-benar yang dapat dianggap sebagai emosi primer biru, merah, dan kuningnya setiap campuran perasaan atau bahkan mempertanyakan apakah memang ada emosi primer semacam itu. Sejumlah teoretikus mengelompokkan emosi dalam golongan- golongan besar, meskipun tidak semua sepakat tentang gologan itu. Calon- calon utama dan beberapa anggota golongan tersebut adalah: 45 Kementerian Agama RI, op. cit., h. 544 46 Mubayyidh, op. cit., h. 194 47 Kementerian Agama RI., h. 270 a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan dan barang kali yang paling hebat tindak kekerasan dan kebencian pantologis b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melakonlis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi pantologis, depresi berat c. Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, khawatir, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, taku sekali, kecut, sebagai patologi, fobia, dan panik. d. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali, dan batas ujungnya mania. e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih. f. Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana g. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur 48 Dalam repertoar emosi, setiap emosi memainkan peran khas, sebagaimana diungkapkan oleh ciri-ciri biologis mereka. Dengan menggunakan metode-metode baru untuk meneliti tubuh dan otak, para peneliti menemukan lebih banyak detail-detail fisiologi tentang bagaimana masing-masing emsoi mempersiapkan tubuh untuk jenis reaksi yang sangat berbeda: a. Bila darah amarah mengalir ke tangan, mudahlah tangan menyambar senjata atau menghantam lawan, detak jantung meningkat, dan banjir hormon seperti adrenalin membangkitkan gelombang energi yang cukup kuat untuk bertindak dahsyat b. Bila darah ketakutan mengalir ke otot-otot rangka besar, seperti di kaki, kai akan menjadi lebih mudah diajak mengambil langkah seribu dan wajah menjadi pucat seakan-akan darah tersebut dari situ menimbulkan perasaan bahwa darah menjadi dingin. Pada waktu yang sama, tubuh membeku, bila hanya sesaat, barangkali mencari tempat persembunyian adalah reaksi yang baik c. Salah satu diantara perubahan-perubahan biologis utama akibat timbulnya kebahagiaan adalah meningkatnya kegiatan di pusat otak 48 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional Mengapa EI lebih penting daripada IQ, Jakarta: Gramedia, 2007, h. 412

Dokumen yang terkait

Hububgab antara nilai bidang studi pendidikan agama islam dengan akhlak siswa SMPN 250 Jakarta selatan

0 2 90

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Kecerdasan Emosional Siswa Di Sma Martia Bhakti Bekasi

0 16 149

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI DIRI GURU AGAMA ISLAM (USTADZ) DALAM PEMBELAJARAN DI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efikasi Diri Guru Agama Islam (Ustadz) Dalam Pembelajaran Di Pesantren Darusy Syahadah Boyolali.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI DIRI GURU AGAMA ISLAM (USTADZ) DALAM PEMBELAJARAN DI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efikasi Diri Guru Agama Islam (Ustadz) Dalam Pembelajaran Di Pesantren Darusy Syahadah Boyolali.

0 1 16

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG

0 1 103

Pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam dan budaya religius sekolah terhadap kecerdasan emosional peserta didik Smpn 2 Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang - Raden Intan Repository

0 0 14

Pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam dan budaya religius sekolah terhadap kecerdasan emosional peserta didik Smpn 2 Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang - Raden Intan Repository

0 0 14

Pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam dan budaya religius sekolah terhadap kecerdasan emosional peserta didik Smpn 2 Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang - Raden Intan Repository

0 0 43

Pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam dan budaya religius sekolah terhadap kecerdasan emosional peserta didik Smpn 2 Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang - Raden Intan Repository

0 0 18

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN DISCOVERY-INQUIRI PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI MTS GUPPI

1 3 109