Sarwi tansah gotong royong Dyan len agamanipun
Datan mawas sugih lan miskin Samya cancut tumandang
Mbangun dusunipun Pasrah sumarah manembah
Marang Allah gusti sagunging dumadi Asas kang pancasila
Miwah nggelar kabudayan jawi Ringgit purwa miwah karawitan
Tan kari jaran kepange Wah tirakatan nutug
Ing pangajab gusti mberkahi Paring kawilujengan
Tulus kang tinandur Cekap sandhang klayan boga
Adil makmur ayem tentrem kang den esthi Widada salaminya
3. Situasi Kebahasaan Masyarakat Traji
Masyarakat Traji dalam kehidupan sehari-harinya menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi. Ragam bahasa Jawa yang mereka gunakan meliputi ragam
bahasa ngoko dan bahasa krama madya. Bahasa Jawa ragam ngoko digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki kadar kedekatan yang tinggi,
misalnya komunikasi antar teman dan komunikasi antar anggota keluarga. Selain itu ragam ngoko juga digunakan oleh seorang pembicara yang usianya lebih tua dari
lawan bicaranya, dan juga oleh seorang pembicara yang strata sosialnya diatas lawan bicaranya. Ragam ngoko menurut Sasangka 2004:95 adalah bentuk unggah-ungguh
bahasa Jawa yang berintikan leksikon ngoko, atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam ngoko adalah leksikon ngoko bukan leksikon yang lain. Afiks yang muncul
dalam ragam ini pun semuanya berbentuk ngoko misalnya, afiks di-, -e, dan –ake.
Ragam ngoko dapat digunakan oleh mereka yang sudah akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih tinggi status sosialnya daripada lawan bicara mitra wicara. Hal
ini berlaku kebalikan dengan bahasa Jawa ragam krama madya yang digunakan oleh seorang pembicara kepada lawan bicaranya yang berusia lebih tua, atau strata
sosialnya lebih tinggi. Ragam krama menurut Sasangka 2004 adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan leksikon krama, atau yang menjadi
unsur inti di dalam ragam krama adalah leksikon krama bukan leksikon yang lain. Afiks yang muncul dalam ragam ini pun semuanya berbentuk krama misalnya, afiks
dipun-, -ipun, dan –aken. Ragam krama digunakan oleh mereka yang belum akrab
dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih rendah status sosialnya daripada lawan bicara.
Selain digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bahasa Jawa juga digunakan dalam tata upacara adat yang cenderung bersifat formal, misalnya dalam upacara
perkawinan dan upacara adat tradisional seperti suran. Dalam ranah ini, ragam bahasa Jawa yang digunakan adalah bahasa Jawa ragam krama alus. Bahasa Jawa ragam
krama alus hampir tidak pernah digunakan dalam komunikasi langsung antar warga masyarakat Traji dalam kehidupan sehari-hari mereka. Yang dimaksud dengan krama
alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya terdiri atas leksikon krama dan dapat ditambah dengan leksikon krama inggil atau krama
andhap. Meskipun begitu, yang menjadi leksikon inti dalam ragam ini hanyalah leksikon yang berbentuk krama. Leksikon madya dan leksikon ngoko tidak pernah
muncul di dalam tingkat tutur ini. Selain itu, leksikon krama inggil atau krama andhap
–secara konsisten- selalu digunakan untuk penghormatan terhadap mitra wicara. Secara semantis ragam krama alus dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk
ragam krama yang kadar kehalusannya tinggi Sasangka, 2004:111.
4. Sistem Mata Pencaharian