RENCANA AKSI PASCA BANJIR DAN LONGSOR KO (1)

RINGKASAN EKSEKUTIF RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA BANJIR BANDANG DAN LONGSOR TANGGAL 15 JANUARI 2014 DI WILAYAH PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN ANGGARAN 2014-2015

Dalam bulan Januari 2014, curah hujan yang tinggi dan meluapnya sungai-sungai di wilayah Provinsi Sulawesi Utara telah menyebabkan bencana banjir bandang dan tanah longsor. Banjir bandang melanda Kota Manado tepatnya pada tanggal 15 Januari 2014 yang berdampak pada kerusakan dan kerugian pada wilayah Kota Manado, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, dan Kota Tomohon. Bencana longsor terjadi di dua areal DAS yang berbeda, yaitu DAS Tondano, Kabupaten Minahasa (Sungai Tondano dan Sungai Sawangan) dan DAS Tumpaan, Kabupaten Tomohon (Sungai Kali). Kedua DAS tersebut memiliki hilir di Kota Manado dan memiliki karakteristik yang rentan terhadap gerakan tanah (longsor) dan banjir bandang, terutama akibat kontrol kondisi alam, yaitu kondisi kemiringan lereng dan kondisi geologi (batuan dan struktur geologi) kondisi tata guna lahan. Kejadian longsor pada daerah ini dipicu oleh curah hujan yang sangat tinggi juga terdapat pengaruh dari proses tektonik aktif/kegempaan. Hilangnya hutan dan sungai-sungai kecil di sekitar Manado, serta rusaknya daerah resapan akibat pembangunan kota yang serampangan mengakibatkan sejumlah sungai di Manado tak mampu lagi menahan debit air hujan.

Banjir bandang di wilayah kota Manado telah mengakibatkan puluhan ribu warga terpaksa harus mengungsi. Tercatat puluhan ribu rumah rusak dengan kategori rusak berat, rusak sedang maupun rusak ringan, termasuk sebanyak 379 unit rumah hanyut terbawa banjir bandang dan mengakibatkan kerusakan sarana dan prasarana di wilayah yang terkena bencana.

Kerusakan yang diakibatkan bajir bandang dan tanah longsor telah berdampak pada sektor permukiman, infrastruktur, sosial, ekonomi dan lintas sektor yang mengakibatkan terganggunya aktivitas dan layanan umum di wilayah terdampak bencana. Dalam rangka penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi

BNPB dengan melibatkan Kementerian/Lembaga sektor terdampak dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Kota Manado, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten Minahasa Selatan beserta Satuan Kerja Pemerintah Daerah teknis (SKPD) terdampak. Bencana banjir bandang dan tanah longsor ini telah mengakibatkan kerusakan dan kerugian sebesar Rp1,439 triliun.

Kerusakan dan kerugian terbesar terjadi pada sektor permukiman sebesar Rp792,95 miliar (55,10%), sektor ekonomi sebesar Rp290,41 miliar (20,18%), sektor infrastruktur sebesar Rp232,18 miliar (16,13%), sektor sosial sebesar Rp71,59 miliar (4,98%) dan lintas sektor sebesar Rp51,87 miliar (3,61%). Untuk kerusakan dan kerugian yang sedemikian besarnya, telah diperkirakan total kebutuhan pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi mencapai Rp659,82 miliar, masing-masing untuk Kota Manado sebesar Rp563,57 miliar, Kota Tomohon sebesar Rp15,29 miliar, Kabupaten Minahasa sebesar Rp31,67 miliar, Kabupaten Minahasa Utara sebesar Rp22,71 miliar dan Kabupaten Minahasa Selatan sebesar Rp26,57 miliar. Kebutuhan pemulihan di peruntukkan bagi pendanaan sektor permukiman sebesar Rp288,47 miliar (43,72 %), sektor infrastruktur sebesar Rp265,37 miliar (40,22%), sektor sosial sebesar Rp 61,36miliar (9,30%), lintas sektor sebesar Rp25,49 miliar (3,86%) dan sektor ekonomi sebesar Rp19,12 miliar (2,90%).

Sebagai acuan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan penyusunan Rencana Aksi, yang didasarkan kepada hasil pengkajian kebutuhan pascabencana (Jitu Pasna) yang dipadukan dengan kebijakan dan kemampuan pembiayaan rehabilitasi dan rekonstruksi dari Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dan sumber dana lainnya yang sah. Beberapa arahan Wakil Presiden Republik Indonesia terkait dengan banjir bandang dan tanah longsor di wilayah Provinsi Sulawesi Utara yang menjadi bagian dalam Rencana Aksi ini adalah sebagai berikut:

1. Pembersihan dan perbaikan infrastruktur publik agar dilaksanakan dengan segera.

2. Perbaikan permukiman menjadi prioritas pemulihan, dengan menggunakan pola pemberdayaan masyarakat dalam rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman.

3. Permukiman dan perumahan di bantaran daerah aliran sungai (DAS) Tondano dan DAS lainnya, agar ditangani dengan pola relokasi sekaligus merevitalisasi dan normalisasi sungai.

4. Berkaitan dengan relokasi permukiman penduduk, maka penyediaan lahan relokasi menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

5. Identifikasi dan inventarisasi segera dukungan yang dapat diberikan Pemerintah untuk pemulihan pascabencana banjir bandang Manado.

6. Kebijakan pemulihan dan stimulan bantuan pemulihan perumahan dan permukiman agar segera ditetapkan, termasuk sumber dana untuk pembiayaannya.

7. Stimulan perumahan dari anggaran BNPB, pemulihan sektor lainnya menjadi tanggung jawab Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangan masing-masing. BNPB memberikan dukungan untuk mengisi celah pendanaan yang ada.

Jangka waktu pemulihan yang ditetapkan dalam Rencana Aksi ini adalah selama periode tahun 2014 sampai dengan tahun 2015. Prioritas pemulihan di sektor permukiman yaitu pembangunan Hunian Tetap (Huntap) bagi masyarakat terdampak bencana, sudah harus selesai dalam tahun 2014. Untuk relokasi, kebutuhan lahan dan dana untuk pembangunan prasarana lingkungan permukiman disediakan dan/atau dibiayai oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Bantuan dari BNPB adalah untuk perbaikan atau pembangunan rumah rusak berat dan rusak sedang di wilayah Kota Manado, Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa Selatan. Sedangkan untuk rumah rusak ringan termasuk kerusakan rumah di wilayah Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Utara akan dibiayai dari pemerintah daerah terkait. Rehabilitasi dan rekonstruksi di sektor lainnya akan didanai sesuai dengan kewenangan yaitu Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten terkait.

