47 Rekapitulasi Penilaian Kerusakan dan Kerugian Lintas Sektor di Kota Manado

Tabel 3.47 Rekapitulasi Penilaian Kerusakan dan Kerugian Lintas Sektor di Kota Manado

SEKTOR/

Nilai Kerusakan

Nilai Kerugian

Kerusakan+Kerugian

SUB SEKTOR

LINTAS SEKTOR

18.125.380.000 2 Ketertiban (Kepolisian)

2.017.640.000 3 Keamanan (TNI)

4.882.887.000 4 Keuangan dan Perbankan

26.354.787.000 5 BUMD/BUMN

496.566.000 Sumber: Analisis BNPB 2014

Untuk sub sektor pemerintahan penilaian kerusakan dilakukan terhadap kantor pemerintahan instansi vertikal, provinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan, beserta peralatan yang ada di dalamnya senilai Rp17.493.580.000,00. Penilaian kerugiannya dihitung dari biaya yang dikeluarkan untuk pembersihan gedung yang rusak terkena banjir bandang sebesar Rp631.800.000,00, sehingga total kerusakan dan kerugian adalah sebesar Rp18.125.380.000,00.

Untuk sub sektor ketertiban penilaian kerusakan dilakukan terhadap kerusakan fisik gedung kantor kepolisian dan rumah dinas kepolisian sebesar Rp1.800.140.000,00. Kerugiannya dihitung dari pengeluaran biaya tambahan untuk pembersihan puing dari gedung dan asrama yang terkena banjir sebesar Rp217.500.000,00, sehingga total kerusakan dan kerugian untuk sub sektor ketertiban adalah sebesar Rp2.017.640.000,00.

Untuk sub sektor keamanan terdapat kerusakan fisik gedung kantor TNI-POM dan rumah dinas serta asrama gabungan dari TNI. Kerugian dihitung berdasarkan pengeluaran biaya tambahan yang timbul untuk pembersihan puing dari gedung dan barak/asrama gabungan yang terkena banjir bandang. Dari hasil perhitungan kerusakan dan kerugian untuk sub sektor keamanan, maka nilai kerusakan sebesar Rp4.460.187.000,00 dan nilai kerugian sebesar Rp422.700.000,00, sehingga total kerusakan dan kerugian untuk sub sektor keamanan adalah sebesar Rp4.882.887.000,00.

Untuk sub sektor keuangan dan perbankan terdapat kerusakan fisik gedung bank dan anjungan tunai mandiri (ATM). Di samping itu, menurut laporan lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bencana di Kota Manado dan sekitarnya telah mengakibatkan tersendatnya pembayaran kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi pada sejumlah bank sebesar Rp773,230,000,000,00. Dari hasil perhitungan, nilai kerusakan adalah sebesar Rp1.135.587.000,00 dan nilai kerugian adalah sebesar Rp25.219.200.000,00, sehingga total nilai kerusakan dan kerugian adalah sebesar Rp26.354.787.000,00.

Untuk sub sektor BUMD/BUMN nilai kerusakan sebesar Rp472.466.000,00 sedangkan nilai kerugian sebesar Rp24.100.000,00, sehingga total nilai kerusakan dan kerugian untuk sub sektor BUMD/BUMN sebesar Rp496.566.000,00.

Dari uraian tersebut di atas, maka total nilai kerusakan pascabencana untuk lintas sektor sebesar Rp25.361.960.000,00 dan total nilai kerugian sebesar Rp26.515.300.000,00 Total nilai kerusakan dan kerugian lintas sektor adalah sebesar Rp51.877.260.000,00. Sedangkan untuk kabupaten/kota lain di luar Kota Manado tidak teridentifikasi kerusakan maupun kerugian untuk lintas sektor.

3.3. Kajian Kebutuhan Pascabencana

Penilaian kebutuhan pemulihan pascabencana di Provinsi Sulawesi Utara (Kota Manado, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten Minahasa Selatan) dilakukan melalui koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dengan melibatkan pihak kementerian/lembaga terkait. Penilaian kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dimulai dari Penilaian kebutuhan pemulihan pascabencana di Provinsi Sulawesi Utara (Kota Manado, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten Minahasa Selatan) dilakukan melalui koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dengan melibatkan pihak kementerian/lembaga terkait. Penilaian kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dimulai dari

Berdasarkan Perka BNPB Nomor 15 tahun 2011 tentang Pedoman Kajian Kebutuhan Pascabencana (JITU PASNA), bahwa kebutuhan rehabilitasi adalah kebutuhan perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah bencana. Sementara itu kebutuhan rekonstruksi adalah kebutuhan pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial, dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peranserta masyarakat. Hasil pengkajian kebutuhan pascabencana adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 3.48.