Selamatan di balai desa berlangsung kurang lebih tiga puluh menit, kemudian dilanjutkan dengan upacara di sendhang Sidhukun. Setelah selesai
acara selamatan di balai desa, para perangkat desa beserta istri yang telah siap dengan pakaian adat Jawa ini kemudian berkumpul di depan balai desa dan
membuat suatu barisan untuk mengiring kepala desa dan istrinya yang telah memakai pakaian pengantin menuju sendhang Sidhukun. Barisan dalam iring-
iringan tersebut adalah pengantin kepala desa dan istrinya pada baris pertama, kemudian diikuti oleh para domas perangkat desa beserta istri pada baris
berikutnya, selanjutnya rombongan pembawa sesaji dan gunungan, dan terakhir adalah warga desa Traji. Iring-iringan pengantin tersebut dikawal oleh para
pemuda yang tergabung dalam Paguyuban Pamayu, yaitu suatu sanggar beladiri dan kebatinan yang terdapat di desa Traji. Iring-iringan pengantin berangkat dari
Balai Desa Traji yang berjarak kurang lebih 500 Meter dari sendhang Sidukun dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan dari balai desa hingga sendhang Sidhukun
dipenuhi oleh warga dan pengunjung yang tidak ikut dalam iring-iringan.
b. Upacara di
Sendhang Sidhukun
Upacara di sendhang Sidhukun merupakan puncak upacara tradisi suran di desa Traji yang dilaksanakan pada malam tahun baru Jawa tanggal 1 bulan Sura.
Upacara ini dapat digambarkan seperti upacara pernikahan tradisional masyarakat Jawa, namun lebih sederhana dan hanya bersifat simbolik. Pernikahan dalam
tradisi suran masyarakat Traji bukan pernikahan yang dilakukan untuk meresmikan hubungan antara dua orang yang sebelumnya bukan siapa-siapa
menjadi sah sebagai pasangan suami-istri. Pernikahan dalam hal ini merupakan
pernikahan antara kepala desa dan istrinya yang pada dasarnya sudah menikah sebelumnya, dan akan selalu melaksanakan “pernikahan” setiap tanggal 1 Sura
selama mereka menjabat sebagai Kepala Desa Traji. Upacara pernikahan dimulai kurang lebih pukul 19.00 dan dilaksanakan di
bawah pohon beringin yang terdapat di pinggir sendhang Sidhukun. Upacara ini dipimpin oleh juru kunci sendhang Sidukun. Upacara diawali dengan pembakaran
dupa atau kemenyan oleh pemimpin upacara, dilanjutkan dengan peletakan sesaji, pelaksanaaan kacar-kucur oleh kedua mempelai, lantunan macapat, pembacaan
doa oleh kaum, dan diakhiri dengan perebutan sesaji. Juru kunci membakar dupa tepat dibawah pohon beringin dan
berkomunikasi dengan Mbah Sidhukun. Setelah selesai melaksanakan ritualnya, dia mengambil air sendhang dari pusat mata airnya dibawah pohon beringin
kemudian memberikannya kepada pengantin untuk diminum. Air itu juga diminum oleh para perangkat desa beserta istrinya. Setelah semuanya meminum
air tersebut, acara dilanjutkan dengan pelaksanaan kacar kucur oleh kedua mempelai dengan cara mempelai pria menuangkan beras ke dalam pangkuan
mempelai wanita. Sesudah prosesi kacar kucur, acara dilanjutkan dengan lantunan macapat yang berisi kisah dan pujian atas keberadaan sendhang Sidhukun bagi
masyarakat Traji. Selanjutnya kaum memimpin doa bersama sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Traji kepada Tuhan. Upacara di sendhang Sidhukun
diakhiri dengan pelemparan sesaji yang berupa kepala dan kaki kambing ke dalam sendhang Sidhukun dan perebutan sesaji yang telah didoakan sebelumnya.
c. Upacara di Sumber Mata Air Kalijaga