Perencanaan pembangunan di wilayah terdampak bencana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2004. Sama halnya dengan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang berupa kebijakan yang di-integrasikan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional dan daerah, telah sesuai dengan amanat Undang- undang Nomor 25 tahun 2004. Dalam kaitannya dengan mekanisme perencanaan dan penganggaran pembangunan tahunan, Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah untuk penyusunan RAPBN, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk penyusunan RAPBD, sesuai

Sumber pendanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana banjir dan tanah longsor di wilayah Provinsi Sulawesi Utara berasal dari APBN dan APBD. Mekanisme dan prosedur pendanaan pemerintah dalam rangka pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi ini mengikuti mekanisme dan prosedur baku pendanaan sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan serta aturan pelaksanaan yang terkait dengan undang-undang dimaksud. Setiap Kementerian/Lembaga sesuai dengan pembagiannya akan langsung menyampaikan bantuan pendanaannya kepada Pemerintah Kabupaten/Kota terkait sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang berkenaan dengan bentuk kegiatannya masing-masing dan alokasi pendanaannya.

Seluruh rangkaian penyelenggaraaan rehabilitasi dan rekonstruksi telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Kegiatan ini dimulai dari: perencanaan kegiatan yang meliputi identifikasi dan penghimpunan sumber pembiayaan; pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi; pengorganisasian pelaksana kegiatan; pelaporan dan pertanggungjawaban; pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan termasuk pengawasan baik yang dilaksanakan oleh pihak internal maupun eksternal pemerintah dan/atau pemerintah daerah; sampai kepada langkah pengalihan hasil rehabilitasi dan rekonstruksi kepada program pembangunan yang berkelanjutan pada daerah tersebut.

Pemantauan diperlukan sebagai upaya pengendalian proses rehabilitasi dan rekonstruksi, sedangkan evaluasi dilakukan dalam rangka menilai efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran serta manfaat kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah pascabencana. Pelaporan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari mekanisme pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i Daftar Isi

iii

BAB I PENDAHULUAN

1-1

1.1. Latar Belakang 1-1

1.2. Maksud dan Tujuan 1-3

1.3. Ruang Lingkup 1-4

1.4. Sistematika Penulisan 1-5

BAB II KONDISI UMUM WILAYAH BENCANA

2-1

2.1. Kondisi Geografis 2-1

2.2. Kondisi Demografis 2-3

2.3. Kondisi Sosial 2-9

2.4. Kondisi Ekonomi 2-13

2.5. Kondisi Infrastruktur/Sarana Prasarana Umum 2-16

2.6. Bencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 2-16

2.7. Upaya Penanganan Darurat Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi 2-23 Utara

BAB III PENGKAJIAN KEBUTUHAN PEMULIHAN

3-1

3.1. Kerusakan dan Kerugian Akibat Bencana Banjir dan Longsor di 3-2 Provinsi Sulawesi Utara

3.1.1. Kerusakan dan Kerugian Sektor Perukiman Kota Manado 3-3

3.1.2. Kerusakan dan Kerugian Sektor Perukiman di Wilayah Sekitar

3-4 Kota Manado

3.1.3. Kerusakan dan Kerugian Sektor Infrastruktur di Kota Manado

3-5

3.1.4. Kerusakan dan Kerugian Sektor Infrastruktur di Wilayah

3-7 Sekitar Kota Manado

3.1.5. Kerusakan dan Kerugian Sektor Ekonomi di Kota Manado 3-9

3.1.6. Kerusakan dan Kerugian Sektor Ekonomi di Wilayah Sekitar

3-10 Kota Manado

3.1.7. Kerusakan dan Kerugian Sektor Sosial di Kota Manado 3-11

3.1.8. Kerusakan dan Kerugian Sektor Sosial di Wilayah Sekitar Kota

3-12 Manado

3.2.1. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Permukiman di Kota

3-22 Manado

3.2.2. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Permukiman di

3-24 Kabupaten/Kota Sekitar Wilayah Kota Manado

3.2.3. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Infrastruktur Kota

3-27 Manado

3.2.4. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Infrastruktur di

3-29 Kabupaten/Kota Sekitar Wilayah Kota Manado

3.2.4.1. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Infrastruktur 3-30

di Kota Tomohon

3.2.4.2. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Infrastruktur 3-31

di Kabupaten Minahasa

3.2.4.3. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Infrastruktur 3-32

di Kabupaten Minahasa Selatan

3.2.4.4. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Infrastruktur 3-33

di Kabupaten Minahasa Utara

3.2.5. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Ekonomi di Kota

3-34 Manado

3-37 Kabupaten/Kota di Sekitar Kota Manado

3.2.6. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Ekonomi di Empat

3.2.6.1. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Ekonomi di 3-38

Kabupaten Minahasa

3.2.6.2. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Ekonomi di 3-39

Kabupaten Minahasa Selatan

3.2.6.3. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Ekonomi di 3-40

Kabupaten Minahasa Utara

3.2.7. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Sosial di Kota

3-41 Manado

3-43 Kabupaten/Kota di Sekitar Kota Manado

3.2.8. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Sosial di Empat

3.2.8.1. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Sosial di 3-44

Kabupaten Minahasa

3.2.8.2. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Sosial di 3-45

Kabupaten Minahasa Selatan

3.2.8.3. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Sosial Kab. 3-45

Minahasa Utara

3.2.9. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Untuk Lintas Sektor di Kota

