Gratis PTK dan Jurnal Bahasa Indonesia Untuk Jenjang SMP LAPORAN-BAB-I-BAB-V

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan latar belakang Standar Nasional Pendidikan mata pelajaran bahasa Indonesia bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu para peserta didik mengenali dirinya, dan budaya orang lain, mengembangkan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi minimal kemampuan peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global ( Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006).


(2)

Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi adalah salah satu kompetensi dasar yang membekali siswa agar mencapai tujuan tersebut. Selain sebagai sarana untuk membantu siswa memahami gagasan penulis juga membuat siswa lebih apresiatif terhadap suatu karya sastra khusunya puisi sehingga dapat mengembangkan daya kreasi, imajinasi, dan menambah kepekaan batin.

Di dalam Standar Isi kurikulum 2006 berbasis kompetensi, pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat membekali siswa dengan keterampilan, tidak hanya pengetahuan saja. Keterampilan melakukan musikalisasi puisi merupakan salah satu kompetensi dasar yang disajikan di kelas IX semester 1 (satu) .

Sesuai dengan standar isi dan KTSP SMP Nereri 2 Toroh Kabupaten Grobogan, pembelajaran bahasa Indonesia KD 6.2 Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada kesesuaian isi puisi dan suasana /irama yang sudah dibangun mensyaratkan KKM yang harus dicapai 78. Namun demikian, hasil yang diperoleh siswa pada saat penilaian cenderung kurang memuaskan karena siswa kurang berani berekspresi sehingga mempengaruhi pencapain KKM seperti yang dialami oleh siswa SMP Negeri 2 Toroh kelas IX J tahun pelajaran 2016/2017. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar grafik lingkaran berikut.


(3)

Gambaran Awal Kemampuan Menyanyikan Puisi yang Sudah Dimusikalisasi di Kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh Semester 1 Tahun

Pelajaran 2016/2017

Dari 34 siswa yang tuntas KKM 14 siswa (41,18%) dan tidak tuntas KKM 20 siswa (58,82%). Hal ini disebabkan siswa kurang berani berekspresi ketika menyanyikan puisi yang sudah dimusikalsasi. Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran, dari 34 siswa baru 15 siswa berani menyanyikan puisi dengan ekspresi sesuai suasana, dan irama puisi. Ada juga siswa yang sudah berekspresi, tetapi kurang sesuai dengan suasana/irama puisi ada 2 siswa . Sedangkan siswa yang lain menyanyi tanpa ekspresi. Dengan demikian kemampuan dan keberanian siswa kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh tahun pelajaran 2016/2017 masih rendah.

Rendahnya kemampuan berekspresi siswa dalam menyanyikan puisi disebabkan teknik menyanyikan puisi dilakukan perorangan . Rata-rata siswa merasa malu dan takut untuk berekspresi sesuai dengan isi dan suasana puisi yang dinyanyikan. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti akan melakukan pembelajaran menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi


(4)

dengan teknik kolaborasi dengan membaca puisi. Diharapkan dengan tampil berdua dapat menambah keberanian siswa berekspresi.

B. Identifikasi Masalah

Beberapa hal yang perlu diidentifikasi untuk menentukan rendahnya hasil pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain: :

1. hasil belajar musikalisasi siswa kelas IX J masih rendah

2. dalam menyanyikan puisi siswa kelas IX J masih kurang berani berekspresi 3. penggunaan teknik yang kurang tepat perlu diperbaiki/diganti dengan teknik

yang lebih tepat. C. Pembatasan Masalah

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Mulai dari input siswa, latar belakang orang tua, dan keadaan lingkungan bergaul siswa, serta faktor yang berpengaruh secara langsung mulai dari kurikulum, sarana prasarana, kemampuan guru dalam menerapkan teknik, strategi atau pun pendekatan yang dipakai. Hasil belajar di sini sifatnya umum untuk seluruh mata pelajaran.

Rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia khususnya menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisai juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor itu berupa sikap siswa atau keberanian dalam mengekspresikan puisi sesuai dengan isi puisi, metode pembelajaran yang digunakan, serta pendekatan serta teknik.

Dalam penelitian ini penulis tidak akan meneliti semua permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia. Namun hanya yang berkaitan dengan kemampuan siswa berekspresi dalam


(5)

menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi. Dalam pembelajaran ini ada tiga indikator yang harus dicapai , yaitu (1) mampu menentukan suasana SMP Negeri 2 Toroh kelas IX J tahun pelajaran 2016/2017.

puisi, (2) mampu menyanyikan puisi sesuai dengan irama/suasana yang sudah dibangun, (3) mampu menyanyikan puisi dengan ekspresi yang tepat . Dari ketiga indikator tersebut ada satu indikator yang sangat rendah hasilnya, yaitu indiktor (3) mampu menyanyikan puisi dengan ekspresi yang tepat. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah melalui teknik kolaborasi dengan membaca puisi dapat meningkatkan hasil belajar menyanyikan puisi yang sudah dimusukalisasi di kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh semester 1 tahun pelajaran 2015/ 2016?

2. Apakah melalui teknik kolaborasi dapat meningkatkan kemampuan siswa berekspresi dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusukalisasi di kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh semester 1 tahun pelajaran 2015/ 2016?

E. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian tindakakan kelas, antara lain :

1. Meningkatkan hasil belajar musikalisasi puisi bagi siswa kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh, semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017


(6)

2. Meningkatkan kemampuan berekspresi dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi bagi siswa kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh Tahun pelajaran 2016/2017 .

3. Menambah pengetahuan dan pengalaman guru bahasa Indonesia umumnya dan peneliti pada khusunya dalam menerapkan teknik yang tepat dalam proses pembelajaran musikalisasi puisi.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan, sekolah.

