Pengertian Dispensasi Perkawinan DISPENSASI PERKAWINAN
tersebut lalu dijadikan dalil oleh para Ulama mazhab tentang boleh dan sahnya perkawinan anak-anak.
Rasulullah pun menganjurkan umatnya terutama bagi para pemuda untuk segera kawin apabila segala sesuatunya sudah memungkinkan. Dan berpuasa menjadi
solusi bagi para pemuda yang belum mampu untuk kawin. Sebagaimana dalam sabdanya:
ر دوعسم نب هادبع نع ىض
اَيُُ : ملس و هيلع ها ىلص ها لوسر انل لاق : لاق هنع ها َو ,ِجْرَفْلِل ُنَصْحَأَو ,ِرَصَبْلِل ضَغَأ ُهنِإَف ,ْجّوَزَ تيْلَ ف َةَءاَبْلا ُمُكْنِم َعاَطَتْسا ِنَم ,باَبشلا َرَشْعَم
ْنَم ََْ
ٌََءاَجِو ُهَل ُهنِإَف ,ِمْوصلاِب ِهْيَلَعَ ف ْعِطَتْسَي
7
.
Artinya: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang sudah mampu mengongkosi
perkawinan di antara kalian, maka segeralah kawin Karena dengan kawin itu akan menjaga kehormatan dan pandangan mata. Barangsiapa yang belum mampu
kawin, hendaklah ia berpuasa, karena dengan puasa dapat menekan hawa nafsu .”
Apabila kita perhatikan hadis Nabi di atas, maka kita tidak menemui
pernyataan Nabi tentang batasan umur, tetapi yang ditekankan adalah masalah ongkos kawin membiayai rumah tangga, dan kesiapannya termasuk fisik maupun
mentalnya
8
. Nasroen Harun menyatakan dalam bukunya, bahwasanya seorang manusia
belum dikenakan taklif pembebanan hukum sebelum ia cakap untuk bertindak hukum. Dan kemampuan untuk memahami taklif tersebut hanya bisa dicapai melalui
akal manusia, akan tetapi, karena akal adalah sesuatu yang abstrak dan sulit di ukur,
7
Ibnu Hajar Al-Asqolani, Bulughul Maram Jam’I Adillatil Ahkam, Kairo: Darul Hadis,
2003, h. 168
8
Musifin, h. 29
serta berbeda antara seseorang dengan yang lainnya, maka syara‟ menentukan patokan dasar sebagai indikasi yang konkrit jelas dalam menentukan seseorang
telah berakal atau belum. Indikasi itu adalah balighnya seseorang. Penentu seseorang telah baligh itu ditandai dengan keluarnya haid pertama kali bagi wanita dan
keluarnya mani bagi pria melalui mimpi yang pertama kali
9
. Sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Nur, 59:
َُِِ بُ ي َكِلَذَك ْمِهِلْبَ ق ْنِم َنيِذلا َنَذْأَتْسا اَمَك اوُنِذْأَتْسَيْلَ ف َمُلُْْا ُمُكْنِم ُلاَفْطأا َغَلَ ب اَذِإَو ْمُكَل ُهللا
ٌميِكَح ٌميِلَع ُهللاَو ِهِتاَيآ
Artinya: Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, maka hendaklah mereka meminta ijin, seperti orang-orang yang sebelum mereka yang
sudah balig, meminta ijin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.
Didalam Ushul Fiqh, seseorang dikatakan cakap bertindak hukum atau ahli
untuk mendudukimenangani suatu jabatanposisiurusan disebut dengan ahliyyah
10
. Ahliyyah adalah sifat yang menunjukkan seseorang itu telah sempurna jasmani dan
akhlaknya, maka ia di anggap telah sah melakukan suatu tindakan hukum, seperti transaksi yang bersifat pemindahan hak milik kepada orang lain, atau transaksi yang
bersifat menerima hak dari orang lain, dan telah cakap menerima tanggung jawab, seperti nikah, nafkah dan menjadi saksi.
Dalam kitab-kitab hukum keluarga lama, disebutkan bahwa pria dapat melangsungkan perkawinannya kalau telah mimpi dan wanita juga telah menstruasi.
9
Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, Jakarta: Logos, 1996, Cet Ke-1, h. 306
10
Nasrun Haroen, h. 308
Mimpi dan menstruasi adalah tanda bahwa baik pria maupun wanita telah dewasa atau akil baligh. Bila mimpi dan menstruasi datang tergantung pada kondisi alam
dan situasi di suatu tempat dan masyarakat tertentu. Pada umumnya pada usia 13 atau 14 tahun. Kini keluarga dalam masyarakat kontemporer menentukan batas umur
untuk dapat melangsungkan perkawinan, disandarkan pada kondisi Negara masing- masing
11
. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat para
ahli, sebagai berikut : Saat paling ideal dalam menikah adalah saat dimana kedewasaan biologis
telah merekah bersamaan dengan kedewasaan psikologis, dimana kedewasaan biologis di ukur dengan „baligh‟ dan kedewasaan psikologis di ukur dengan tanggung
jawabnya, mereka yang sudah memenuhi ukuran itu, sesungguhnya sudah wajib menikah
12
. Terdapat perbedaan besar dalam soal umur dikalangan kelompok masyarakat
yang berbeda-beda pula. Para tamatan perguruan tinggi dan orang-orang yang terjun dalam dunia professional biasanya kawin lebih kasip dibandingkan dengan golongan
lainnya dalam masyarakat. Akan tetapi kini banyak mahasiswa perguruan tinggi
11
Moh. Daud Ali, h. 96
12
Ashad, h. 76