Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 3 Kesalahan melakukan komputasi 100.000 20.000 + 40.000 = 40.000 Jawaban yang benar: 100.000 20.000 + 40.000 = 100.000 60.000 = 40.000 4 Kesalahan mengintepretasikan jawaban akhir Jadi, Rp 40.000 adalah uang Ibu. Jawaban yang benar: Jadi, uang kembali yang diterima oleh Ibu adalah Rp 40.000 Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung, diketahui bahwa kemampuan akademik siswa relatif di bawah rata-rata. Penguasaan siswa kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 20122013 dalam me- nyelesaikan soal cerita matematika juga masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari hasil uji blok pada materi Aljabar yang disajikan dalam soal uraian berbentuk cerita. Terdapat 63,8 siswa yang mendapat nilai rata-rata kurang dari KKM Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 63. Tingginya persentase siswa yang men- dapat nilai kurang dari KKM tersebut merupakan salah satu indikasi adanya kesulitan yang dialami siswa sehingga menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita pada pembelajaran matematika. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut dapat menjadi salah satu pe- tunjuk untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi. Oleh karena itu, adanya kesalahan-kesalahan dan penyebab kesalahan tersebut perlu diidentifikasi. Kesalahan yang dilakukan siswa dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantara- nya yaitu minat dan motivasi. Minat dan motivasi dapat di ukur dengan melihat 6 kebiasaan siswa dalam pembelajaran. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan ajar yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Sedangkan, tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. Dengan demikian, informasi tentang kesalahan dan penyebab kesalahan yang di- lakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal uraian berbentuk cerita matematika tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran sehingga prestasi belajar matematika siswa dapat meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu diadakan penelitian untuk menganalisis kesalahan dan penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 20132014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika? 2. Apa yang menjadi penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika? 7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam me- nyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika. 2. Untuk mengetahui penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan matematika yang berkaitan dengan kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita dan penyebab kesalahan tersebut. 2. Sebagai dasar bagi guru untuk dapat memberikan alternatif solusipenyelesaian dalam mengatasi masalah tersebut, serta guru dapat melakukan usaha perbaikan terhadap pembelajaran agar siswa tidak melakukan kesalahan yang sejenis dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika. 3. Sebagai masukan bagi kepala sekolah dalam upaya pembinaan para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. 4. Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain dan referensi untuk penelitian se- jenis. 8

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita adalah pengamatan yang dilakukan secara detail terhadap kekeliruan atau ke- tidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita. 2. Soal uraian adalah serangkaian pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanya- an dengan mengunakan kata-kata dan bahasa sendiri. 3. Soal cerita adalah pertanyaan yang disajikan dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada materi pokok bilangan bulat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Soal Uraian Menurut Collegiate Arikunto, 2008:32, tes adalah serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Sedangkan menurut Widoyoko 2013:45, tes adalah salah satu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek, dapat berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi, dan sebagainya. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Tes dibedakan atas dua bentuk, tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif meliputi true-false test tes bentuk benar-salah, matching test tes bentuk menjodohkan, completion test tes bentuk penyempurnaan, dan multiple choice test tes bentuk pilihan ganda. Sedangkan tes subjektif pada umumya berbentuk uraian. Arikunto 2008:162 mengatakan ciri-ciri pertanyaan pada tes berbentuk uraian didahului dengan kata- kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya. Ada dua bentuk tes uraian, yaitu bentuk tes uraian objektif dan subjektif. Bentuk tes dikatakan subjektif apabila penilaian yang dilakukan 10 cenderung dipengaruhi subjektivitas dari penilai dan kamampuan peserta didik dituntut untuk menyampaikan gagasan yang telah dimilikinya dengan mengguna- kan kata-katanya sendiri. Sedangkan bentuk tes uraian objektif, yaitu jawaban- nya singkat dan melengkapi, serta sistem penskoran dapat dibuat dengan jelas dan rinci. Bentuk tes uraian objektif biasanya digunakan pada mata pelajaran matematika. Hal ini senada dengan pendapat Widoyoko 2013:92 yang mengata- kan sebagai berikut: Bentuk tes uraian objektif sering digunakan pada mata pelajaran yang batasnya jelas, misalnya mata pelajaran matematika, fisika, kimia, biologi, dan teknik. Soal pada tes ini jawabannya hanya satu, yaitu mulai dari memilih rumus yang tepat, memasukkan angka dalam rumus, menghitung hasil dan menafsirkan hasilnya. Soal uraian menuntut siswa untuk dapat menyusun dan memadukan gagasan- gagasan tentang hal yang telah dipelajarinya, dengan cara mengekspresikan atau mengemukakannya secara tertulis dengan kata-kata sendiri. Thoha 2001 ber- pendapat bahwa ada beberapa kelebihan soal uraian, yaitu : a Siswa dapat mengorganisasikan jawaban dengan pikiran sendiri. b Siswa dapat terhindar dari sifat terkaan dalam menjawab soal. c Melatih siswa untuk memilih fakta yang relevan dengan persoalan, serta mengorganisasikannya sehingga dapat diungkapkan menjadi satu hasil pemikiran terintegrasi secara utuh. d Melatih siswa untuk dapat menyusun kalimat dengan bahasa yang baik, benar dan tepat. e Soal bentuk uraian ini tepat untuk mengukur kemampuan analitik, sintetik dan evaluatik.

Dokumen yang terkait

IDENTIFIKASI FAKTOR KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN (Studi pada Siswa Kelas VIIIA Semester Genap SMPN 10 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

2 17 57

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 11 53

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 50

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 10 52

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL URAIAN BERBENTUK SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 26 186

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 12 51

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 24 67

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PERBANDINGAN DI KELAS VII SMP

1 2 11