pada kelompok intervensi rata-rata merasakan nyeri dan pada kelompok kontrol rata-rata tidak merasakan nyeri. Akan tetapi rata-
rata responden yang mengalami penurunan jumlah sekret dari sebelumnya yaitu yang tidak mengalami nyeri di bagian dada,
menurut asumsi peneliti pasien kurang kooperatif saat mengeluarkan sekret.
Dapat disimpulkan bahwa pada pemeriksaan tanda-tanda vital responden tidak terdapat permasalahan yang signifikan. Pada
pemeriksaan nyeri terdapat perbedaan diantara kelompok intervensi dan kontrol, kemungkinan hal ini dikarenakan responden dilakukan
tindakan batuk efektif.
2. Analisis bivariat
a. Pengeluaran sekret sebelum dan setelah diberikan batuk efektif dan
napas dalam. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 berarti ada
perbedaan yang signifikan antara volume pre dan post intervensi latihan batuk efektif dan napas dalam. Hasil ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Pranowo 2010, bahwa ada efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien
TB paru di ruang rawat inap rumah sakit Mardi Rahayu dan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho 2011, terdapat pengaruh yang
signifikan bermakna sebelum dan sesudah perlakuan batuk efektik
Universitas Sumatera Utara
pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik RS Baptis Kediri.
Hasil yang peneliti dapatkan jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya ternyata tehnik napas dalam dan
batuk efektif ini efektif dalam pengeluaran sekret pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
3. Keterbatasan penelitian
a.
Waktu penelitian
Oleh karena waktu penelitian yang dilakukan terbatas yaitu selama 2 bulan dimulai dari September 2013 – oktober 2013 maka
tidak dapat menilai secara maksimal perbedaan volume sekret yang dikeluarkan responden kelompok intervensi dan volume sekret yang
dikeluarkan responden kelompok kontrol. Demikian juga tidak dapat menjelaskan sejauh mana pengaruh konsumsi antibiotik terhadap
jumlah volume yang dikeluarkan oleh responden. b.
Penetapan dan pengumpulan sampel Pada awal rencana responden adalah pasien dengan diagnosa
gangguan sistem pernapasan yang mengalami penumpukan sekret akan tetapi karena diagnosa yang tidak spesifik dengan satu penyakit
sehingga hanya pasien yang mengalami penyakit TB paru yang dijadikan responden dalam penelitian ini. Kondisi ini memudahkan
peneliti untuk mendapatkan responden yang sama karakter penyakitnya.
Universitas Sumatera Utara
Pada awal rancangan penelitian sampai dengan dilaksanakannya penelitian jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 30 responden.
Akan tetapi dalam pengumpulan sampel peneliti mengalami kesulitan dikarenakan lamanya rawatan responden. Sehingga tidak dapat
dikontrol lamanya rawatan responden yang dijadikan sampel. c.
Pengawasan latihan Peneliti tidak dapat memantau latihan yang dilakukan oleh
pasien secara rutin, untuk memastikan kebenaran dari frekuensi cara dan melakukan latihan.
4. Implikasi dalam keperawatan