mendalam; analisis data tentang makna dan fungsi perilaku manusia ditafsirkan secara eksplisit dalam bentuk deskripsi dan penjelasan verbal; etnografi tidak
menggunakan analisis statistik namun tidak berarti menolak data yang berupa angka- angka.
Penelitian ini menggunakan metode etnografi untuk mengungkapkan fakta kebudayaan masyarakat Traji melalui bahasanya. Kebudayaan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah suatu momen kebudayaan yaitu tradisi suran yang akan dikaji secara mendalam. Adapun fakta dalam penelitian ini adalah satuan lingual yang
terkandung dalam tradisi suran yang dilaksanakan oleh masyarakat Traji. Metode etnografi yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada metode etnografi yang
dikemukan oleh Spradley 2007 yang disebut analisis maju bertahap, di mana analisis data dilakukan sejak tahap pengumpulan data dan secara bertahap terus
dilakukan hingga akhir peneltian. Akhir penelitian ditentukan sepenuhnya oleh peneliti, hal ini karena dalam penelitian etnografi tidak dapat diperoleh hasil
penelitian yang sempurna yang dapat melaporkan kebudayaan di wilayah penelitiannya secara utuh dan menyeluruh.
B. Penentuan Lokasi Penelitian
Kajian ini difokuskan pada tradisi suran yang dilakukan oleh masyarakat Traji. Secara administratif Traji merupakan sebuah desa di kecamatan Parakan,
kabupaten Temanggung, propinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitian dalam kajian ini difokuskan di desa Traji yang memiliki empat dusun dalam sistem pemerintahannya
yang lebih kecil. Empat dusun tersebut adalah Kauman, Salak-Gamblok, Grogol, serta dusun Karang Senen yang meliputi wilayah Bon Gede dan Selulang.
Penelitian dilakukan di desa Traji karena masyarakat desa tersebut memiliki keunikan, yaitu adanya tradisi suran yang selalu dilakukan setiap tahun pada awal
tahun baru Jawa yang dipusatkan di sebuah sumber mata air yang bernama Sendhang Sidhukun. Suasana kebudayaan ini kental dengan nuansa Islam yang berkembang di
Jawa, atau yang disebut dengan Islam kejawen. Namun demikian kegiatan ini diikuti oleh seluruh masyarakat Traji yang pada dasarnya merupakan masyarakat multi
agama, jadi tidak hanya masyarakat Traji yang beragama Islam saja yang terlibat, namun semua warga ikut serta dalam tradisi ini baik yang beragama Kristen, Katolik,
Hindu, maupun Budha. Masyarakat Traji merupakan masyarakat pertanian yang memanfaatkan
lingkungan alam sekitar mereka sebagai sumber mata pencaharian. Hal ini karena secara geografis, desa Traji merupakan pegunungan, yaitu berada di lereng gunung
Sumbing dengan tekstur tanah yang subur. Selain tanah yang subur, lingkungan alam desa Traji juga memiliki banyak sumber mata air alami yang melimpah. Sedikitnya
terdapat tujuh sumber mata air utama yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Traji. Kekayaan akan sumber mata air ini disadari sepenuhnya oleh masyarakat Traji
dengan cara memanfaatkan air yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu sebagai masyarakat yang beragama, masyarakat Traji selalu mensyukuri karunia
Tuhan yang berupa sumber mata air ini, salah satu caranya adalah dengan menggelar upacara suran di sumber mata air terbesar yang ada di desa Traji.
Tradisi suran di desa Traji merupakan upacara adat tradisi yang menjadi salah satu wujud kebudayaan lokal masyarakat Traji. Tradisi ini memadukan unsur-unsur
kebudayaan, sistem religi, dan sistem mata pencaharian sebagai unsur utama, kemudian didukung oleh sistem pengetahuan dan kesenian yang disesuaikan dengan
kondisi alam wilayah tersebut.
C. Sumber Data dan Penentuan Informan