perkawinan dan upacara adat tradisional seperti suran. Dalam ranah ini, ragam bahasa Jawa yang digunakan adalah bahasa Jawa ragam krama alus. Bahasa Jawa ragam
krama alus hampir tidak pernah digunakan dalam komunikasi langsung antar warga masyarakat Traji dalam kehidupan sehari-hari mereka. Yang dimaksud dengan krama
alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya terdiri atas leksikon krama dan dapat ditambah dengan leksikon krama inggil atau krama
andhap. Meskipun begitu, yang menjadi leksikon inti dalam ragam ini hanyalah leksikon yang berbentuk krama. Leksikon madya dan leksikon ngoko tidak pernah
muncul di dalam tingkat tutur ini. Selain itu, leksikon krama inggil atau krama andhap
–secara konsisten- selalu digunakan untuk penghormatan terhadap mitra wicara. Secara semantis ragam krama alus dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk
ragam krama yang kadar kehalusannya tinggi Sasangka, 2004:111.
4. Sistem Mata Pencaharian
Data administratif pemerintahan desa Traji menunjukkan bahwa mata pencaharian utama masyarakat Traji adalah pertanian, meskipun terdapat berbagai
mata pencaharian lain yang dapat ditemukan di desa tersebut. Pertanian yang mereka lakukan masih tergolong tradisional, yaitu dengan mengandalkan tenaga manusia dan
iklim dalam mengolah tanah. Tanah pertanian di desa Traji terbagi menjadi tanah sawah, tanah tegalan, dan pekarangan di sekitar tempat tinggal. Tanah sawah
digunakan secara bergantian untuk menamam padi dan tembakau yang diselingi dengan palawija diantara musim tanam padi dan tembakau. Adapun tanah tegalan
digunakan untuk menanam jenis-jenis kayu dan bambu serta tanaman-tanaman lain yang berumur panjang seperti kelapa, buah-buahan, dan kopi. Masyarakat Traji juga
memanfaatkan pekarangan rumah untuk pertanian. Tanaman yang ditanam di pekarangan rumah biasanya adalah buah-buahan, semak-semak bumbu dapur, dan
tanaman-tanaman lain yang dapat diambil manfaatnya untuk kebutuhan sehari-hari. Sistem pertanian yang masih tradisional membuat masyarakat Traji sangat
bergantung pada iklim. Mereka menggunakan sistem kalender Pranatamangsa untuk menentukan musim tanam.
Sistem pertanian tradisional yang masih lestari ini mempengaruhi kebudayaan masyarakat Traji, misalnya budaya gotong royong.
Sebagai contoh pada saat mengalirkan air irigasi ke sawah, para petani akan bekerja sama mengalirkan air irigasi dan membaginya dengan merata ke sawah-sawah
mereka. Para petani juga bekerja sama merawat sistem irigasi yang ada agar tetap lestari dengan cara bergotong royong membersihkan saluran air dan memperbaikinya
secara berkala. Air merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam sistem pertanian. Desa
Traji yang terletak di daerah pegunungan memiliki cukup banyak sumber mata air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya termasuk
untuk pertanian. Oleh karena pentingnya air bagi kehidupan, masyarakat Traji selalu berusaha menjaga sumber mata air yang ada agar tetap lestari dengan cara
memanfaatkan air yang ada sebaik-baiknya dan menjaga kebersihan lingkungan agar air yang ada tidak terkena polusi. Mereka sangat mensyukuri karunia Tuhan yang
telah menganugerahi air yang melimpah. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah
mengadakan upacara adat suran setiap satu tahun sekali yaitu pada malam 1 Sura di beberapa sumber mata air yang ada di lingkungan Desa Traji.
5. Sistem Religi