1. Siswa

a. Meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia.

b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi sesuai dengan suasana dan irama yang sudah dibangun.

c. Meningkatkan kemampuan dan keberanian siswa berekspresi dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi.

d. Meningkatkan kemmampuan siswa mengapresiasi puisi . 2. Guru

a. Menambah pengetahuan guru agar dapat memilih metode, pendekatan, dan teknik yang tepat sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang disampaikan.


(7)

b. Menambah pengetahuan guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran musikalisai puisi.

c. Menambah semangat guru dalam menyajikan pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan.

3. Sekolah

a. Meningkatkan hasil belajar siswa dan memperbanyak koleksi pustaka khususnya yang berkaitan dengan teknik pembelajaran musikalisasi puisi.

b. Mengharumkan nama sekolah dalam ajang lomba musikalisasi puisi dan lomba membaca puisi.


(8)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dimyati dan Mudjiono (2009: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang

hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.


(9)

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya

kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

B. Hakikat Ekspresi

Menurut Soehardjo ( 2005 : 121 ) ekspresi adalah ungkapan perasaan pelaku seni. Perasaan yang dimaksud adalah perasaan khusus yang dapat membagun sikap serta nilai. Munculnya dipicu oleh interaksi pelaku seni dengan lingkungannya. Jika intuisi atau imajinasi itu disertai dengan dorongan dari dalam batin, maka proses kreasi berlangsung.


(10)

Sejalan dengan hal tersebut dalam KBBI (2005:291) ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan ( yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan dan sebagainya) atau pandangan air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang.

Sedangkan Asfandiyar (2010: 54) berpendapat bahwa pembelajaran musikalisasi puisi merujuk pada kecerdasan musikal. Musik sarana ekspresi diri dan memupuk rasa percaya diri. Kecerdasan musikal mencakup kepekaan atau penguasaan terhadap nada, irama, pola, ritme, tempo, instrumen, dan ekspresi musik. Musik berperan dalam perkembangan kognitif, kecakapan sikap, tingkah laku dan disiplin anak.

Ekspresi jiwa puisi ditampakkan pada perubahan tatapan mata dan sosot mata. Gerakan kepala, bahu, tangan, kaki, dan badan harus dimaksimalkan. Potensi teks puisi dan potensi diri pembaca puisi harus disinergikan. Pembaca dapat menggunakan efek-efek bunyi seperti dengung, gumam, dan sengau diekspresikan dengan total. Lakuan-lakukan pembaca seperti menunduk, mengangkat tangan, membungkuk, berjongkok, dan berdiri bebas diekspresikan sesuai dengan motivasi dalam puisi. Aktualisasi jiwa puisi harus menyatu dengan aktualisasi diri pembaca.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ekspresi adalah ungkapan pikiran dan perasan yang dituangkan dalam kata-kata atau kalimat, gerakan, tingkah laku, pandangan mata, mimik/ air muka agar apa yang dirasakan ikut juga dirasakan oleh orang lain. Oleh karena itu, ketika kita membaca puisi atau menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi kita


(11)

harus menafsirkan isi puisi tersebut secara tepat agar dapat mengekspresikan secara tepat pula.

C. Hakikat Puisi

Menurut Waluyo (2003:1) mengatakan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan , dipersingkat dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias

Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Sayuti (2008:3) bahwa puisi adalah sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengarnya.

Sedangkan Suharianto (1982:46) menjelaskan bahwa puisi adalah karya sastra yang bersifat konsentrif dan intensif. Pengarang tidak menjelaskan secara rinci apa yang akan diungkapkannya, melainkan sebaliknya . Pengarang hanya mengutarakan apa yang menurut perasaan atau pendapatnya merupakan yang pokok atau penting saja.

Pendapat lain mengenai pengertian puisi juga disampaikan oleh Pradopo (2002:7) yang menyatakan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan , yang merangsang imajinasi pancaindera dalam ssusunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang


(12)

paling berkesan. Sementara itu, unsur-unsur estetika puisi dapat diketahui melalui unsur-unsur estetika (keindahan), misalnya gaya bahasa dan komposisinya. Puisi sebagai karya sastra, memiliki fungsi estetika dominan dan di dalamnya terdapat unsur-unsur kepuitisannya, misalnya persajakan , diksi (pilihan kata), irama dan gaya bahasa. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetika atau aspek kepuitisan.

Dari beberapa definisi puisi di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah ungkapan perasaan , emosi, ide yang disampaikan dengan bahasa yang indah susunannya dan mempunyai makna yang luas. Puisi merupakan wujud pengalaman penulisnya dalam bentuk bahasa yang memiliki makna yang dalam. Bahasa puisi bersifat plastis, tetapi mampu mengakomodasikan berbagai dimensi makna di balik apa yang tersurat. Dimensi itu , misalnya imagery , yaitu gambar angan-angan pada saat orang membaca sebuah karya , sehingga merasa melihat sesuai dengan perasaan penyair.

Unsur-Unsur Puisi 1. Tema

Menurut Suharianto (1982:50) mengatakan bahwa tema puisi itu sebenarnya sama dengan tema prosa, yaitu pokok permasalahan. Hanya harus diakui, untuk mengetahuinya lebih sulit karena bentuk karya sastra ini umumnya menggunakan lambang-lambang. Karena itu untuk mengetahuinya perlu kecerdasan dan kejelian.


(13)

Sedangkan Herman J. Waluyo (2003: 26) mengatakan bahwa puisi memiliki dua struktur, yaitu struktuk fisik dan batin. Struktur fisik adalah kesatuan baris-baris puisi atau disebut struktur sintaktik. Sedangkan struktur batin adalah ungkapan batin penulisnya atau sering disebut struktur tematik.

