Legenda Tradisi Suran Masyarakat Traji

Menurut Saeri 2011, salah seorang juru kunci sendhang Sidhukun, pada awalnya tradisi suran oleh masyarakat Traji tidak selalu dilaksanakan pada malam tanggal 1 bulan Sura seperti saat ini. Mereka melaksanakan tradisi suran pada tanggal berapapun pada bulan Sura sesuai kesepakatan yang dilakukan melalui musyawarah warga desa. Pelaksanaan suran yang dilakukan pada malam tanggal 1 bulan Sura baru ditetapkan pada tahun 1965 ketika desa Traji dipimpin oleh seorang lurah bukan kepala desa yang bernama Munjiyat Darmo Atmojo. Sejak saat itu suran di desa Traji selalu dilaksanakan pada malam tanggal 1 bulan Sura.

2. Legenda

Sendhang Sidhukun Sendhang Sidhukun merupakan sebuah kolam dengan mata air yang berasal dari pohon beringin yang menjadi pusat upacara suran oleh masyarakat Traji. Sendhang ini merupakan sumber mata air utama dan terbesar yang terdapat di wilayah desa Traji. Hal ini menjadikan sendhang Sidhukun memiliki peranan yang sangat besar dan vital bagi kehidupan mereka. Oleh karena itu masyarakat Traji sangat mengagungkan sendhang Sidhukun dan meyakini banyak hal baik yang nyata maupun gaib berkenaan dengan keberadaan sendhang tersebut sehingga menjadikannya sebuah legenda yang dikenang dan dilestarikan sebagai suatu kebudayaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Suwari 2011, dikisahkan bahwa sendhang Sidhukun muncul pada zaman Sunan Kali Jaga, yaitu salah satu dari sembilan wali yang melakukan penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Menurutnya pada suatu ketika Sunan Kali Jaga yang sedang berdakwah di wilayah Traji hendak melakukan sholat dhuhur, namun tidak ada air. Sunan Kali Jaga lalu menancapkan tongkatnya ke tanah, tak lama kemudian muncul mata air di sekitar tongkat tersebut. Air terus keluar dari dalam tanah di sekitar tongkat hingga membentuk sebuah kolam. Dalam cerita rakyat pada kebudayaan masyarakat Traji, diyakini bahwa pohon beringin besar yang tumbuh di pinggir kolam dan menjadi sumber mata air sendhang Sidhukun merupakan tongkat milik Sunan Kalijaga yang ditancapkan tadi. Masyarakat Traji meyakini bahwa air sendhang Sidhukun memiliki tuah dan berkhasiat untuk berbagai hal, yaitu dapat membuat awet muda, mengobati berbagai macam penyakit, membantu memudahkan perjodohan dan cepat mendapatkan keturunan, dapat meningkatkan derajat dan pangkat, serta berkhasiat memberikan keberuntungan dalam hal perdagangan dan pertanian. Oleh karena itu masyarakat Traji sering mengambil dan menyimpan air sendhang untuk beberapa keperluan berdasarkan keyakinan mereka. Pada dasarnya sendhang Sidhukun merupakan sumber mata air yang memiliki peranan sangat penting untuk menopang kehidupan masyarakat Traji. Mereka memanfaatkan mata air ini sebagai air minum, memasak, mencuci, mandi, dan untuk pertanian. Pemanfaatan air untuk kebutuhan sehari-hari ini tidak mengurangi keyakinan masyarakat Traji akan khasiat dan tuah yang ada di sendhang Sidhukun. Mereka tetap mengharapkan berkah dari sendhang dengan cara melakukan ritual kungkum atau berendam di sendhang tersebut pada malam- malam tertentu, misalnya pada malam Selasa dan Jumat kliwon kliwon adalah nama hari dalam kalender Jawa yang jumlahnya ada lima, yaitu kliwon, legi, paing, pon dan wage. Masyarakat Traji ataupun masyarakat lain dari luar Traji dengan kepercayaannya atas tuah dari sendhang Sidhukun akan melakukan laku kungkum di sendhang pada tengah malam ketika mereka memiliki permohonan dan harapan tertentu, misalnya bagi para pedagang yang menginginkan dagangannya laku dan mendapatkan untung yang banyak, atau seseorang yang ingin mempertahankan atau bahkan naik jabatannya. Dengan ritual-ritual tertentu orang yang berendam di sendhang Sidhukun juga bisa memperoleh benda-benda tertentu yang nantinya dijadikan pusaka atau jimat dalam bahasa Jawa. Benda- benda itu biasanya berupa batu, cincin, dan keris. Selain melakukan laku kungkum, masyarakat Traji juga selalu menyimpan air yang diambil dari pusat mata air sendhang yaitu tepat di bawah pohon beringin dan belum mengalir ke kolam. Pengambilan air ini biasanya dilakukan pada malam tanggal satu bulan Sura atau malam Selasa dan Jumat kliwon pada bulan-bulan lainnya. Pengambilan air dilakukan oleh juru kunci yang selanjutnya akan mendoakan air tersebut sesuai dengan kebutuhan warga yang hendak menyimpan air tersebut.

3. Suran bagi Masyarakat Traji