3-49 Manado

3.3. Kajian Kebutuhan Pascabencana 3-50

3.3.1.2. Kebutuhan Sektor Pemukiman Kota Tomohon

3-56

3.3.1.3. Kebutuhan Sektor Pemukiman Kabupaten Minahasa 3-57

3.3.1.4. Kebutuhan Sektor Pemukiman Kabupaten Minahasa 3-58

Selatan

3.3.1.5. Kebutuhan Sektor Pemukiman Kabupaten Minahasa 3-58

Utara

3.3.2. Kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sektor Infrastrukur

3-59

3.3.2.1. Kebutuhan Sektor Insfrastruktur Kota Manado

3-61

3.3.2.2. Kebutuhan Sektor Insfrastruktur Kota Tomohon 3-62

3.3.2.3. Kebutuhan Sektor Insfrastruktur Kabupaten 3-63

Minahasa

3.3.2.4. Kebutuhan Sektor Insfrastruktur Kabupaten 3-64

Minahasa Selatan

3.3.2.5. Kebutuhan Sektor Insfrastruktur Kabupaten 3-65

Minahasa Utara

3.3.3. Kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sektor Ekonomi 3-65

3.3.3.1. Kebutuhan Sektor Ekonomi Kota Manado

3-66

3.3.3.2. Kebutuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Minahasa 3-67

3.3.4. Kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sektor Sosial 3-69

3.3.4.1. Kebutuhan Sektor Sosial Kota Manado

3-70

3.3.4.2. Kebutuhan Sektor Sosial Kabupaten Minahasa

3-72

3.3.4.3. Kebutuhan Sektor Sosial Kabupaten Minahasa 3-72

Selatan

3.3.5. Kebutuhan Rehabilitasi dan rekonstruksi Lintas Sektor 3-72

BAB IV PRINSIP DAN KEBIJAKAN REHABILITASI DAN 4-1 REKONSTRUKSI WILAYAH PASCABENCANA

4.1. Prinsip Dasar Rehabilitasi dan Rekonstruksi 4-5

4.2. Kebijakan Rehabilitasi dan Rekonstruksi 4-7

4.3. Ruang Lingkup Rehabilitasi dan Rekonstruksi 4-8

4.4. Strategi Rehabilitasi Dan Rekonstruksi 4-10

4.4.1. Pemulihan Permukiman 4-10

4.4.2. Infrastruktur 4-11

4.4.3. Ekonomi 4-12

4.4.4. Sosial 4-12

4.4.5. Lintas Sektor 4-13

BAB V PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

5-1

WILAYAH PASCABENCANA

5.1. Perencanaan dan Pendanaan Pelaksanaan Rehabilitasi dan 5-1 Rekonstruksi

5.1.1. Mekanisme Pelaksanaan Anggaran 5-16

5.1.2. Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi 5-19

5.2. Kelembagaan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi 5-23

5.3. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi 5-24

5.3.1. Monitoring dan Evaluasi di Tingkat Pusat 5-27

5.3.2. Monitoring dan Evaluasi di Tingkat Provinsi/Kota 5-28

5.4. Kesinambungan Pemulihan Pasca Rehabilitasi dan Rekonstruksi dan 5-29

Manajemen Berbasis Pengurangan Risiko Bencana

BAB VI PENUTUP

6-1

DAFTAR GAMBAR

1.1. Banjir melanda perumahan mewah di Dengdengan 1-1

1.2. Kerusakan parah rumah penduduk yang berada di bantaran Sungai 1-2 Tondanau

2.1. Peta Relief Provinsi Sulawesi Utara 2-4

2.2. Peta Wilayah Administrasi Kota Manado – Daerah Paling Parah 2-6 Terkena Dampak

2.3. Peta Ketinggian Kota Manado 2-7

2.4. Peta Penggunaan Lahan Kota Manado 2-8

2.5. Peta Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi Utara 2-17

2.6. Kerusakan akibat banjir bandang yang menghantam Manado 2-18

2.7. Peta Sebaran Dampak Bencana Banjir Bandang Kota Manado 2-20

2.8. Kondisi Rumah Warga Yang Tergenang di Kota Manado 2-21

3.1. Permukiman disekitar DAS 3-4

3.2. Nilai Kerusakan dan Kerugian Per Sektor Provinsi Sulawesi Utara 3-22

3.3 Distribusi Kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi 3-52

4.1. Proses Penilaian Kebutuhan Pasca Bencana – Penyusunan Rencana 4-2 Aksi

4.2. Penyusunan Rencana Aksi 4-9

5.1. Kedudukan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi dalam sistem 5-2 Perencanaan Pembangunan

5.2. Mekanisme Pelaksanaan Anggaran BLM 5-18

5.3. Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Sosial Berpola Hibah 5-18

5.4. Siklus Pelaksanaan Program REKOMPAK 5-21

5.5. Organisasi Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB 5-24

DAFTAR TABEL

2.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk 2-5

2.2. Total dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk Provinsi Sulawesi Utara 2-5

2.3. Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Tahun 2012 2-9

2.4. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Provinisi Sulawesi Utara Menurut 2-9 Kelompok Umur Tahun 2012

2.5. APM dan APK Provinsi Sulawesi Utara Menurut Jenjang Pendidikan 2-10

2.6. Perbandingan Jumlah Murid di Provinsi Sulawesi Utara 2-11

2.7. Indeks Pembangunan Manusia di Pulau Sulawesi 2009 – 2012 2-11

2.8. Fasilitas Kesehatan di Provinsi Sulawesi Utara 2013 2-12

2.9. Fasilitas Kesehatan Per Wilayah 2-12

2.10. Sarana Peribadatan di 5 Wilayah Terdampak Bencana Sulut Tahun 2-13 2012

2.11. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi 2-15 Utara 2012

2.12. Jalan Kabupaten di Sulawesi utara 2-16

2.13. Kondisi Curah Hujan Sekitar Kota Manado 2-23

3.1. Rekapitulasi Kerusakan Sektor Permukiman 3-3

3.2. Rekapitulasi Kerusakan Sektor Permukiman di Empat 3-4 Kabupaten/Kota sekitar Kota Manado

3.3. Rekapitulasi Nilai Kerusakan Infrastruktur Transportasi Darat 3-5

3.4. Rekapitulasi Nilai Kerusakan Infrastruktur Sumber Daya Air 3-6

3.5. Rekapitulasi Nilai Kerusakan Infrastruktur Listrik 3-7

3.6. Rekapitulasi Kerusakan Sektor Infrastruktur di Empat 3-7 Kabupaten/Kota sekitar Kota Manado

3.7. Rekapitulasi Kerusakan Sektor Ekonomi 3-9

3.8. Rekapitulasi Kerusakan Sektor Ekonomi di Empat Kabupaten/Kota 3-10

3.9. Rekapitulasi Kerusakan Sektor Sosial 3-11

3.10. Rekapitulasi Kerusakan Sektor Sosial di Empat Kabupaten/Kota 3-12 Sekitar Kota Manado

3.11. Rekapitulasi Kerusakan Lintas Sektor 3-13

3.12. Sektor Dalam Penilaian Kerusakan dan Kerugian 3-14

3.13. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Provinsi Sulawesi Utara 3-15 Per Kabupaten/Kota