Contoh :

Gadis Peminta-minta Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil senyumu terlalu kekal untuk mengenal duka Tengadah padaku, pada bulan merah jambu tapi kotaku jadi hilang tanpa jiwa

Ingin aku ikut gadis kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlap Gembira dari kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral Melintas-lintas di air kotor, tapi yang begitu kau hafal Jiwa begitu murni, terlalu murni

Untuk bisa membagi duka

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil Bulan di atas itu, tak ada yang punya Dan kotaku, ah kotaku

Hidupnya tak lagi punya tanda

Karya : Toto Sudarto Bachtiar

Puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar bertema kemanusiaan. Dalam puisi tersebut penyair mengetengahkan tentang martabat manusia, yang sering dianggap sampah yang tidak ada harganya. Di dalam puisinya penyair dengan tegas menyatakan bahwa martabat gadis peminta-minta sama dengan martabat manusia yang lain.


(14)

Jadi dapat disimpulkan tema adalah permasalahan yang diungkapkan oleh pengarang melalui karya-karyanya.

2. Citraan/Daya Bayang

Menurut Sayuti (2008:169) menjelaskan bahwa pengalaman keinderaan yang terbentuk dalam rongga imajinasi yang disebabkan oleh sebuah kata atau serangkaian kata. Kata atau rangkaian kata yang mampu menggugah pengalaman keinderaan itu, dalam puisi disebut citraan.

Sejalan dengan hal tersebut Sayuti (2008:174) menggolongkan macam-macam citraan dalam puisi sesuai dengan indera atau perasaan yang ingin digugah atau yang ingin dikomunikasikan oleh penyair dalam dan lewat puisinya. Yang berhubungan dengan indera penglihatan disebut citra visual, yang berhubungan dengan indera pendengaran disebut citra auditif, yang membuat sesuatu yang ditampilkan tampak bergerak disebut citra kinestetik, yang berhubungan dengan indera peraba disebut citra termal atau rabaan, yang berhubungan dengan indera penciuman disebut citra penciuman.

Sedangkan Suharianto (1982:51) mengatakan bahwa puisi bagi penyair bukan sekedar alat memberitahukan apa yang dialami atau dirasakan, melainkan sekaligus juga sebagai alat “mengajak” pembaca atau penikmatnya untuk dapat ikut serta merasakan, melihat apa yang dilihat, dan mendengar segala sesuatu yang didengarnya. Pendek kata puisi harus mampu menjadikan sesuatu yang semula


(15)

abstrak menjadi konkrit; karena hanya dengan jalan demikian puisi tersebut menjadi lebih hidup di dalam khayalan pembacanya. Itulah sebabnya unsur daya bayang, yakni kemampuan menciptakan citra atau bayangan dalam benak pembaca, dalam suatu puisi sangat penting kedudukannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa citraan adalah bayangan pembaca yang diperoleh dari ungkapan kata atau kelompok kata sesuai dengan apa yang dirasakan oleh penulisnya.

3. Rima dan Irama

Rima adalah istilah lain untuk persamaan bunyi. Sedangkan irama, yang sering juga dikatakan ritme adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lembut, cepat dan lambatnya kata atau baris-baris suatu puisi tersebut dibaca, Suharianto (1982:55).

Sejalan dengan pendapat tersebut, Suminto A. Sayuti ( 2008:104) mengatakan bahwa rima atau persajakan adalah perulangan bunyi yang sama dalam puisi. Pengertian ini dapat diperluas sehingga persajakan dapat diartikan sebagai kesamaan atau kemiripan bunyi tertentu di dalam dua kata atau lebih, baik yang berposisi di akhir kata, maupun yang berupa perulangan bunyi-bunyi yang sama yang disusun pada jarak atau rentang tertentu secara teratur.

4. Nada dan Suasana

Menutut Anwar Efendi (1998:5.6) menjelaskan bahwa nada adalah sikap pengarang kepada pembaca. Di dalam puisinya, bisa saja penyair


(16)

bersikap menggurui, menasihati, mengejek, menyindir, atau hanya ingin menceritakan sesuatu kepada pembaca. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi, atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan, karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembaca.

Misalnya puisi berjudul “ Gadis Peminta-minta “ karya Toto Sudarto Bachtiar, kalau kita perhatikan nada puisi tersebut berupa kritik sosial karena banyak orang yang menganggap pengemis itu adalah sampah yang tidak memiliki martabat dan hina. Suasana yang diungkapkan pada puisi terebut adalah suasana hati yang sendu.

D. Hakikat Musikalisasi Puisi

Batasan musikalisasi puisi ternyata menjadi perdebatan panjang oleh para ahli, karena ada perbedaan pendapat. Menurut Tengsoe Tjahjono ada 4 pendapat, yaitu (a) dalam musikalisasi tidak boleh ada aktivitas membaca puisi; jika ada pembacaan puisi didalamnya, kegiatan tersebut bukanlah musikalisasi puisi, (b) dalam musikalisasi boleh saja terdapat kegiatan pembacaan puisi, sebab tidak semua baris atau fase dalam puisi bisa dimusikalisasikan, (c) membaca puisi dengan iringan alat musik bukanlah musikalisasi puisi, dan (d) membaca puisi dengan alat musik juga merupakan kegiatan musikalisasi puisi (Tjahjono, 2011:167).


(17)

Danardana (2003:57) berpendapat bahwa puisi dibawakan (dibaca) dengan diiringi oleh permainan alat-alat musik. Fokus utama model musikalisasi puisi ini adalah, keahlian olah vokal pembaca puisi. Model musikalisasi puisi iringan merupakan model puisi yang terfokus pada iringan permainan alat-alat musik. Fokus utama model musikalisasi puisi ini adalah keahlian olah vokal pembaca puisi.

Ari KPIN (2008:47) menyatakan bahwa musikalisasi puisi dengan cara membacakan yang diberi latar belakang musik. Model musikalisasi puisi iringan atau membaca puisi yang diberi latar belakang merupakan model puisi yang biasa yang dilaksanakan masyarakat umum dalam lomba-lomba atau kegiatan baca puisi.

