Suran bagi Masyarakat Jawa

Kalender Islam Hijriyah Kalender Jawa Sultan Agung Tahun Jawa ke- Bulan Umur Bulan 1,3,6,7 2,4,8 5 Muharram 30 hari Sura 30 hari 30 hari 30 hari Safar 29 hari Sapar 29 hari 29 hari 30 hari Rabi‟ul Awal 30 hari Mulud 30 hari 30 hari 29 hari Rabi‟ul Akhir 29 hari Bakda Mulud 29 hari 29 hari 29 hari Jumadil Awal 30 hari Jumadilawal 30 hari 30 hari 29 hari Jumadil Akhir 29 hari Jumadilakir 29 hari 29 hari 29 hari Rajab 30 hari Rejeb 30 hari 30 hari 30 hari Sya‟ban 29 hari Ruwah 29 hari 29 hari 29 hari Ramadhan 2930 hari Pasa 30 hari 30 hari 30 hari Syawal 29 hari Sawal 29 hari 29 hari 29 hari Dzul Qa‟idah 30 hari Dulkangidah 30 hari 30 hari 30 hari Dzulhijjah 29 hari Besar 29 hari 30 hari 30 hari Sumber: Sapardi, 2005: 5-6 Tabel 2.1 : Perbandingan kalender Hijriyah dengan kalender Jawa

7. Suran bagi Masyarakat Jawa

Suran berasal dari kata sura, yaitu nama bulan pertama dalam kalender Jawa, kemudian diberi akhiran –an yang berarti tiap atau setiap. Secara harafiah suran berarti setiap bulan Sura, maksudnya adalah penyelenggaraan suatu ritual tertentu yang dilaksanakan setiap bulan Sura. Adapun kata sura itu sendiri sebenarnya berasal dari kata dalam bahasa Arab asyura yang berarti sepuluh. Sepuluh dalam hal ini berarti tanggal 10 bulan Muharram. Muharram adalah nama bulan pertama dalam sistem kalender Islam Hijriyah yang kemudian dinamakan sebagai bulan Sura oleh Sultan Agung dalam sistem kalender Jawa ciptaannya. Bagi umat Islam bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang dimuliakan karena banyaknya peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada bulan tersebut, terutama pada tanggal sepuluh pada tahun-tahun yang berbeda. Mereka memuliakan hari Asyura dengan cara berpuasa. Rajiyem 2001:302 memaparkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada bulan Muharram dalam sejarah Islam sebagai berikut: 1 Tuhan menciptakan Nabi Adam, manusia pertama yang merupakan nenek moyang umat manusia. 2 Nabi Adam diturunkan dari surga ke bumi. 3 Nabi Ibrahim terhidar atau diselamatkan dari pembakaran yang dilakukan oleh Raja Namrud. 4 Nabi Yusuf selamat dari perut ikan hiu. 5 Nabi Musa dan kaum bani Israel terhindar dari penganiayaan Fir‟aun dan bala tentaranya. 6 Kembalinya istana Nabi Sulaiman. 7 Nabi Isa dan Nabi idris dinaikkan ke langit. 8 Nabi Yusuf keluar dari penjara. 9 Kelahiran Nabi Nuh, Ismail, Ishak, Yahya, Yunus, Isa, dan Musa bin Imran. 10 Nabi Yusuf menikah dengan Yulaikha, dan Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar. 11 Nabi Nuh selamat dari bencana banjir dan pada saat itu berhasil turun ke darat bersama umatnya yang berjumlah 40 orang. 12 Gugurnya Sayyidina Hussain, cucu Nabi Muhammad dalam pembantaian di padang Karbala, Irak. Dari semua peristiwa yang terjadi pada hari Asyura, dua peristiwa yang memiliki makna mendalam bagi umat Islam adalah peristiwa selamatnya Nabi Nuh dari bencana banjir dan gugurnya Sayyidina Husain di padang Karbala. Kedua peristiwa itu pula yang awalnya mengilhami tradisi suran yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa, terutama masyarakat Jawa yang beragama Islam. Setelah Nabi Nuh selamat dari bencana banjir dan berhasil mencapai darat, beliau memerintahkan para pengikutnya untuk mengumpulkan bahan makanan yang masih tersisa. Kemudian setelah semuanya terkumpul, seluruh bahan makanan yang berjumlah 40 jenis dicampur menjadi satu kemudian dimasak menjadi bubur untuk dimakan bersama. Untuk memperingati peristiwa ini, masyarakat Jawa membuat bubur yang terbuat dari berbagai jenis bahan makanan yang disebut bubur manggul. Kisah heroik Sayyidina Hussain yang gugur di padang Karbala dikenang oleh masyarakat Jawa dengan cara membuat bubur kasan-kusen berasal kari kata dalam bahasa Arab Hasan-Husain sebagai wujud penghormatan mereka terhadap cucu Nabi Muhammad Sholikhin, 2010:251. Jika umat Islam secara umum memuliakan bulan Muharram dengan cara melaksanakan puasa pada hari Asyura, masyarakat Islam Jawa Islam yang telah terenkulturisasi dengan budaya Jawa memaknai bulan Sura sebagai bulan introspeksi diri dengan tidak menyelenggarakan hajat yang berkaitan dengan siklus hidup seperti pernikahan pada bulan bulan Sura Hersapandi, 2000:13. Bagi masyarakat Jawa tanggal yang paling disakralkan pada bulan ini adalah tanggal 1 Sura, bukan tanggal 10 hari Asyura. Masyarakat Jawa mengagungkan bulan Sura dengan cara melakukan ritual-ritual tertentu pada malam menjelang tanggal 1 Sura dengan tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan dan membersihkan hati dari segala keburukan.

8. Sistem Religi Masyarakat Jawa