3.14. Rekapitulasi Nilai Kerusakan dan Kerugian Kota Manado 3-16

3.15. Rekapitulasi Nilai Kerusakan dan Kerugian Kabupaten Minahasa 3-17

3.17. Rekapitulasi Nilai Kerusakan dan Kerugian Kabupaten Minahasa Utara 3-19

3.18. Sektor Penilaian Kerusakan dan Kerugian Kota Tomohon 3-20

3.19. Rekapitulasi Kerusakan dan Kerugian Pascabencana Provinsi Sulawesi 3-21 Utara Tahun 2014

3.20. Rekapitulasi Nilai Kerusakan Sektor Permukiman Di Kota Manado 3-23

3.21. Masalah Utama Perumahan yang Menjadi Keprihatinan 3-24

3.22. Rekapitulasi Kerusakan Sektor Permukiman Di Empat 3-25 Kabupaten/Kota sekitar Kota Manado

3.23. Rekapitulasi Nilai Kerusakan dan Kerugian Di 4 Kabupaten/Kota 3-26 sekitar wilayah Kota Manado

3.24. Rekapitulasi Nilai Kerusakan dan Kerugian Sektor Permukiman 3-27

3.25. Rekapitulasi Nilai Kerusakan dan Kerugian Sektor Infrastruktur Di 3-28 Kota Manado

3.26. Masalah Air Bersih Pascabencana 3-29

3.27. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Infrastruktur Di Empat 3-29 Kabupaten

3.28. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Infrastruktur Kota Tomohon 3-30

3.29. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor infrastruktur Kabupaten 3-31 Minahasa

3.30. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Infrastruktur Kabupaten 3-32 Minahasa Selatan

3.31. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Infrastruktur Kabupaten Minahasa Utara

3-32

3.32. Rekapitulasi Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Ekonomi Di 3-35 Kota Manado

3.33. Dukungan Utama Untuk Memulihkan/Mempertahankan/ 3-37 Meningkatkan Mata Pencaharian Pascabencana

3.34. Rekapitulasi Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Ekonomi di 3-37 Empat Kabupaten/Kota di Sekitar Kota Manado

3.35. Rekapitulasi Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Ekonomi Pada 3-38 Kabupaten Minahasa

3.36. Rekapitulasi Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Ekonomi Pada 3-39 Kabupaten Minahasa Selatan

3.37. Rekapitulasi Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Ekonomi Pada 3-40 Kabupaten Minahasa Utara

3.38. Kerusakan dan Kerugian Sektor Sosial Kota Manado 3-42

3.39. Rekapitulasi Kerusakan dan Kerugian Sektor Sosial pada Empat 3-44 Kabupaten/Kota di Sekitar Kota Manado

3.40. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Sosial di Kabupaten 3-44 Minahasa

3.41. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Sosial di Kabupaten 3-45 Minahasa Selatan

3.42. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Sektor Sosial Kab. Minahasa Utara 3-46

3.43. Dukungan Utama yang Diperlukan Untuk Memulihkan Pendidikan 3-46

3.45. Pengaruh Masalah Lingkungan Terhadap Kesehatan 3-47

3.46. Masalah Kegiatan Sosial Kemasyarakatan/Keagamaan 3-48

3.47. Rekapitulasi Data Kerusakan Lintas Sektor 3-49

3.48. Kebutuhan Pascabencana Banjir Sulawesi Utara 2014 3-51

3.49. Nilai Kebutuhan Sektor Perumahan Pascabencana Provinsi Sulawesi 3-53 Utara

3.50. Nilai Kebutuhan Sektor Perumahan Pascabencana Kota Manado 3-54

3.51. Dukungan Utama Yang Dibutuhkan Untuk Mengatasi Masalah 3-55 Perumahan

3.52. Jenis Perumahan Yang Diharapkan Masyarakat 3-56

3.53. Kegiatan dan Perkiraan Kebutuhan Pemulihan Kemanusiaan 3-56

3.54. Nilai Kebutuhan Sektor Permukiman Kota Tomohon 3-57

3.55. Nilai Kebutuhan Sektor Permukiman Kabupaten Minahasa 3-57

3.56. Nilai Kebutuhan Sektor Permukiman Kabupaten Minahasa Selatan 3-58

3.57. Nilai Kebutuhan Sektor Pemukiman Kabupaten Minahasa Utara 3-59

3.58. Kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sektor Insfrastruktur 3-60 Provinsi Sulawesi Utara

3.59. Kebutuhan sektor Infrastruktur Kota Manado 3-61

3.60. Pencegahan Untuk Mengindari Bencana Banjir Bandang 3-62

3.61. Kebutuhan Sektor Insfrastruktur Kota Tomohon 3-63

3.62. Kebutuhan Sektor Insfrastruktur Kabupaten Minahasa 3-64

3.63. Kebutuhan Sektor Insfrastruktur Kabupaten Minahasa Selatan 3-64

3.64. Kebutuhan Sektor Insfrastruktur Kabupaten Minahasa Utara 3-65

3.65. Kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sektor Ekonomi Provinsi 3-66 Sulawesi Utara

3.66. Kebutuhan sektor Ekonomi Kota Manado 3-67

3.67. Sumber Mata Pencaharian Terdampak 3-67

3.68. Dukungan Utama Upaya Meningkatkan Ekonomi Masyarakat 3-68

3.69. Kebutuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Minahasa 3-68

3.70. Kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sektor Sosial 3-69

3.71. Kebutuhan Pendidikan Pascabencana 3-70

3.72. Perbaikan Layanan Masyarakat Pascabencana 3-71

3.73. Layanan Psikososial Pascabencana 3-71

3.74. Dukungan Kemasyarakatan/Keagamaan 3-72

3.75. Kebutuhan Lintas Sektor Kota Manado 3-73

Manado

5.1. Rekapitulasi Kebutuhan Pascabencana Banjir Bandang dan Longsor 5-4 Provinsi Sulawesi Utara

5.2. Nilai Kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi per Kota/Kabupaten 5-6

5.3. Nilai Kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi per Sektor 5-6

5.4. Pembiayaan Sektor Permukiman 5-11

5.5. Pembiayaan Sektor Infrastruktur 5-12

5.6. Pembiayaan Sektor Ekonomi 5-13

5.7. Pembiayaan Sektor Sosial 5-14

5.8. Pembiayaan Sektor Lintas Sektor 5-15

5.9. Jadwal Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana 5-22

5.10. Mekanisme Pelaporan Pemantauan dan Evaluasi Sumber Dana APBN 5-25

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I : PENILAIAN KERUSAKAN DAN KERUGIAN

