14
Jadi dapat disimpulkan tema adalah permasalahan yang diungkapkan oleh pengarang melalui karya-karyanya.
2. CitraanDaya Bayang
Menurut Sayuti 2008:169 menjelaskan bahwa pengalaman keinderaan yang terbentuk dalam rongga imajinasi yang disebabkan
oleh sebuah kata atau serangkaian kata. Kata atau rangkaian kata yang mampu menggugah pengalaman keinderaan itu, dalam puisi disebut
citraan. Sejalan dengan hal tersebut Sayuti 2008:174 menggolongkan
macam-macam citraan dalam puisi sesuai dengan indera atau perasaan yang ingin digugah atau yang ingin dikomunikasikan oleh penyair
dalam dan lewat puisinya. Yang berhubungan dengan indera penglihatan disebut citra visual, yang berhubungan dengan indera
pendengaran disebut citra auditif, yang membuat sesuatu yang ditampilkan tampak bergerak disebut citra kinestetik, yang
berhubungan dengan indera peraba disebut citra termal atau rabaan, yang berhubungan dengan indera penciuman disebut citra penciuman.
Sedangkan Suharianto 1982:51 mengatakan bahwa puisi bagi penyair bukan sekedar alat memberitahukan apa yang dialami atau
dirasakan, melainkan sekaligus juga sebagai alat “mengajak” pembaca atau penikmatnya untuk dapat ikut serta merasakan, melihat
apa yang dilihat, dan mendengar segala sesuatu yang didengarnya. Pendek kata puisi harus mampu menjadikan sesuatu yang semula
15
abstrak menjadi konkrit; karena hanya dengan jalan demikian puisi tersebut menjadi lebih hidup di dalam khayalan pembacanya. Itulah
sebabnya unsur daya bayang, yakni kemampuan menciptakan citra atau bayangan dalam benak pembaca, dalam suatu puisi sangat
penting kedudukannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa citraan adalah bayangan
pembaca yang diperoleh dari ungkapan kata atau kelompok kata sesuai dengan apa yang dirasakan oleh penulisnya.
3. Rima dan Irama
Rima adalah istilah lain untuk persamaan bunyi. Sedangkan irama, yang sering juga dikatakan ritme adalah tinggi rendah, panjang
pendek, keras lembut, cepat dan lambatnya kata atau baris-baris suatu puisi tersebut dibaca, Suharianto 1982:55.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Suminto A. Sayuti 2008:104 mengatakan bahwa rima atau persajakan adalah perulangan bunyi yang
sama dalam puisi. Pengertian ini dapat diperluas sehingga persajakan dapat diartikan sebagai kesamaan atau kemiripan bunyi tertentu di
dalam dua kata atau lebih, baik yang berposisi di akhir kata, maupun yang berupa perulangan bunyi-bunyi yang sama yang disusun pada
jarak atau rentang tertentu secara teratur.
4. Nada dan Suasana