Musikalisasi puisi dapat kita jumpai pada lagu-lagu yang dipopulerkan oleh penyanyi-penyanyi pop, misalnya: Bagai Bintang di Surga oleh Peterpan, Lagu untuk Sebuah Nama oleh Ebiet G. Ade, Andaiku Tahu oleh Ungu dan Sajadah Panjang oleh Bimbo dan masih banyak lagi.

KBBI (2005:767) musikalisasi adalah hal yang menjadikan sesuatu ke dalam bentuk musik. Musikalisasi puisi berarti mengubah puisi ke dalam bentuk lagu yang memiliki nada dan irama tertentu dengan diiringi alat musik yang sesuai.

Pono Banoe ( 2003:233), menyatakan bahwa lagu merupakan nyanyian atau melodi pokok, juga berarti karya musik. Karya musik untuk dimainkan atau dinyanyikan dengan pola dan bentuk tertentu. Contoh: Indonesia Raya, Simfoni, Melati dari Jaya Giri dan sebagainya. Lebih lanjut lagu dibedakan


(18)

menjadi : lagu anak-anak, lagu daerah, lagu hiburan, lagu kebangsaan, lagu melayu, dan lagu pop.

Banoe, Pono. (2003). Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan musikalisasi puisi adalah puisi yang dinyanyikan. Musikalisasi merupakan kolaborasi antara sastra dan musik. Puisi yang biasa dibacakan atau diucapkan dengan intonasi, sedangkan musikalisai puisi dibacakan atau diucapkan dengan nada dan diiringi dengan musik.

E. Kolaborasi

Menurut Elizabert E. Barkley dkk. (2014:4) berkolaborasi berarti bekerja sama-sama orang lain . Dalam praktik pembelajaran kolaboratif berarti bekerja secara berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Pembelajaran kolaboratif berarti belajar melalui kerja kelompok, bukan belajar dengan bekerja sendirian.

Sejalan dengan pendapat tersebut Cifor Pili ( 2005) berpendapat bahwa kolaborasi adalah bentuk kerja sama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga , dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat.

Sedangkan menurut Abdulsyani (1994 :156) kolaborasi adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang


(19)

ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing. Sebagaimana dikutib oleh Abdulsyani, Roucek dan Warren, mengatakan bahwa kolaborasi berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Ia adalah suatu proses sosial yang paling dasar. Biasanya, kolaborasi melibatkan pembagian tugas, dimana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya demi

Sedangkan dalam KBBI (2005:580) kolaborasi adalah perbuatan kerjasama.

Dengan demikian dapat disimpulkan kolaborasi adalah kerja sama dalam kelompok kecil untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan bersama secara maksimal. Kolaborasi menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan membaca puisi adalah salah satu siswa menyanyikan puisi diikuti pembacaan puisi secara susul-menyusul sehinggga dapat menghasilkan suatu kolaborasi yang menarik. Selain itu dengan adanya teman atau tampil berdua akan dapat mengurangi rasa takut, minder, malu dalam berekspresi

F. Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi ini penulis akan menggunakan teknik kolaborasi dengan membaca puisi. Dalam teknik ini ada siswa yang menyanyikan puisi dan ada siswa yang membacakan puisi secara bersama- sama atau saling menyusul. Dengan berkolaborasi atau kerja sama diharapkan bisa menambah beberanian dan kemampuan siswa mengekpresikan puisi yang sedang dinyanyikan sesuai


(20)

dengan kehendak penyair. Pada dasarnya isi puisi itu adalah pikiran, perasaan penyair yang dituangkan melalui kata-kata.

Apabila hasil yang diperoleh masih kurang memuaskan atau diperkirakan masih dapat meningkat lagi, maka peneliti akan melanjutkan pada siklus berikutnya yaitu siklus kedua dengan menggunakan teknik kolaborasi. Diduga dengan teknik kolaborasi dengan membaca puisi hasil yang diperoleh akan meningkat sesuai yang diharapkan dan masalah yang dihadapi akan teratasi.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut.

1. Hasil belajar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi siswa kelas IX J SMP Negei 2 Toroh, semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat meningkat jika menggunakan teknik kolaborasi membaca puisi.

2. Kemampuan berekspresi dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi siswa kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh, Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat meningkat jika menggunakan teknik kolaborasi dengan membaca puisi.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini membutuhkan waktu empat bulan, mulai minggu pertama bulan Agustus 2015 sampai dengan minggu keempat bulan November 2015. Penyusunan proposal penelitian bulan Agustus 2015. Penyusunan instrumen minggu pertama sampai dengan minggu dua bulan September 2015. Pengumpulan data dan pelaksanaan siklus I minggu ketiga bulan September, siklus II pada minggu keempat. Bulan Oktober 2015 peneliti menganalisis data dan melakukan pembahasan hasil analis yang merupakan akhir dari kegiatan penelitian. Sedangkan pada bulan November 2015 penulis melakukan penyusunan laporan.

Pengumpulan data peneliti lakukan dengan cara tindakan kelas karena tugas peneliti sebagai guru, setiap hari melakukan kegiatan di kelas sehingga penelitian ini tidak akan mengganggu tugas pokok dan fungsi peneliti sebagai guru. Peneliti sengaja melalukan tidakan kelas pada semester 1 agar tidak mengganggu konsentrasi siswa dalam menghadapi Ujian Nasional. Adapun jadwal kegiatan tampak pada tabel 1.


(22)

Tabel : 1

Rencana Waktu Penelitian

No Uraian Kegiatan

B U L A N

A gu st us 2 01 5 S ep te m be r 20 15 O kt ob er 2 01 5 N ov em be r 20 15

1 Penyusunan Proposal

Penelitian x x x x

2 Penyusunan Instrumen x x

3 Pengumpulan data dan pelaksanaan PTK Siklus I

Siklus II

x x

4 Analisis Pengumpulan Data x x

5 Pembahasan Hasil Analisis x x

6 Penyusunan Laporan x x x x

2. Tempat Penelitian

Peneliti memilih tempat penelitian di SMP Negeri2 Toroh Kabupaten Grobogan. Letak SMP Negeri 2 Toroh sangat strategis, di Jalan Raya Depok Nomor 61 Toroh. Dari kota Purwodadi kurang lebih lima kilometer. SMP tersebut merupakan tempat peneliti bekerja sehari-hari. Peneliti menggunakan siswa kelas IX J sebagai objek penelitian.


