106 Dari gambar 4.13 diatas kita dapar melihat permukaan nozel yang ditutupi
oleh kerak hitam sisa perbakaran. Kerak sisa pembakaran yang menempel di permukaan nozel tampak lebih sedikit dibandingkan dengan nozel pada gambar
4.12 diatas. Artinya pembakaran yang terjadi lebih sempurna dibandingkan pengujian yang menggunakan bahan bakar solar.
Gambar 4.14 Nozel yang telah digunakan dalam pengujian menggunakan bahan bakar solar + nusafuel 10
Dari gambar 4.14 diatas kita dapar melihat permukaan nozel yang ditutupi oleh kerak hitam sisa perbakaran. Kerak sisa pembakaran yang menempel di
permukaan nozel tampak lebih sedikit dibandingkan dengan nozel pada gambar 4.12 dan 4.13 diatas. Artinya pembakaran yang terjadi lebih sempurna
dibandingkan pengujian sebelumnya.
107 Gambar 4.15 Nozel yang telah digunakan dalam pengujian menggunakan bahan
bakar solar + nusafuel 15 Dari gambar 4.15 diatas kita dapar melihat permukaan nozel yang ditutupi
oleh kerak hitam sisa perbakaran. Kerak sisa pembakaran yang menempel di permukaan nozel tampak lebih sedikit dibandingkan dengan nozel pada gambar
4.12, 4.13, dan 4.14 diatas. Artinya pembakaran yang terjadi lebih sempurna dibandingkan pengujian sebelumnya.
Gambar 4.16 Nozel yang telah digunakan dalam pengujian menggunakan bahan bakar solar + nusafuel 20
108 Dari gambar 4.16 diatas kita dapar melihat permukaan nozel yang ditutupi
oleh kerak hitam sisa perbakaran. Kerak sisa pembakaran yang menempel di permukaan nozel tampak lebih sedikit dibandingkan dengan nozel pada gambar
4.12, 4.13, 4.14 , dan 4.15 diatas. Artinya pembakaran yang terjadi lebih sempurna dibandingkan pengujian sebelumnya.
4.7 Emisi Gas Buang
Emisi gas buang yang diteliti adalah kekabutan opacity dari gas buang mesin diesel tersebut.
Tabel 4.51 Emisi Bahan Bakar untuk Beban 400 Watt
No Bahan Bakar
Value 1 Value 2 Value 3 Value 4
Opacity Mean
1 Solar Murni
30,8 29,4
22,1 24,0
26,6 2
Solar + nusafuel 5
27,9 25,5
19,8 20,8
23,5
3 Solar + nusafuel
10 24,1
20,5 15,5
18,2 19,6
4 Solar + nusafuel
15 23,3
14,4 13,3
14,6 16,4
5 Solar + nusafuel
20 14,8
18,5 12,0
12,0 14,3
Berdasarkan hasil pengujian dengan pembebanan konstan 400 Watt, nilai opacity tertinggi terjadi melalui pengujian dengan menggunakan bahan bakar
solar murni sebesar 26,6 . Sementara untuk nilai opacity terendah terjadi melalui pengujian dengan menggunakan bahan bakar solar + nusafuel 20 sebesar 14,3
. Penurunan nilai dari opacity tersebut disebabkan oleh penurunan kadar
hidrokarbon dalam bahan bakar yang menandakan bahwa pembakaran yang terjadi semakin baik. Semakin tinggi persentase nusafuel dalam campuran bahan
109 bakar, maka pembakaran yang terjadi semakin baik sehingga nilai opacity dari gas
buang yang dihasilkan semakin kecil.
Tabel 4.52 Emisi Bahan Bakar untuk Beban 800 Watt No
Bahan Bakar Value 1 Value 2 Value 3 Value 4
Opacity Mean
1 Solar Murni
30,5 20,8
30,8 24,9
26,8 2
Solar + nusafuel 5
26,9 19,4
25,4 24,1
23,9
3 Solar + nusafuel
10 21,3
25,1 20,8
19,2 21,6
4 Solar + nusafuel
15 16,2
14,4 19,5
17,4 16,9
5 Solar + nusafuel
20 10,6
19,1 15,0
17,3 15,5
Berdasarkan hasil pengujian dengan pembebanan konstan 800 Watt, nilai opacity tertinggi terjadi melalui pengujian dengan menggunakan bahan bakar
solar murni sebesar 26,8 . Sementara untuk nilai opacity terendah terjadi melalui pengujian dengan menggunakan bahan bakar solar + nusafuel 20 sebesar 15,5
. Penurunan nilai dari opacity tersebut disebabkan oleh penurunan kadar
hidrokarbon dalam bahan bakar yang menandakan bahwa pembakaran yang terjadi semakin baik. Semakin tinggi persentase nusafuel dalam campuran bahan
bakar, maka pembakaran yang terjadi semakin baik sehingga nilai opacity dari gas buang yang dihasilkan semakin kecil.
