PRINSIP DAN KEBIJAKAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH PASCABENCANA

BAB IV PRINSIP DAN KEBIJAKAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH PASCABENCANA

Penyusunan rencana aksi pemulihan wilayah pascabencana banjir dan tanah longsor di Provinsi Sulawesi Utara tanggal 15 Januari 2014 dikoordinasikan oleh Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB). Kegiatan ini melibatkan partisipasi aktif dari Badan Penanggulangan Bencana Darerah (BPBD) Kota Manado, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara beserta Kementerian/Lembaga terkait di tingkat pusat dan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) kabupaten/kota terdampak yang disebutkan di atas. Proses penyusunan rencana aksi ini didasarkan kepada hasil pengkajian kebutuhan pascabencana (JITU PASNA) yang dipadukan dengan kebijakan dan kemampuan pembiayaan rehabilitasi dan rekonstruksi dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dunia usaha, dan sumber dana lainnya yang sah.

JITU PASNA ini dilakukan melalui penilaian kerusakan dan kerugian akibat banjir bandang Kota Manado dan empat Kabupaten/Kota terdampak dengan pendekatan sektoral serta penilaian kebutuhan pemulihan kemanusiaan dengan metodologi survey, pengkajian dan pembahasan oleh tim terpadu. Hasil JITU PASNA ini dipadukan dengan kebijakan dan strategi pembangunan pemerintah daerah terdampak serta penyediaan anggaran dari berbagai pihak yang berkomitmen untuk membiayai kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksinya.

Pemulihan suatu wilayah pascabencana utamanya merupakan tanggung jawab pemerintah daerah terdampak bersama-sama dengan pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Oleh karena itu Rencana Aksi pemulihan yang memuat kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah dan kehidupan masyarakat terdampak bencana harus diintegrasikan dengan program/kegiatan pembangunan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah terdampak. Penyediaan dana rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan dengan menghimpun potensi-potensi sumber pendanaan yang tersedia. Pendanaan ini berasal dari APBN pada DIPA Kementerian/Lembaga sesuai dengan tupoksi, program, dan Pemulihan suatu wilayah pascabencana utamanya merupakan tanggung jawab pemerintah daerah terdampak bersama-sama dengan pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Oleh karena itu Rencana Aksi pemulihan yang memuat kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah dan kehidupan masyarakat terdampak bencana harus diintegrasikan dengan program/kegiatan pembangunan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah terdampak. Penyediaan dana rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan dengan menghimpun potensi-potensi sumber pendanaan yang tersedia. Pendanaan ini berasal dari APBN pada DIPA Kementerian/Lembaga sesuai dengan tupoksi, program, dan

Proses penilaian kebutuhan pascabencana sampai pada penyusunan Rencana Aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana sebagaimana terdapat pada gambar berikut.

Gambar 4.1

Alur Proses Penilaian Kebutuhan Pascabencana dan Penyusunan Rencana Aksi

Arahan Wakil Presiden Republik Indonesia pada rapat koordinasi yang diselenggarakan pada hari Minggu tanggal 26 Januari 2014 dikemukakan bahwa bencana banjir bandang yang menimpa Kota Manado dan empat kabupaten/kota terdampak memiliki beberapa pokok pikiran utama harus segera diselesaikan, yaitu sebagai berikut:

1. Masyarakat korban bencana banjir di Provinsi Sulawesi Utara khususnya Kota Manado menginginkan pembersihan dan perbaikan infrastruktur publik dapat dilaksanakan dengan segera.

2. BNPB segera menugaskan tim penilaian kerusakan dan kerugian bersama dengan K/L, pemda dan menginventarisasi dampak kerusakan.

3. Terkait dengan klasifikasi kerusakan rumah untuk dikaji lebih lanjut sesuai dengan kondisi di lapangan. Hasil penilaian kerusakan dan kerugian diselesaikan pada

minggu kedua Februari dan dilaporkan kepada Wakil Presiden.

4. Perbaikan permukiman menjadi prioritas pemulihan, dengan menggunakan pola rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan dan permukiman dengan pola

pemberdayaan berbasis masyarakat.

5. Identifikasi dan inventarisasi serta dukungan yang dapat diberikan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.

6. Penetapan besaran stimulan bantuan pemulihan perumahan dan permukiman agar ditetapkan, termasuk sumber dana pembiayaannya. Stimulan perumahan dari

anggaran BNPB, pemulihan sektor lainnya menjadi tanggung jawab kementerian/lembaga dan pemerintahan daerah sesuai TUPOKSI dan kewenangan masing-masing. BNPB memberikan dukungan untuk mengisi celah pendanaan yang ada.

7. Perumahan dan permukiman di bantaran sungai Tondano dan DAS lainnya dikaji untuk dipulihkan dengan pola relokasi sekaligus merevitalisasi dan normalisasi

sungai.

8. Pemenuhan kebutuhan dasar dan pelayanan pengungsi terus dilaksanakan sampai dengan persiapan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi.

9. Agar segera disusun Penyusunan Masterplan Penanganan Banjir Provinsi Sulawesi Utara utamanya Kota Manado dan empat Kabupaten/Kota terdampak dengan

konsep pemulihan dengan penegakan Perda RTRW. Terkait dengan arahan tersebut, beberapa isu dan solusi yang disampaikan oleh

Kementerian/Lembaga dalam rapat koordinasi pada tanggal 26 Januari 2014 adalah sebagai berikut:

Kementerian/Lembaga

Masukan

Menteri Koordinator Kesejahteraan  Restrukturisasi pinjaman melalui kemungkinan penghapusan bunga utang sesuai dengan peraturan Rakyat

OJK;  Relokasi permukiman bantaran sungai, dengan penyediaan lahan oleh pemerintah daerah;  Penyederhanaan klasifikasi rumah rusak berat saja;  Peningkatan kapasitas infrastruktur jalan penghubung

antar daerah;  Perbaikan drainase, normalisasi sungai, serta revisi

tata ruang;

Kementerian/Lembaga

Masukan

pembersihan pascabencana banjir;  Mengkaji kemungkinan dukungan Kemenpera untuk

rumah tidak layak huni;  Selain rencana pembangunan huntara bagi