Kecerdasan Emosional KAJIAN TEORI
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan
dan barang kali yang paling hebat tindak kekerasan dan kebencian pantologis
b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melakonlis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi pantologis,
depresi berat c. Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut,
gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, khawatir, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, taku sekali, kecut, sebagai patologi,
fobia, dan panik.
d. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa
puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali, dan batas ujungnya mania.
e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
f. Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana g. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati
hancur lebur
48
Dalam repertoar emosi, setiap emosi memainkan peran khas, sebagaimana diungkapkan oleh ciri-ciri biologis mereka. Dengan
menggunakan metode-metode baru untuk meneliti tubuh dan otak, para peneliti menemukan lebih banyak detail-detail fisiologi tentang bagaimana
masing-masing emsoi mempersiapkan tubuh untuk jenis reaksi yang sangat berbeda:
a. Bila darah amarah mengalir ke tangan, mudahlah tangan menyambar senjata atau menghantam lawan, detak jantung
meningkat, dan banjir hormon seperti adrenalin membangkitkan gelombang energi yang cukup kuat untuk bertindak dahsyat
b. Bila darah ketakutan mengalir ke otot-otot rangka besar, seperti di kaki, kai akan menjadi lebih mudah diajak mengambil langkah
seribu dan wajah menjadi pucat seakan-akan darah tersebut dari situ menimbulkan perasaan bahwa darah menjadi dingin. Pada
waktu yang sama, tubuh membeku, bila hanya sesaat, barangkali mencari tempat persembunyian adalah reaksi yang baik
c. Salah satu diantara perubahan-perubahan biologis utama akibat timbulnya kebahagiaan adalah meningkatnya kegiatan di pusat otak
48
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional Mengapa EI lebih penting daripada IQ, Jakarta: Gramedia, 2007, h. 412
yang menhambat perasaan negatif dan meningkatkan energi yang ada, dan menenangkan perasaan yang menimbulkan kerisauan.
d. Cinta, perasaan kasih sayang, dan kepuasan seksual mencakup
rangsangan parasimpatetik secara fisiologi adalah lawan mobilisasi bertempur atau kabur yang sama-sama dimiliki oleh rasa takut
maupun amarah.
e. Naiknya alis mata sewaktu terkejut memungkinkan diterimanya
bidang penglihatan yang lebih lebar dan juga cahaya yang masuk ke retina. Reaksi ini membuka kemungkinan lebih banyak
informasi tentang peristiwa tak terduga, sehingga memudahkan memahami apa yang sebenarnya terjadi dan menyusun rencana
rancangan tindakan yang terbaik
f. Di seluruh dunia, ungkapan jijik tampaknya sama, dan memberi
pesan yang sama: sesuatu yang menyengat rasa atau baunya, atau secara metaforis demikian.
g. Salah satu fungsi pokok rasa sedih adalah untuk menolong
menyesuaikan diri akibat kehilangan yang menyedihkan, seperti kematian sahabat atau kekecewaan yang besar. Kesedihan
menurunkan energi dan semangat hidup untuk melakukan kegiatan sehari-hari, terutama kegiatan perintang waktu dan kesenangan.
Dan bila kesedihan itu semakin dalam dan mendekati depresi, kesedihan akan memperlambat metabolism tubuh.
49
Menurut Daniel Goleman, “kecerdasan emosional adalah kemampuan
mengenali perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungannya dengan orang lain ”.
Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf, mendefinisika n” kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif mengaplikasikan kekuatan serta kecerdasan emosi sebagai sebuah sumber
energi manusia, informasi, hubungan, dan pengaruh ”.
50
Kecerdasan emosional juga menekankan tentang bagaimana “seseorang
mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain, menanamkan rasa empati, juga bagaimana cara mengalahkan emosi dengan cara memotivasi
diri ”.
51
49
Ibid., h. 8-9
50
Agus Efendi, op. cit., h. 171-172
51
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Teraju, 2004, h. 158
Menurut definsi kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Daniel Goleman, terdapat kemampuan yang ada di kecerdasan emosional, yaitu:
a. Kemampuan mengenali emosi sendiri b. Kemampuan mengelola emosi
c. Kemampuan memotivasi diri sendiri d. Kemampuan engenali emosi orang lain
e. kemampuan membina hubungan.