1.1. Rekapitulasi Total Penilaian Kerusakan dan Kerugian Pascabencana Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

1.2. Rekapitulasi Penilaian Kerusakan dan Kerugian Pascabencana Wilayah Provinsi Sulawesi Utara Per Kabupaten/Kota

1.3. Rekapitulasi Penilaian Kerusakan dan Kerugian Pascabencana Wilayah Provinsi Sulawesi Utara Per Sektor

1.4. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Kota Manado

1.5. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Kota Tomohon

1.6. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Kabupaten Minahasa

1.7. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Kabupaten Minahasa Selatan

1.8. Penilaian Kerusakan dan Kerugian Kabupaten Minahasa Utara

LAMPIRAN II : KAJIAN KEBUTUHAN (JITU)

2.1. Rekapitulasi Kebutuhan Pascabencana Provinsi Sulawesi Utara per Sektor Kabupaten/Kota Tahun 2014

2.2. JITU Kota Manado

2.3. JITU Kota Tomohon

2.4. JITU Kabupaten Minahasa

2.5. JITU Kabupaten Minahasa Selatan

2.6. JITU Kabupaten Minahasa Utara

DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan;

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, selanjutnya disingkat dengan UU 25/2004;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, selanjutnya disingkat dengan UU 32/2004;

5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, selanjutnya disingkat dengan UU 24/2007;

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, selanjutnya disingkat dengan UU 26/2007;

7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, selanjutnya disingkat dengan UU 1/2011;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat dengan PP 38/2007;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, selanjutnya disingkat dengan PP 21/2008.

11. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, selanjutnya disingkat dengan PP 22/2008;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional Dan Lembaga Asing Nonpemerintah Dalam Penanggulangan Bencana, selanjutnya disingkat dengan PP 23/2008;

13. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana, selanjutnya disingkat dengan Perka 17/2010;

14. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengkajian Kebutuhan Pascabencana, selanjutnya disingkat dengan Perka 15/2011;

KATA PENGANTAR

Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pascabencana sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah terdampak, Pemerintah, Masyarakat dan Dunia Usaha. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi akan melibatkan peran berbagai pihak yang menyediakan sumber daya. Di tingkat pusat pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi akan dikoordinasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan di tingkat daerah akan dikoordinasikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Untuk efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pascabencana yang akan dilaksanakan oleh berbagai pihak, maka perlu disusun dan ditetapkan suatu dokumen Rencana Aksi. Rencana Aksi merupakan acuan yang diharapkan dapat menyamakan persepsi dan langkah penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi bagi seluruh pihak yang terkait.

Sesuai dengan sifat rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pascabencana, maka penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana banjir bandang dan longsor di wilayah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014, yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala BNPB Nomor 16 Tahun 2014 tanggal 2 Juni 2014 dilakukan melalui suatu proses koordinasi dengan Kementerian/Lembaga dari sektor terdampak maupun Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara serta Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten terdampak. Koordinasi telah dilaksanakan sejak pelaksanaan penilaian kerusakan dan kerugian akibat bencana hingga pengkajian kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana serta proses penetapan sumber pendanaannya.

Namun demikian Rencana Aksi ini terbuka untuk direvisi apabila dikemudian hari ditemukan kekeliruan maupun dinilai perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi yang terkini, demi pencapaian tujuan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pascabencana yang efektif, efisien, akuntabel dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Akhir kata, kami memberikan apresiasi dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terkait yang memberikan bantuan moril dan materiil demi tersusunnya dan ditetapkannya Rencana Aksi ini.

Jakarta, Juni 2014

KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

ttd

DR. SYAMSUL MAARIF, M.Si.

PENDAHULUAN

BAB I

1.1. Latar Belakang

Pada tanggal 14-16 Januari 2014 terjadi banjir bandang diikuti tanah longsor diberbagai wilayah di Provinsi Sulawesi Utara. Kejadian ini dipicu oleh intensitas curah hujan yang tinggi dan pasang laut yang mencapai 2-3 m sebagai pengaruh tropical cyclone di Filipina bagian Selatan. Kota Manado merupakan wilayah yang paling parah terdampak sedangkan wilayah lain yang juga terdampak oleh kejadian ini adalah Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kabupaten Minahasa Utara.

Puluhan ribu orang telah menjadi korban banjir dan mengungsi. Banjir dan tanah longsor juga mengakibatkan puluhan ribu rumah serta berbagai sarana dan prasarana transportasi, komunikasi, listrik serta layanan publik lainnya terganggu. Kota Manado lumpuh selama beberapa hari.

Gambar 1.1 Banjir melanda perumahan mewah di Dengdengan

Dikarenakan kondisi bencana banjir yang disertai oleh angin kencang dan longsor, Gubernur Provinsi Sulawesi Utara 1 menetapkan pernyataan status tanggap darurat bencana banjir dan longsor selama 14 hari yaitu 15-28 Januari 2014. Pada waktu yang hampir bersamaan, Walikota Kota Manado juga menyampaikan status tanggap darurat bencana banjir untuk wilayah Kota Manado.

BPBD Provinsi Sulawesi Utara menyatakan bahwa terdapat 18 korban meninggal dengan rincian 6 orang di Kota Manado, 6 orang di Kabupaten Minahasa, 1 orang di Kabupaten Minahasa Utara dan 5 orang di Kota Tomohon. Adapun korban mengungsi per tanggal 16 Januari adalah 76.382 jiwa, ribuan orang dirawat inap dan sebagian lainnya dirawat jalan.

Bencana telah mengakibatkan banyak rumah tinggal terendam/rusak/hanyut, jumlah kerusakan rumah mencapai 11.818 unit. Kota Manado merupakan wilayah paling terdampak seperti, kantor pemerintahan dari tingkat Kota hingga Kelurahan dan banyak kantor swasta ikut terendam, layanan kesehatan dan publik lainnya juga terganggu. Akses jalan di Kota Manado sebagian mengalami kelumpuhan karena jembatan putus.

Gambar 1.2

Kerusakan parah rumah penduduk yang berada di bantaran Sungai

Tondanau

Disamping itu, akses ke Kota Tomohon dan ke Kabupaten Minahasa dari Kota Manado terputus. Terganggunya jaringan jalan dan sistem transportasi, layanan jaringan listrik, dan jaringan komunikasi, serta rusaknya jaringan air bersih (PDAM) memperparah dampak banjir di ibu kota Provinsi Sulawesi Utara, Kota Manado.