110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Pembakaran yang lebih sempurna terjadi saat menggunakan campuran bahan bakar solar + nusafuel 20. Hal itu dapat dilihat secara visual
pada kerak hitam yang menempel pada permukaan nozel sisa pem- bakaran di ruang bakar.
2. Pada pembebanan konstan 400 Watt dan 800 Watt kita dapat lihat bahwa daya yang dihasilkan mesin semakin meningkat. Daya terendah
mesin terjadi pada pengujian dengan bahan bakar Solar + Nusafuel 5 dengan beban tetap 800 Watt pada putaran mesin 700 rpm sebesar
96,51 Watt. Sedangkan daya tertinggi terjadi pada pengujian dengan bahan bakar Solar murni dengan beban tetap 800 Watt pada putaran
mesin 1200 rpm sebesar 1091,80 Watt. 3. Pada pembebanan konstan 400 Watt dan 800 Watt kita dapat lihat
bahwa torsi yang dihasilkan mesin semakin meningkat. Torsi terendah mesin terjadi pada pengujian dengan bahan bakar Solar + Nusafuel 5
dengan beban tetap 800 Watt pada putaran mesin 700 rpm sebesar 1,32 Nm. Sedangkan torsi tertinggi mesin terjadi pada pengujian
dengan bahan bakar Solar murni dengan beban tetap 800 Watt pada putaran mesin 1200 rpm sebesar 8,69 Nm. Besar kecil torsi mesin
bergantung pada besar kecil daya dan putaran mesin 4. Pada pembebanan konstan 400 Watt, kita dapat lihat bahwa SFC
dari mesin semakin meningkat untuk seluruh campuran solar + nusa- fuel. Untuk pembebanan konstan 800 watt nilai SFC lebih konstan
saat menggunakan bahan bakar solar + nusafuel 20. Sfc terendah terjadi pada pengujian dengan bahan bakar solar + nusafuel 15
dengan beban tetap 800 Watt pada putaran mesin 1000 rpm sebesar 513,280 grkWh. Sedangkan Sfc tertinggi terjadi pada pengujian
111 dengan bahan bakar solar + nusafuel 5 dengan beban tetap 800 Watt
pada putaran mesin 1200 rpm sebesar 2249,845grkWh. Besar Sfc sangat dipengaruhi oleh besar kecil nilai laju aliran bahan bakar.
5. Pada pembebanan konstan 400 Watt dan 800 Watt, kita dapat lihat bahwa efisiensi thermal dari mesin semakin menurun untuk seluruh
campuran solar + nusafuel. Efisiensi thermal terendah terjadi pada pengujian dengan bahan bakar solar + nusafuel 5 dengan beban tetap
800 Watt pada putaran mesin 700 rpm yaitu sebesar 3,00 . Sedang- kan efisiensi termal tertinggi terjadi pada pengujian dengan bahan
bakar solar murni dengan beban tetap 800 Watt pada putaran mesin 800 rpm yaitu sebesar 11,96 . Efisiensi thermal dari bahan bakar
sangat tergantung terhadap nilai kalor bahan bakarnya. 6. Dari hasil pengujian dapat kita simpulkan bahwa penambahan nusafuel
dalam campuran bahan bakar akan menyebabkan nilai AFR dari mesin semakin menurun. AFR terendah terjadi pada pengujian dengan meng-
gunakan bahan bakar solar + nusafuel 15 dengan beban tetap 800 Watt pada putaran mesin 1200 rpm sebesar 51,631. Sedangkan AFR
tertinggi terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar so- lar murni dengan beban tetap 400 Watt pada putaran mesin 700 rpm
sebesar 301,041. Besar nilai AFR yang dihasilkan tiap bahan bakar tergantung dari besar laju aliran bahan bakar pada mesin sehingga
semakin boros mesin maka AFR semakin rendah. 7. Dari hasil pengujian dapat kita lihat bahwa semakin banyak nusafuel
dalam campuran bahan bakar maka nilai opasitasnya semakin kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan bakar yang emisi gas
buangnya paling bagus adalah bahan bakar solar + nusafuel 20dengan nilai opasitas sebesar 14,3 .
112
5.2 Saran
1. Untuk mendukung kelancaran dan akurasi hasil pengujian sebaiknya dilakukan kalibrasi dan perbaikan instrumentasi dan alat ukur yang
digunakan. 2. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan komposisi yang berbeda-
beda sehingga akhirnya ditemukan komposisi yang menghasilkan per- formansi mesin optimal.
3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar menggunakan generator yang fasanya lebih besar agar daya optimal dari mesin bisa dicapai.
4. Melakukan penelitan lebih lanjut dengan menambahkan variasi beban minimal 3 variasi beban agar data yang didapat lebih lengkap lagi un-
tuk mendukung kelengkapan laporan yang akan disusun, 5. Mengingat mesin diesel umumnya dirancang menggunakan bahan
bakar solar, untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan modifikasi mesin agar performansi mesin tersebut lebih optimal dengan meng-
gunakan bahan bakar solar + nusafuel.