menimbulkan kerugian, baik secara psikologis maupun sosial. Jika ternyata menimbulkan respon psikologis yang berat akan di rujuk ke ahli terkait.
Berusaha memenuhi kebutuhan pasien, menerima masukan dan memepertahankan sikap empati, membuat kontrak kerja dan waktu yang
jelas, tepat waktu, menciptakan suasana santai sehingga pasien merasa nyaman selama penelitian. Namun selama penelitian tidak ada respon efek
negatif yang terjadi. 6.
Semua pasien diberitahukan kepada dokter yang bertanggung jawab Peneliti berkomunikasi dengan dokter yang bertanggung jawab
merawat pasien untuk menyampaikan maksud penelitian, dengan tujuan pemberitahuan melakukan perlakuan penelitian terhadap pasien.
F. Alat Pengumpulan Data
Pengumpul data primer pada penelitian ini yaitu: Sputum Pot. Sputum pot adalah instrumen untuk mengukur banyaknya sputum yang dikeluarkan oleh
pasien dengan satuan hasil pengukuran adalah mili liter yang dituangkan dalam format isian Lampiran 10. Selain itu peneliti juga menggunakan Spuit dan
Standar Operasional Prosedur SOP untuk mengumpulkan data dari responden.
G. Prosedur Pengumpulan Data
1. Sebelum penelitian dilaksanakan peneliti mengajukan permohonan izin
tertulis lampiran 3 kepada RSUP. H. Adam Malik yang dipilih sebagai tempat penelitian.
Universitas Sumatera Utara
2. Setelah mendapatkan ijin lampiran 6 dari pihak RSUP. H. Adam Malik
peneliti mengadakan pertemuan dan kontrak kerja dengan penanggung jawab ruang rawat inap dan tenaga perawat.
3. Mengidentifikasi pasien sesuai kriteria inklusi, bekerjasama dengan dokter
dan perawat yang berada di ruang rawat inap tersebut. 4.
Bagi yang bersedia, pasien menandatangani persetujuan lampiran 9 terlebih dahulu menjelaskan prosedur tindakan kepada pasien. Kemudian
membuat kontrak untuk melakukan latihan napas dalam dan batuk efektif. 5.
Biodata karakteristik pasien lampiran 10 dikumpulkan dan volume sekret juga dikumpul sebagai tolok ukur evaluasi hasil pengaruh dari latihan napas
dalam dan batuk efektif. 6.
Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dimulai dengan memperkenalkan, mensosialisasikan, dan mempraktekkan latihan napas
dalam dan batuk efektif pada pasien TB. Intervensi disesuaikan dengan kondisi patologis pasien dan hasil kolaborasi dengan dokter penanggung
jawab. Pasien dan keluarga mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang manfaat latihan napas dalam dan batuk efektif yang akan
diimplementasikan. 7.
Pasien diberikan pedoman latihan napas dalam dan batuk efektif dengan gambar dan penjelasannya lampiran 14.
8. Pada awal latihan pasien dibimbing melakukan gerakan latihan napas dalam
dan batuk efektif dan dipastikan pasien telah dapat melakukannya dengan benar.
Universitas Sumatera Utara
9. Setelah pasien dapat melakukannya dengan benar, pasien dianjurkan
melakukan sendiri dan pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan toleransi pasien dan memperhatikan kondisi respirasi pasien.
10. Pengukuran jumlah sekret dilakukan dua kali. Pertama kali diukur sebelum
intervensi. Selanjutnya pengukuran kedua dilakukan setelah intervensi dan pengukuran pertama dilakukan. Pengukuran pertama dan kedua dilakukan
oleh peneliti. 11.
Dianjurkan kepada pasien bila mengalami kondisi hemodinamik tidak stabil saat latihan: HR bertambah 20xmenit; RR 16xmenit atau
30xmenit; maka latihan dihentikan. Apabila ada keluhan sulit bernapas atau keluhan lainnya latihan juga dihentikan.
H. Analisa Data