52
2. Hal-hal yang Perlu dipelajari Peserta Didik tentang Kecerdasan Emosional Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam
mengembangkan kecerdasan emosional kepada peserta didik, yaitu: a. Mengenali emosi dendiri, di antaranya: mengenali emosi dan
perasaan yang sedang dirasakan peserta didik, menyebut emosi- emosi ini dengan sebutan yang tepat
b. Menyikapi emosi, diantaranya: memperbaiki cara peserta didik dalam menyikapi perasaan marah dan gagal, mengurangi intensitas
pertentangan dan perselisihan di dalam kelas c. Memperbaiki
konsekuensi emosi,
diantaranya: menambah
kesadaran peserta didik akan tanggung jawabnya terhadap semua tindakan dan perilakunya, meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam mengonsentrasikan diri untuk mengerjakan hal-hal yang penting dan kewajibannya
d. Simpati terhadap
orang lain,
diantaranya: meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam memahami situasi dan emosi orang lain, meningkatkan sensitivitas peserta didik terhadap perasaan
orang lain
e. Menyikapi berbagai bentuk hubungan dengan baik, diantaranya: meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menganalisa situasi,
Meningkatkan kesiapan peserta didik untuk membantu sesama.
53
3. Perkembangan Emosi pada Anak Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase, yang kita bagi
menjadi lima fase berdasarkan usianya: a. Dari bayi hingga 18 bulan. Tujuan utama perkembangan emosi pada
fase ini adalah perkembangan kepercayaan pada diri si bayi yang sedang menyusui.
52
Daniel Goleman, op. cit., h. 5
53
Makmun Mubayidh, op.cit., h. 135-136
b. 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini, anak mulai merasa bebas dan merdeka dari orang lain. Ke depan, perasaan ini akan
membantunya untuk menjadi orang bebas merdeka dan mandiri. c. Usia antara 3 tahun sampai 5 tahun. Tujuan fase ini adalah anak
mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif sendiri. d. Usia antara 5 sampai 12 tahun. Pada fase ini, anak mempelajari
kaidah dan aturan yang mengendalikan suatu pekerjaan. Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia.
e. Remaja pubertas. Pada usia ini, si
anak puber memiliki pandangan yang lebih kompleks dan teratur tentang dirinya sendiri.
54
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada remaja, diataranya:
a. Perubahan jasmani b. Perubahan pola Interaksi dengan orang tua
c. Perubahan interaksi dengan teman sebaya d. Perubahan pandangan luar
e. Perubahan interaksi dengan sekolah
55
4. Karakter Anak yang Baik dan Merosot dalam Kecerdasan Emosionalnya Anak yang memiliki kecerdasan emosional yang baik memiliki
karakter-karakter berikut: a. Memiliki kemampuan bersosialisasi: ia sangat fleksibel dalam
berhubungan dengan orang lain. Ia mampu memberikan perhatian pada mereka. Ia berhasil dalam berbicara dan berdialog dengan
mereka
b. Memiliki keterampilan tinggi dalam menyelesaikan suatu masalah. Artinya: ia mampu menganalisa karakter suatu masalah, karena itu
ia menawarkan berbagai solusi alternative untuk menyelesaikan masalah tersebut. Selain itu, ia juga mampu melaksanakan solusi
yang ditawarkannya
c. Memiliki pribadi yang mandiri. Ia memiliki kemampuan yang tinggi untuk menghargai diri sendiri, hidup tertib dan terkendali,
dan memiliki pribadi yang merdeka d. Ia memiliki perasaan universal terhadap arah hidup yang
ditujunya, ia memiliki rencana masa depannya. Atinya, ia memiliki arah dan tujuan yang ingin dicapainya di masa datang. Ia
termotivasi untuk member, senang belajar dan mendapatkan
54
Makmum Mubayidh, op. cit., h. 63-69
55
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h.69
keterampilan, konsekuen dalam menjalankan pekerjaanya, dan bersikap optimis dalam melihat masa depan.
56
Daniel goleman juga menciri-cirikan seseorang yang mempunyai kecerdasaan emosional yang baik dengan orang itu mampu untuk
memotivasi dirinya sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan,
mampu mengatur suasana hati, dan menjaga beban stress agar tidak melumpuhkan kemampuannya dalam berpikir.
57
Sedangkan karakter anaksiswa yang merosot dalam kecerdasan emosionalnya adalah:
a. Menarik diri dari pergaulan atau masalah sosial: lebih suka menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, banyak bermuram
durja, kurang bersemangat, merasa tidak bahagia, dan terlalu bergantung
b. Cemas dan depresi: menyendiri, sering takut dan cemas, ingin sempurna, merasa tidak dicintai, merasa gugup atau sedih dan
depresi c. Memiliki masalah dalam hal perhatian atau berpikir: tidak mampu
memusatkan perhatian atau duduk tenang, melamun, bertindak tanpa berpikir, bersikap terlalu tegang untuk berkosentrasi, sering
mendapat nilai buruk di sekolah, tidak mampu membuat pikiran menjadi tenang
d. Nakal dan agresif: bergaul dengan anak-anak yang bermasalah, bohong dan menipu, sering bertengkar, bersikap kasar terhadap
orang lain, menuntut perhatian, merusak milik orang lain, membandel di sekolah dan di rumah, keras kepala dan suasana
hatinya sering berubah-ubah, terlalu banyak bicara, sering mengolok-olok, dan bertemperamen panasan.
58