Dengan memperhatikan dampak yang ditimbulkan dari bencana ini, maka Dengan memperhatikan dampak yang ditimbulkan dari bencana ini, maka

1. Hasil kajian kebutuhan pasca bencana;

2. Penetapan prioritas rehabilitasi dan rekonstruksi dengan mempertimbangkan aspek build back better dan safer;

3. Pengalokasian sumber daya dan waktu pelaksanaan; dan

4. Rencana Kerja Pemerintah Pusat maupun Daerah dan Rencana Kerja Pembangunan terkait lainnya.

1.2. Maksud dan Tujuan

Dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pascabencana Banjir dan longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014-2015, dimaksudkan dalam rangka:

1. Membangun kesepahaman dan komitmen antara pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat, perguruan tinggi/akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat, untuk membangun kembali seluruh sendi kehidupan masyarakat yang terkena dampak bencana banjir dan longsor di sebagian wilayah Provinsi Sulawesi Utara.

2. Menyelaraskan seluruh kegiatan perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pascabencana

oleh Pemerintah (Kementerian/Lembaga) dan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara, serta pemerintah daerah kabupaten/kota terdampak lainnya.

3. Memaduserasikan perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pascabencana banjir dan longsor dengan perencanaan jangka menengah, perencanaan tahunan pemerintah dan pemerintah kabupaten/kota.

4. Memberikan gambaran yang jelas kepada pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya mengenai pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.

5. Mengembangkan sistem dan mekanisme mobilisasi pendanaan dari sumber APBN dan APBD Kabupaten/Kota serta masyarakat secara efektif, efisien, transparan, partisipatif dan akuntabel, sesuai dengan prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance).

Tujuan dari penyusunan dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 - 2015 adalah mewujudkan tercapainya tujuan rehabilitasi dan rekonstruksi secara efisien, efektif, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan melalui:

1. Keseragaman pemahaman dan persepsi di antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta unsur-unsur swasta, masyarakat nasional dan daerah, agar pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pascabencana dapat berlangsung dengan baik.

2. Perencanaan program dan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana sesuai dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

3. Perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan sesuai dan selaras dengan dokumen perencanaan nasional dan daerah.

4. Perencanaan dan penganggaran yang partisipatif dan konsultatif, yakni program dan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang telah dikonsultasikan dan memuat masukan dari dan kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders).

5. Kemudahan dalam pemantauan dan pengendalian atas kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.

6. Penggunaan dan pengelolaan sumber dana untuk kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang mematuhi prinsip kehati-hatian dan bertanggung jawab.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pascabencana Banjir dan longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 - 2015 meliputi:

1. Aspek kemanusiaan, antara lain terdiri dari sosial psikologis, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, partisipasi dan peran serta lembaga, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat.

2. Aspek permukiman, terdiri dari perbaikan lingkungan daerah bencana, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat dan prasarana lingkungan permukiman.

3. Aspek infrastruktur, terdiri dari perbaikan sarana prasarana umum, pembangunan kembali sarana prasarana umum, peningkatan fungsi pelayanan publik dan peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat, khususnya di bidang transportasi darat dan sumber daya air.

4. Aspek ekonomi, terdiri dari pemulihan ekonomi, peningkatan kondisi ekonomi, mendorong peningkatan ekonomi lokal seperti perdagangan, kelautan/perikanan, pariwisata, dan industri.

5. Aspek sosial, terdiri dari pemulihan konstruksi sosial, pemulihan kearifan dan tradisi masyarakat, pemulihan keagamaan dan pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat, kesehatan serta pendidikan.

6. Aspek lintas sektor yang antara lain terdiri dari pemulihan dan peningkatan kegiatan yang meliputi tata pemerintahan, ketertiban, keamanan dan perbankan.

1.4. Sistematika Penulisan

Dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 – 2015 terdiri dari 6 (enam) bab yaitu :

1. Bab I Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang perlunya penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana banjir dan longsor, maksud dan tujuan yang ingin dicapai, ruang lingkup dari perencanaan, serta sistematika penulisan.

2. Bab II Kondisi Umum Wilayah Bencana Bab ini menjelaskan tentang kondisi umum yang berupa data daerah sebelum terjadinya bencana dan daerah dalam kondisi saat bencana banjir dan longsor, baik itu data kondisi geografis, kondisi demografis, kondisi sosial, kondisi ekonomi, kondisi infrastruktur/sarana prasarana umum. Bagian selanjutnya adalah penyampaian informasi tentang bencana banjir dan longsor Provinsi Sulawesi Utara secara umum.

3. Bab III Pengkajian Kebutuhan Pemulihan Wilayah Pascabencana Bab ini menguraikan tentang hasil dari proses penilaian kerusakan dan kerugian, kajian kebutuhan pascabencana pada lima sektor, yaitu sektor permukiman, sektor sosial, sektor infrastruktur, sektor ekonomi, dan lintas sektor.

4. Bab IV Prinsip dan Kebijakan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pascabencana Bab ini menguraikan tentang prinsip-prinsip yang menjadi landasan mengembangkan konsep rencana aksi berupa Prinsip Dasar Rehabilitasi dan Rekonstruksi serta

Rehabilitasi dan Rekonstruksi, strategi rehabilitasi dan rekonstruksi. Pada bab ini dikemukakan pula kebutuhan pascabencana.

5. Bab V Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pascabencana Bab ini menguraikan proses perencanaan dan pendanaan, mekanisme pelaksanaan anggaran, pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi, kelembagaan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi, pemantauan dan evaluasi, serta kesinambungan pemulihan berbasis pengurangan risiko bencana.

6. Bab VI Penutup Bab ini menjelaskan bahwa Dokumen Rencana Aksi ini merupakan acuan rehabilitasi dan rekonstruksi yang masih harus dijabarkan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaannya oleh setiap pihak pelaku rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pascabencana banjir dan longsor.

BAB II KONDISI UMUM WILAYAH BENCANA

Luas Wilayah Sulawesi Utara tercatat 14.544,36 km 2 yang terbagi atas sebelas kabupaten dan empat kota. Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan wilayah terluas, yaitu 3.021,60 km 2 atau 20,78 persen dari wilayah Sulawesi Utara. Di Sulawesi Utara terdapat 41 gunung yang terletak di sembilan wilayah. Sedangkan jumlah danau tercatat ada sebanyak 17 danau dan jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Utara sebanyak 30 sungai.

