Bencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

2.6 Bencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Bencana banjir dan longsor tanggal 15 Januari 2014 di Kota Manado dan empat kabupaten/kota lain yang terdampak, mengakibatkan korban 18 jiwa meninggal. BPBD Provinsi Sulawesi Utara telah mengeluarkan data sebaran daerah terkena dampak bencana di Kota Manado dan empat kabupaten/kota di sekitarnya sebagaimana yang termuat pada gambar tentang area terdampak bencana. Banjir yang umumnya setiap tahun melanda Kota Manado, pada tanggal 15 Januari 2014 telah menenggelamkan sebagian besar Kota Manado.

Gambar 2.4 : Peta Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi Utara

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 2 - 17

Gambar 2.6

Kerusakan akibat banjir bandang yang menghamtam Manado

menyebabkan infrastruktur jembatan di Dendengan rusak & mengganggu sistem transportasi publik (sumber: dokumentasi BNPB)

Secara umum kronologis banjir dan tanah longsor di Kota Manado 3 dan wilayah sekitarnya sesuai dengan laporan dari BNPB sebagai berikut: pada hari Selasa tanggal 14 Januari 2014, terjadi hujan deras disertai angin kencang di wilayah Kota Manado dan sekitarnya sejak pagi sampai tengah malam. Hujan deras disertai angin kencang berlanjut sampai esok harinya tanggal 15 Januari 2014. Curah hujan yang besar telah menyebabkan DAS Sawangan dan DAS Tondano tidak mampu menampung debit air yang besar. Akibatnya pada sekitar pukul 05:30 WITA, air mulai meluap dan secara cepat terjadi banjir di sejumlah wilayah di Kota Manado dan kabupaten/kota sekitarnya. Pada pukul 09:30, banjir bandang disertai arus air sudah meluas ke 10 kecamatan di Kota Manado dan 8 kecamatan di Kabupaten Minahasa, juga mengakibatkan terjadinya tanah longsor di beberapa titik di ruas jalan trans Sulawesi pada Ruas Manado-Tomohon yang merupakan urat nadi perekonomian Provinsi Sulawesi Utara.

Berdasarkan laporan dari BMKG bahwa Bulan Januari merupakan puncak musim hujan di Kota Manado dan sekitarnya seperti di berbagai kota lain di Indonesia. Kondisi musim hujan tersebut ditambah dengan adanya pusat tekanan rendah di utara Provinsi Sulawesi Utara, tepatnya di perairan selatan Filipina (Mindanao Selatan) yang Berdasarkan laporan dari BMKG bahwa Bulan Januari merupakan puncak musim hujan di Kota Manado dan sekitarnya seperti di berbagai kota lain di Indonesia. Kondisi musim hujan tersebut ditambah dengan adanya pusat tekanan rendah di utara Provinsi Sulawesi Utara, tepatnya di perairan selatan Filipina (Mindanao Selatan) yang

Dampak kejadian bencana di Kota Manado sesuai dengan laporan BNPB sangat terasa di sektor infrastruktur transportasi darat. Jalur jalan utama Trans-Sulawesi (via Tanawangko dan Tomohon) terputus, akses jalan di Kota Manado sebagian lumpuh karena adanya jembatan yang putus, material ikutan banjir serta barang rumah-tangga lainnya, akses jalan yang menghubungkan Manado – Minahasa Utara tersendat akibat longsor, dan transportasi umum dalam Kota Manado terhambat karena kemacetan parah di berbagai titik akibat banjir.

Dampak banjir pada jalur komunikasi menurut BNPB adalah komunikasi seluler mengalami gangguan, panggilan telepon susah dilakukan dan sering terputus. Namun demikian, penyebaran informasi terbantu dengan adanya radio, meskipun sempat terganggu. Sedangkan keadaan jaringan listrik padam di seluruh kota Manado sejak pagi hingga sore hari di tanggal 15 Januari 2014. Pemadaman listrik juga terjadi di Kecamatan Airmadidi dan Kabupaten Minahasa Utara selama dua hari.

Keadaan jaringan air bersih di beberapa lokasi dilaporkan adanya kerusakan pada jaringan air PDAM. Para pengguna sumur yang mengandalkan pompa air juga kesulitan memperoleh air saat terjadi pemadaman listrik. Fasilitas perkantoran seperti di Gedung Kantor Walikota Manado terendam banjir setinggi 3 meter. Gedung Dinas Sosial, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Badan Ketahanan Pangan terendam banjir setinggi 3-4 meter.

Gambar 2.7 Peta Sebaran Dampak Bencana Banjir Bandang Kota Manado

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 2 - 20

Gambar 2.8

Kondisi rumah warga yang tergenang di Kota Manado saat terjadi Banjir Bandang. Tinggi air mencapai atap rumah penduduk atau mencapai ketinggian hingga 4 m (sumber: dokumentasi BNPB)

Disamping itu terdapat sejumlah gedung pemerintah lainnya yang juga terendam banjir. Hal lain yang terkena dampak dari banjir Manado adalah jaringan air bersih (PDAM) menjadi rusak dan fasilitas layanan kesehatan/puskesmas dan lain-lain terendam dan rusak.