(23)

Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Toroh kelas IX J semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah 34 siswa ; terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan . Mereka memiliki latar belakang sosial ekonomi, intelektual dan keberanian yang berbeda-beda. Ada yang tinggi, sedang, dan rendah.

C. Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan melaksanakan dua siklus. Pada tiap-tiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu:

a. Perencanaan

b. Pelaksanaan tindakan c. Observasi

d. Refleksi

Tahapan-tahapan dalam setiap siklus dapat diuraikan sebagai beriku: 1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan dalam penelitian ini meliputi idendifikasi masalah, penyusunan silabus, penyusunan RPP, penyusunan LKS, persiapan media pembelajaran,dan angket.

b. Pelaksanaan Tidakan

Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dirancang dalam RPP. Pada siklus I peneliti diamati oleh dua guru bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Toroh


(24)

sebagai observer. Observer tersebut bertugas mengamati dan mengambil data saat pelaksanaan tindakan dilakukan.

c. Observasi

Data yang dikumpulkan dari hasil observasi pembelajaran meliputi : mulai dari tahap perencaaan dan pelaksanaan tindakan, kejadian yang direkam dalam bentuk catatan-catatan hasil observasi, dan didokumentasikan sebagai data-data penelitian sebagai dasar perbaikan pada siklus II.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan terhadap pencapaian hasil belajar pada setiap siklus. Apabila hasil yang dicapai pada siklus I belum sesuai dengan target yang ditetapkan, maka berdasarkan refleksi akan disempurnakan pada perencanaan siklus II. Langkah ini ditempuh dengan tujuan adanya perubahan positif dan peningkatan hasil belajar musikalisasi puisi dan kemampuan berekspresi.

2. Siklus II

a.Perencanaan

Pada siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I. Materi pembelajaran tetap menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi, tetapi dengan puisi yang berbeda. Perencanaan dalam kegiatan ini meliputi identifikasi masalah berdasarkan hasil refleksi siklus I, menyusun silabus, RPP, LKS, menyiapkan media pembelajaran, dan lembar observasi .


(25)

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Semua kelemahan yang muncul selama pelaksanaan tindakan pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Perbaikan ini bertujuan agar meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keberanian siswa dalam mengekspresikan puisi yang dinyanyikan serta hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Pada pelaksanaan tindakan siklus II peneliti diamati oleh dua guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Toroh.

c. Observasi

Data yang dikumpulkan dari hasil observasi siklus II meliputi data kemajuan belajar siswa, mulai dari tahap perencaaan dan pelaksanaan tindakan, kejadian yang direkam dalam bentuk catatan-catatan hasil observasi, dan didokumentasikan sebagai data-data penelitian.

d. Refleksi

Berdasarkan analisis data yang dilakukan dapat diketahui tingkat keberhasilan dari kegiatan tindakan kelas siklus II. Pada siklus ini yang menjadi target utama pencapaian pembelajaran menyanyikan puisi adalah peningkatan kemampuan siswa berekspresi dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi melalui teknik kolaborasi dengan membaca puisi pada siswa kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh. Pada siklus II ini diharapkan


(26)

semua siswa mampu menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisai secara ekspresif sesuai dengan isi puisi.

Dari uraian pelaksanaan penelitian tindakan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

K P RP S

R T R T

O O

Gambar 1 : Siklus penelitian Keterangan:

K = Kondisi awal R = Refleksi

P = Perencanaan RP = Rencana ulang

T = Tindakan S = Simpulan

O = Observasi D. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini berasal dari tes unjuk kerja menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi tanpa berkolaborasi dengan membaca puisi. Pembelajaran pratindakan sebagai data awal untuk melakukan tindakan siklus I dan data siklus I sebagai dasar melakukan siklus II berupa data kauantitatif. Sedangkan data kualitatif peneliti menggunakan hasil observasi atau pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan angket siswa setelah proses pembelajaran.


(27)

E. Teknik dan Alat Pengumpul Data 1. Teknik pengumpulan data

Ada beberapa teknik yang peneliti gunakan untuk memperoleh data, yaitu:

a. Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan peneliti dan observer mengamati siswa yang sedang melakukukan pembelajaran musikalisasi puisi. Observer dan peneliti mencatat segala permasalahan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.

Bogdan dalam Moehadjir (1996: 102) menjelaskan, bahwa dalam melakukan observasi kita harus dapat mendeskripsikan secara rinci berbagai kejadian bukan ringkasan atau opini dan mengutip pernyataan orang bukan meringkas apa yang dikatakan orang.

Ada beberapa hal yang perlu dideskripsikan, yaitu: (1) tampilan fisik siswa dan guru; (2) dialog sebagaimana yang terjadi dalam pembelajaran; (3) lingkungan fisik atau kelas dengan berbagai situasinya atau setting pembelajaran; dan (5) kejadian-kejadian khusus yang dilakukan oleh siswa ketika berinteraksi dengan sumber-sumber belajar; (6) berbagai aktivitas siswa dan guru dalam mengimplementasikan tahapan-tahapan model


(28)

pembelajaran, serta (7) hasil belajar siswa perlu dideskripsikan secara rinci, karena dalam penelitian kualitatif hasil belajar siswa merupakan bagian dari penelitian.

b. Angket

Angket yang berisi sepuluh pertanyaan berkaitan dengan kesulitan dan sikap siswa terhadap proses pembelajaran. Angket ini dibagikan dan diisi oleh siswa setelah proses pembelajaran siklus I. c. Tes

Tes yang digunakan adalah perbuatan (unjuk kerja) yang dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung. Tes tersebut merupakan tes unjuk kerja ketika pembelajaran berlangsung. Peneliti dapat memberikan motivasi belajar dan memberikan bantuan kepada siswa atau kelompok yang mendapatkan kesulitan. 2. Alat Pengumpulan Data

Alat yang peneliti gunakan untuk mengumpulkan data antara lain : a. Hasil unjuk kerja dalam menyanyikan puisi yang sudah

dimusikalisasi dengan ekspresi sesuai dengan nada dan irama yang telah dibangun.

b. Hasil pengamatan peneliti bersama observer selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Angket yang diisi siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.