Iklim daerah Sulawesi Utara termasuk tropis yang dipengaruhi oleh angin muson. Pada Bulan November sampai dengan Bulan April bertiup angin barat yang membawa hujan di pantai utara, sedangkan dalam Bulan Mei sampai Oktober terjadi perubahan angin selatan yang kering. Curah hujan tidak merata dengan angka tahunan berkisar antara 2.000-3.000 mm, dan jumlah hari hujan antara 90-139 hari. Suhu udara berada pada setiap tingkat ketinggian semakin ke atas semakin sejuk seperti daerah Kota Tomohon, Langowan di Minahasa, Modoinding di Kabupaten Minahasa Selatan, Kota Kotamobagu, Modayag dan Pasi di Kabupaten Bolaang Mongondow. Daerah yang paling banyak menerima curah hujan adalah daerah Minahasa dan berdasarkan pencatatan Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado, rata-rata temperatur di Kota Manado dan sekitarnya

sepanjang tahun 2012 adalah sekitar 26,5 0 C, rata-rata jumlah hari hujan sepanjang tahun adalah 21 hari, dan Bulan Maret merupakan bulan paling sering hujan, yakni 29 hari hujan.

2.1. Kondisi Geografis

Provinsi Sulawesi Utara 1 terletak diantara 00 o ’ -05 o ’

Lintang Utara – LU

Bujur Timur – BT, sedangkan wilayah yang juga terkena dampak bencana banjir dan tanah longsor adalah sebagai berikut:

dan 123 o 07 ’ o -127 ’

Kabupaten Minahasa o ’ -01 ’ LU dan ’ -125 ’ BT

1. : 01 o

Kabupaten Minahasa Selatan : 00 o ’ -01 ’ LU dan 124 ’ -124 ’ BT

2. o

3. -01 Kabupaten Minahasa Utara : ° ’ o ’

LU dan

°’ - °’ BT

4. Kota Manado

: °’ - °’

LU dan

°’ - °’ BT

Batas-batas Provinsi Sulawesi Utara: - Sebelah Utara

: Laut Sulawesi, Republik Filipina, Laut Pasiifik - Sebelah Timur

: Laut Maluku

- Sebelah Selatan

: Teluk Tomini

- Sebelah Barat

: Provinsi Gorontalo

Kondisi geologi sebagian besar adalah wilayah vulkanik muda, sejumlah besar erupsi serta bentuk kerucut gunung merapi aktif yang padam menghiasi Minahasa bagian tengah, daerah Bolaang Mongondow dan Kepulauan Sangihe. Material-material letusan yang dihasilkan berbentuk padat serta bahan vulkanik lepas lainya. Morfologi yang berbukit- bukit dan bergunung-gunung dengan perbedaan relief topografik yang cukup besar.

Wilayah ini memiliki 17 danau yang secara potensial mempunyai nilai ekonomi bagi pengembangan bidang kepariwisataan, pengairan, dan energi. Danau-danau tersebut adalah diantaranya Danau Tondano seluas 4.278 ha. di Minahasa dan Danau Moat seluas 617 ha. di Bolaang Mongondow Timur. Adapun 30 sungai yang terdapat di Sulawesi Utara dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk irigasi juga sebagai sumber tenaga listrik dan sumber air minum. Terdapat Sungai Tondano (40 km), Sungai Poigar (54,2 km), Sungai Ranoyapo (51,9 km), dan Sungai Talawaan (34,8 km) di Minahasa. Sungai besar lainnya terdapat di Bolaang Mongondow dan Bolaang Mongondow Utara yaitu Sungai Dumoga (87,2 km), Sungai Sangkub (53,6 km), dan Sungkai Ongkaw (42,1 km).

Struktur tanah di Provinsi Sulawesi Utara berupa latosol seluas 531.000 ha tersebar di beberapa wilayah Tagulandang, Tamako, Manganitu, Kendahe, Tabukan Utara, Esang, Pineleng, Tomohon, Tombariri, Airmadidi, Kakas, Eris, Kombi, Tareran, Passi, Modayag, Pinolosian dan Bolaang. Struktur tanah aluvial seluas 75.000 ha tersebar di beberapa wilayah Tabukan Tengah, Lirung, Likupang, Wori, Tombasian, Tenga, Tompaso Baru, Belang dan Tondano.

Struktur tanah regosol seluas 81.000 ha tersebar di beberapa wilayah Gunung Klabat, Gunung Dua Saudara, Gunung Soputan serta Gunung Bitung Utara, Wilayah Dimembe, Airmadidi, Langowan, Tombasian, Tombatu dan Gunung Tumpaan. Struktur tanah andosol seluas 15.000 ha, tersebar di beberapa wilayah di Tomohon, Kawangkoan, Tompaso, Langowan, dan Modoinding. Ada pula yang termasuk jenis tanah kompleks yang meliputi luas kurang lebih 76,5 persen dari luas seluruh Provinsi Sulawesi Utara sehingga daerah ini merupakan wilayah yang subur untuk pertanian.

Khusus untuk Kota Manado yang dilintasi oleh lima sungai yaitu; Sungai Tondano, Sungai Tikala, Sungai Bailang, Sungai Sario, Sungai Malalayang, Sungai Tondano berhulu di Danau Tondano, (wilayah Kabupaten Minahasa) dan bergabung dengan Sungai Tikala (bagian tengah Kota Manado) sebelum bermuara di Teluk Manado. Peta Penggunaan Lahan sesuai dengan Peta Rupabumi Indonesia, menunjukkan bahwa sebagian besar penggunaan lahan di Kota Manado yang dimanfaatkan untuk pertanian/perkebunan dan perkebunan campuran seluas 11.267,35 ha. atau sekitar 71,65 persen. Sebagian besar lahan lainnya adalah digunakan untuk permukiman, usaha dan jasa seluas 3.329,60 ha.

atau sekitar 21,17 persen (ditambah 67 ha. atau 157, 26 km 2 lahan areal reklamasi).