Tim UGM 4 mengemukakan bahwa longsor terjadi dengan mekanisme luncuran tanah berukuran pasir lanauan, dengan bidang gelincir breksi turf di wilayah bagian lereng atas (hulu) dan breksi andesit di bagian lereng bawah (hilir). Kedalaman bidang gelincir breksi andesit tersebut kurang dari 3 m. Luncuran tanah relatif kecil, jarang/tidak rapat, sedikit, kedalaman bidang gelincir kurang dari 3 m, massa yang bergerak pasir lanauan hasil pelapukan breksi andesit. Terjadi longsor yang cukup besar pada tebing jalan yang mengancam putusnya jalur jalan Manado –Tondano di Kecamatan Airmadidi.

Tim juga mengemukakan bahwa batuan tersusun atas produk dari gunung api muda yang didominasi oleh breksi andesit dan endapan piroklastik. Kemiringan lereng berkisar antara 40 o – 60 o . Di DAS ini lebih banyak dijumpai adanya titik longsor terutama di jalur jalan Manado-Tomohon lebih dari 30 titik longsor. Titik-titik longsor terjadi pada Tim juga mengemukakan bahwa batuan tersusun atas produk dari gunung api muda yang didominasi oleh breksi andesit dan endapan piroklastik. Kemiringan lereng berkisar antara 40 o – 60 o . Di DAS ini lebih banyak dijumpai adanya titik longsor terutama di jalur jalan Manado-Tomohon lebih dari 30 titik longsor. Titik-titik longsor terjadi pada

Titik-titik longsor yang besar, umumnya terjadi pada tikungan alur sungai yang berada di bagian bawah creek . Zona creek ini merupakan zona akumulasi air permukaan dan bawah permukaan dari lereng-lereng bukit/perbukitan. Lahan yang longsor umumnya

merupakan lahan kebun cengkeh ataupun ladang. Perubahan tata guna lahan di bagian atas lereng juga memicu terjadinya longsor, oleh karena itu perlu adanya sistem drainase yang baik sehingga air tidak masuk ke dalam lereng.

Banyaknya material sedimen yang dibawa oleh banjir dimungkinkan berasal dari hasil erosi tanah ataupun material longsoran dari tebing sungai. Walaupun pada waktu investigasi belum ditemukan longsor yang besar yang menutup alur sungai khususnya di DAS Tondano. Luapan air permukaan ini terjadi karena kurang efektif dan berfungsinya saluran drainase yang ada di lapangan. Namun demikian, perubahan tata guna lahan menjadi lahan perumahan dibagian tengah DAS Tondano akan memberi konstribusi juga terhadap kejadian banjir. Oleh karena itu perlunya penataan wilayah yang tepat dengan memperhatikan aspek lingkungan.

Pemanfaatan lahan di daerah sempadan sungai sebagai daerah pemukiman juga memicu terjadinya banjir di Manado karena menurunnya kapasitas aliran sungai. Informasi dari BMKG menyatakan bahwa data Curah Hujan (mm) pada tanggal 13-15 Januari 2014 disampaikan dalam Tabel 2.13.

Tabel 2.13

Kondisi Curah Hujan Sekitar Kota Manado

15 Jan 2014 SEKITAR MANADO Stage of Winangun

13 Jan 2014

14 Jan 2014

1 17 88 Staklim Kayuwatu

5 4 87 Stamet Samrat

11 0 145 DAS SUNGAI BPP Tomohon Utara

27 9 211 Distan Airmadidi

3 90 235 HULU DAS TONDANO

Stageof Tondano 30 0 64 Sumber: BMKG

Berdasarkan data Tabel 2.13 terlihat bahwa curah hujan dalam 24 jam sebelum kejadian cukup tinggi, di mana hujan maksimum terjadi pada daerah aliran DAS yaitu di Airmadidi dan Tomohon. Adapun pada hulu Sungai Tondano dan bagian hilir di Manado curah hujannya lebih rendah dibanding curah hujan yang terjadi pada aliran DAS di Airmadidi dan Tomohon. Kondisi curah hujan 2-3 hari sebelum kejadian masih rendah kecuali di Airmadidi.

Kondisi curah hujan maksimum 24 jam sebelum banjir tanggal 15 Januari 2014 terjadi pada aliran DAS Sungai Tondano di sekitar Airmadidi dan aliran DAS Malalayang di sekitar Tomohon. Curah hujan maksimum tersebut merupakan hujan maksimum yang pernah terjadi pada aliran DAS tersebut. Curah hujan inilah yang memicu meluapnya sungai-sungai yang menuju Kota Manado.