(29)

F. Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari penelitian, peneliti menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil belajar siswa. Maksud pembandingan ini adalah perbandingan nilai yang diperoleh sebelum penelitian (data awal) dengan siklus pertama, serta nilai yang diperoleh siklus pertama dengan siklus kedua dan akhirnya perbandingan antara nilai yang diperoleh dari data awal dengan data akhir.


(30)

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas berupa peningkatan hasil belajar menyanyikan puisi dan kemampuan siswa berekspresi dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berkolaborasi membaca puisi di kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh tahun pelajaran 2016/2017 . Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua pertemuan . Pertemuan pertama digunakan untuk proses pembelajaran dan pertemuan kedua untuk penilaian. Penilain yang digunakan yaitu unjuk kerja, siswa berujuk kerja menyanyikan puisi dengan berkolaborasi membaca puisi. Sehingga peneliti tidak melampirkan hasil tes yang berupa lembar jawab, tetapi meneliti melampirkan foto-foto unjuk kerja siswa.

A. Hasil Refleksi Awal ( Prasiklus ) Hasil Belajar Siswa dalam Menanyikan Puisi

Hasil refleksi penampilan salah satu siswa sebelum adanya tindakan.

Foto 1: Siswa malu berekpresi ketika tampil sendiri

Hasil belajar pada tahap pratindakan berupa nilai tes unjuk kerja menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi sebelum menggunakan teknik


(31)

kolaborasi. Berikut ini hasil tes pratindakan menynyikan puisi yang sudah dimusikalisasi di kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh semester 1 tahun 2016/2017 terlihat pada tabel 1.

Tabel 2: Hasil Belajar Siswa dalam Menyanyikan Puisi Prasiklus.

No Nilai Frekuensi Bobot Skor Persentase

1 91 - 100 0 0 0%

2 81 - 90 5 430 14,71%

3 71 - 80 19 1458 55,88%

4 61 - 70 10 685 29,41%

5 51 - 60 0 0 0%

6 < 51 0 0 0%

34 2573 100%

Nilai rata-rata 2573/34 = 75,69

Sumber: Data Penelitian

Berdasarkan refleksi awal kemampuan siswa dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi masih memprihatinkan. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa memperoleh nilai rendah. Dari 34 siswa siswa memperoleh nilai kurang dari 91 - 100 tidak ada (0%) , nilai 81 - 90 sebanyak 5 siswa (14,71%), nilai 71-80 sebanyak 19 siswa (55,88%), nilai 61-70 sebanyak 10 siswa (29,41 %), nilai 51-60 tidak ada (0%), dan nilai < 50 tidak ada (0%). Jika dilihat dari ketuntasan (KKM: 78), siswa tuntas KKM 14 (41,18%), dengan rincian yang mendapat nilai 80 ada 9 siswa, 83 ada 2 siswa, 87 ada 2 siswa, dan 90 ada 1 siswa. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam grafik berikut.


(32)

Gambar 2 : Giagram batang hasil belajar prasiklus

Jika dilihat dari kemampuan penguasaan tiap komponen dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi tampak dalam tabel berikut. Tabel 3 : Persentase Penguasaan Per Komponen dalam Menyanyikan Puisi

No. Aspek yang Dinilai Bobot/Skoridal RerataSkor Persentase

1. Menentukan suasana puisi 10 8,265 82,65%

2. Kesesuaian Irama 10 7,853 78,53%

3. Ekspresi 10 6,588 65,88%

Total 30 21,38 75,69%

Sumber data : Hasil penelitian

Dari tabel di atas terlihat bahwa kemampuan siswa menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi hanya mencapai 71,27%, meliputi menentukan suasana 77,94%, kesesuaian dengan irama yang sudah dibangun 73,82%, dan ekspresi 62,08%. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam diagram batang berikut.


(33)

Gambar 3 : Diagram batang hasil belajar per komponen prasiklus B. Hasil Tindakan Siklus I

Hasil refleksi awal dijadikan sebagai dasar untuk melakukan tindakan dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi melalui teknik kolaborasi dengan membaca puisi. Teknik ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mengekpresikan isi puisi. Tindakan ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru bahasa Indonesia yang lain. Agar tindakan sesuai dengan harapan, peneliti melakukan berbagai persiapan, mulai dari perencanaan menyusun silabus dan RPP, pemilihan dan pengorganisasian materi ajar, pemilihan sumber belajar dan media, serta perencanaan untuk penilaian hasil belajar sampai dengan pelaksanaan pembelajaran.

Kegiatan siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama hari Senin tanggal 14 September 2015, jam pelajaran ke-2 sampai ke-4 (120 menit ). Pada siklus ini peneliti menggunakan puisi bersuasana sendu. Pertemuan pertama dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Siswa diajak mencermati model musikalisasi yang ditayangkan. 2. Siswa dan guru bertanya jawab tentang suasana puisi.


(34)

3. Siswa diajak menyanyikan bersama-sama puisi yang sudah dimusikalisasi.

4. Siswa membentuk kelompok

5. Siswa menerima satu puisi dari guru 6. Siswa mendiskusikan suasana puisi.

7. Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok, siswa yang lain menanggapi.

9. Siswa mendapat penguatan dari guru.

10. Siswa menerima soal menentukan suasana puisi secara perorangan 11. Siswa mengumpulkan hasil kerja menentukan suasana puisi secara

perongan.