2.2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Utara tahun 2013 berdasarkan data BPS adalah berjumlah 2.319.816 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,28 persen per tahun, hampir 45 persen penduduknya tinggal di perkotaan, dan sisa 55 persen tinggal di perdesaaan. Dapat dilihat dalam Tabel 2.1, bahwa terdapat dua kota yang tingkat

kepadatannya di atas 2000 jiwa/km 2 yaitu Kota Manado dan Kota Kotamobagu. Dalam Tabel 2.2 disampaikan bahwa rasio jenis kelamin penduduk Provinsi

Sulawesi Utara tahun 2011/2012 berada diatas angka 100. Komposisi pengelompokkan gender di Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan adanya keseimbangan dalam komposisi menurut jumlah jiwa. Kondisi keseimbangan gender memberikan pemahaman bahwa masyarakat memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi.

Gambar 2.5 : Peta Relief Provinisi Sulawesi Utara

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 2 - 4

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

KEPADATAN KABUPATEN/KOTA

JML

LUAS AREA

PENDUDUK

(Km 2 )

(Per Km 2 )

3.021,60 72,84 2 Minahasa

1 Bolaang Mongondow

1.188,69 266,58 3 Kepulauan Sangihe

597,13 215,58 4 Kepulauan Talaud

1.014,74 83,93 5 Minahasa Selatan

1.478,47 134,53 6 Minahasa Utara

985,24 196,81 7 Bolaang Mongondow Utara

1.935,53 31,79 8 Kepulauan Sitaro

218,18 295,97 9 Minahasa Tenggara

709,28 143,47 10 Bolaang Mongondow Selatan

1.798,29 32,68 11 Bolaang Mongondow Timur

48,11 2.261,36 PROVINSI SULUT

Sumber: Sulut Dalam Angka 2013

Tabel 2.2

Total dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk Provinsi Sulawesi Utara Rasio Jenis

KABUPATEN/KOTA

Kelamin Minahasa

Minahasa Selatan

Minahasa Utara

Sumber: Sulut Dalam Angka, 2013

Gambar 2.1: Peta Wilayah Administrasi Kota Manado - Daerah Paling Parah Terdampak Bencana

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 2 - 6

Gambar 2.2 : Peta Ketingian Kota Manado

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 2 - 7

Gambar 2.3 : Peta Penggunaan Lahan Kota Manado

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 2 - 8

Informasi tentang jumlah penduduk dan rumah tangga di Provinsi Sulawesi Utara terdapat dalam Tabel 2.3. Dengan rata-rata jumlah rumah tangga berisikan sekitar 3 –4 jiwa dapat diartikan bahwa rata-rata jumlah anak di kabupaten/kota wilayah terdampak berjumlah 1-2 anak.

Tabel 2.3 Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Tahun 2012

JUMLAH

JUMLAH

PENDUDUK KABUPATEN/KOTA

Minahasa Selatan

Minahasa Utara

Sumber: Sulut Dalam Angka 2013

2.3 Kondisi Sosial

Secara umum dapat dikemukakan bahwa Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Povinsi Sulawesi Utara sejak tahun 2010 menunjukkan angka yang meningkat secara gradual. Khusus untuk data tahun 2011 terjadi perlambatan, namun secara umum angkanya kembali meningkat pada tahun berikutnya. Akan tetapi, apabila kita melihat Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut jenjang pendidikan, dapat dikemukakan bahwa angkanya cukup optimis.

Tabel 2.4 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Provinisi Sulawesi Utara Menurut Kelompok Umur Tahun 2012

Sumber : Sulut Dalam Angka 2013

Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia

Tabel 2.5 APM dan APK Provinsi Sulawesi Utara Menurut Jenjang Pendidikan

PENDIDIKAN SD/MI

SMP/MTs

SMA/MA

S umber: Sulut Dalam Angka 2013

Angka Partisipasi Sekolah (APS) ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang telah bersekolah di semua jenjang pendidikan. Makin tinggi APS berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Nilai ideal APS adalah 100% dan tidak akan terjadi lebih besar dari 100%, karena murid usia sekolah dihitung dari murid yang ada di semua jenjang pendidikan pada suatu daerah. Oleh karena itu angka 98,22 itu sudah menunjukkan angka yang sangat tinggi. Namun angka 65,43 pada kelompok umum 16-18 bukan berarti rendah tingkat pendidikannya, melainkan kemungkinannya adalah tingginya tingkat migrasi sekolah bagi penduduk usia sekolah 16 –

18. Angka APM dan APK menunjukkan penegasan bahwa walaupun tingkat partisipasi

anak untuk mengikuti pendidikan sudah tinggi, namun masih juga terjadi perpindahan pendidikan. Hal ini dimungkinkan apabila di daerah tertentu tidak memiliki sekolah yang menjadi rujukan calon siswa. Sedangkan data tersebut juga memberikan pemahaman bahwa peluang untuk tidak melanjutkan pendidikan hingga SMA/MA masih terbuka.

Perbandingan jumlah murid untuk setiap tingkatan pendidikan di Provinsi Sulawesi Utara adalah seperti termuat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6

Perbandingan Jumlah Murid di Provinsi Sulawesi Utara

Madrasah Madrasah Kabupaten/Kota

Tsanawiyah Aliyah Minahasa

Selatan Minahasa Utara

Sumber: Manado dalam Angka 2013

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) digunakan sebagai alat ukur untuk melihat dampak kemajuan pembangunan, IPM menggunakan empat indikator yaitu Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran per kapita riil. Secara nasional tahun 2012 Provinsi Sulawesi Utara berada di posisi ke-2 nasional dengan IPM 76,95 lebih tinggi dibandingkan IPM tahun 2011 sebesar 76.54. Kondisi IPM antar provinsi di Pulau Sulawesi dapat dilihat pada Tabel 2.7. IPM Provinsi Sulawesi Utara di Indonesia selalu berada di peringkat ke dua setelah Provinsi DKI Jakarta dan di atas Provinsi Riau, DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, dan provinsi lainnya.

Tabel 2.7

Indeks Pembangunan Manusia di Pulau Sulawesi 2009 – 2012

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Barat

Sumber: Sulut Dalam Angka 2013

Pada bagian kesehatan, puskesmas merupakan unit pelaksanan teknis yang berada di wilayah kecamatan yang melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan Pada bagian kesehatan, puskesmas merupakan unit pelaksanan teknis yang berada di wilayah kecamatan yang melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan

Tabel 2.8

Fasilitas Kesehatan di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013

FASILITAS KESEHATAN

2012 Rumah Sakit

Puskesmas Pembantu

Puskesmas Keliling Darat

Puskesmas Keliling Laut

Puskesmas Rawat Inap