12. Siswa mendapat arahan dari guru dan contoh musikalisasi melalui tayangan LCD untuk diyanyikan.

13. Siswa memilih alat musik yang sesuai untuk mengiringi puisi yang telah dipilih bersama kelompok.

14. Siswa secara berkelompok berlatih menyanyikan puisi berkolaborasi dengan membaca puisi diiringi musik.

15. Siswa mencoba menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi berkolaborasi dengan membaca puisi

16. Siswa dan guru memberi masukan/arahan 17. Siswa dan guru melakukan refleksi

18. Siswa mendapatkan tugas dari guru berlatih menyanyikan puisi diiringi alat musik yang telah ditentukan bersama kelompok.


(35)

Pertemuan kedua dilaksanakan hari Kamis tanggal 17 September 2015 jam pelaran ke-3 dan ke-4 ( 80 menit ). Pertemuan ini digunakan untuk penilain dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Siswa mempersiapkan alat musik dan puisi yang akan dinyanyikan. 3. Siswa dan guru bertanya jawab tentang suasana puisi dengan irama

musikalisasi puisi yang telah ditugaskan oleh guru.

4. Siswa secara berpasangan menyanyikan puisi berkolaborasi dengan membaca puisi diiringi musik yang telah disiapkan oleh kelompok. 5. Siswa yang lain bersama guru memberikan penilaian.

6. Guru menegaskan hasil pementasan musikalisai puisi 7. Siswa dan guru melakukan refleksi

8. Guru memberi tugas mencari sebuah puisi yang sudah dimusikalisasi sebagai pengayaan

Berikut ini salah satu penampilan siswa ketika berlatih menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi melalui teknik kolaborasi membaca puisi


(36)

Setiap langkah diidentifikasi kesulitan-kesulitan terjadi. Selanjutnya dicari solusi-solusi pada setiap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, terutama dalam menyanyikan puisi secara ekspresif . Kemudian siswa diberikan arahan-arahan yang operasional dan mudah dilaksanakan. Sehingga dapat memberikan kemudahan belajar bagi siswa dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi secara ekspresif.

Setelah dilakukan tindakan, dengan memperhatikan hasil observasi, angket siswa, dan hasil tes unjuk kerja siswa, peneliti melakukan diskusi dengan kolaborator. Berdasarkan hasil diskusi, teknik kolaborasi dapat membantu siswa lebih percaya diri, lebih berani berekspresi . Hal ini terlihat dari hasil unjuk kerja mereka. Pada siklus I ini tidak ada lagi siswa yang menyanyi tanpa ekspresi, meskipun kadang-kadang ekspresinya masih kaku dan kurang tepat. Kemampuan siswa berekspresi pun semakin tampak baik. Hal ini terlihat dari air muka, gerakan tangan, gerakan tubuh pada saat menyanyikan puisi. Siswa sudah berani memandang penonton, tidak menatap lantai atau langit-langit.

Tabel 4: Hasil Belajar Siswa dalam Menyanyikan Puisi setelah Dilakukan Tindakan Siklus I

No Nilai Frekuensi Bobot Skor Persentase

1 91 - 100 2 186 5,88%

2 81 - 90 13 1.112 38,24%

3 71 - 80 19 2.492 55,88%

4 61 - 70 0 0 0%

5 51 - 60 0 0 0%

6 < 51 0 0 0%

Total 34 2.790 100%


(37)

Sumber data : Hasil penelitian

Adapun deskripsi hasil belajar siwa tersebut tampak ada peningkatan nilai kinerja siswa. Rentang nilai 91-100 pada refleksi awal ( prasilkus ) tidak ditemukan, pada siklus I ada 2 siswa (5,88%). Rentang nilai 81-90 semula 5 siswa, kini menjadi 13 siswa (38,24 %). Rentang nilai 71-80 tidak mengalami kenaikan semula hanya 19 siswa kini tetap 19 siswa (55,88%). Rentang nilai 60-70 semula 10 siswa pada siklus I sudah tidak ditemukan lagi (0%). Siswa tuntas KKM pada prasiklus 14 orang. Setelah dilakukan tindakan Siklus I meningkat 29 orang (85,29 %), siswa tidak tuntas tinggal 5 orang (14,71%). Dengan demikian ketuntasan secara klasikal (85,50%) telah tercapai meskipun masih ada siswa yang belum tuntas secara pribadi. Berdasarkan deskripsi tersebut agar lebih jelas dapat dilihat dalam diagram berikut.

Gambar 4 : Diagram batang hasil belajar siklus I

Hasil penguasaan per komponen dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi terlihat dalam tabel berikut ini.


(38)

Tabel 5: Persentase Penguasaan Per Komponen dalam Menyanyikan Puisi No. Aspek yang Dinilai Bobot/Skor

ideal

Rerata Skor Persentase

1. Menentukan suasana puisi 10 8,53 85,29%

2. Kesesuaian Irama 10 8,26 82,65%

3. Ekspresi 10 7,58 75,88%

Total 30 24,37 81,27%

Sumber data : Hasil penelitian

Kemampuan per komponen dalam kegiatan menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi puisi juga mengalami peningkatan. Komponen menentukan suasana sebelum dilakukan tindakan sebesar 82,65% kini mejadi 85,29%. Komponen kesesuaian irama semula 78,53 % menjadi 82,65 %. Komponen ekspresi semula 65,88 % menjadi 75,88 %. Berdasarkan deskripsi tersebut agar lebih jelas dapat dilihat dalam diagram berikut.

Gambar 5 : Diagram batang per komponen siklus I

C. Hasil Tindakan Siklus II

Hasil refleksi dari hasil tindakan pada Siklus I kemudian didiskusikan dengan kolaborator. Selanjutnya, hasil tersebut dijadikan sebagai dasar untuk


(39)

melakukan tindakan berikutnya, yakni siklus II. Tindakan yang dilakukan dalam siklus II yaitu membantu siswa mengidentifikasi kekurangan-kekurangan mulai dari menentukan suasana puisi, memahami irama, cara menyesuaikan dengan alat musik, dan berekspresi sesuai dengan suasana/irama puisi. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, peneliti meberikan dorongan dan arahan kepada siswa agar mampu meningkatkan kemampuannya dalam berekspresi.

Untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuannya, peneliti memberikan beberapa model musikalisasi puisi. Berdasarkan model tersebut diharapkan siswa akan lebih total dalam berekpresi dan tidak malu atau canggung lagi. Pada siklus II peneliti tidak menggunakan media LCD, tetapi menggunakan laptop agar setiap kelompok lebih mudah dalam memahami dan berlatih musikalisasi puisi. Puisi yang peneliti sajikan juga berbeda dengan puisi siklus I. Peneliti menggunakan puisi bersuasana heroik. Dengan demikian beberapa kelemahan yang ada dapat diatasi.

Skenario dan proses pembelajaran siklus II sama dengan siklus I setiap kelompok beranggota 4-6 siswa, tetap menggunakan teknik kolaborasi dengan membaca puisi , tetapi puisi yang dinyanyikan berbeda dengan puisi yang telah dinyanyikan pada siklus I.

Siklus II juga dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan hari Senin tanggal 21 September 2015 jam pelajaran ke-2 sampai ke-4 ( 120 Menit). Peneliti menggunakan puisi bersuasana heroik. Pertemuan pertama dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(40)

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

2. Guru mengaitkan pengalaman siswa dengan materi pembelajaran tentang musikalisasi puisi.

3. Siswa diajak mencermati model musikalisasi yang ditayangkan. 4. Siswa dan guru bertanya jawab tentang suasana puisi.

5. Siswa diajak menyanyikan bersama-sama puisi yang sudah dimusikalisasi.

6. Siswa membentuk kelompok

7. Siswa menerima satu puisi dari guru 8. Siswa mendiskusikan suasana puisi.

9. Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok, siswa yang lain menanggapi.

10. Siswa mendapat penguatan dari guru.

11. Siswa menerima soal menentukan suasana puisi secara perorangan 12.Siswa mengumpulkan hasil kerja menentukan suasana puisi secara

perongan.

13. Siswa mendapat arahan dan contoh musikalisasi melalui laptop dari guru untuk diyanyikan.

14. Siswa memilih alat musik yang sesuai untuk mengiringi puisi yang telah dipilih bersama kelompok.

15. Siswa secara berkelompok berlatih menyanyikan puisi berkolaborasi dengan membaca puisi diiringi musik.


(41)

16. Siswa mencoba menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi berkolaborasi dengan membaca puisi

17. Siswa dan guru memberi masukan/arahan 18. Siswa dan guru melakukan refleksi

19. Siswa mendapatkan tugas dari guru berlatih menyanyikan puisi diiringi alat musik yang telah ditentukan bersama kelompok.

Pertemuan kedua dilaksanakan hari Kamis tanggal 28 September 2015 jam pelaran ke-3 dan ke-4 ( 80 menit ). Pertemuan ini digunakan untuk penilain dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Siswa mempersiapkan alat musik dan puisi yang akan dinyanyikan. 3. Siswa dan guru bertanya jawab tentang suasana puisi dengan irama

musikalisasi puisi yang telah ditugaskan oleh guru.

4. Siswa secara berpasangan menyanyikan puisi berkolaborasi dengan membaca puisi diiringi musik yang telah disiapkan oleh kelompok. 5. Siswa yang lain bersama guru memberikan penilaian.

6. Guru menegaskan hasil pementasan musikalisai puisi 7. Siswa dan guru melakukan refleksi

8. Guru memberi tugas mencari sebuah puisi yang sudah dimusikalisasi sebagai pengayaan

Berikut ini merupakan salah satu penampilan siswa ketika penilaian menyanyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi melalui teknik kolaborasi membaca puisi.


(42)

Foto 3 : Siswa berkolaborasi menyanyikandengan membaca puisi

Hasil tes unjuk kerja siswa dalam menyanyikan puisi setelah dilakukan tindakan pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6: Prestasi Belajar Siswa dalam Menyanyikan Puisi setelah Dilakukan Tindakan Siklus II

No Nilai Frekuensi Persentase

1 91 - 100 6 17,65%

2 81 - 90 17 50,00%

3 71 - 80 11 32,35%

4 61 - 70 0 0%

5 51 - 60 0 0%

6 < 51 0 0%

Total 34 100%

Sumber data : Hasil penelitian

Setelah dilakukan siklus II, kemampuan siswa dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi mengalami peningkatan. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut rentang nilai 91-100 pada siklus I ada 2 siswa bertambah menjadi 6 siswa atau sekitar 17,65 %. Rentang nilai 81-90 semula 13 siswa kini menjadi 17 siswa (50,00 %). Rentang nilai 71-80 semula 19 siswa pada sikluas II tinggal 11 (32,35 %). Rentang nilai 61-70 sudah kini tidak ditemukan lagi. Ketuntasan belajar musikalisasi puisi 78 , siswa yang mendapat nilai kurang dari 78 sudah tidak ada lagi bahkan nilai terendah 80.


(43)

Dengan demikian semua siswa telah mencapai ketuntasan (100%) dengan rata-rata kelas 84,71. Berdasarkan deskripsi tersebut agar lebih jelas dapat dilihat dalam diagram berikut.

Gambar 6 : Diagram batang hasil belajar siklus II

Hasil penguasaan per komponen dalam menyanyikan puisi yang sudah dimukalisasi secara ekspresif terlihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 7: Persentase Penguasaan Per Komponen Menyanyikan Puisi pada Siklus II No. Aspek yang Dinilai Bobot/Skor ideal Rerata Skor Persentase

1. Menentukan suasana puisi 10 8,74 87,35%

2. Kesesuaian Irama 10 8,41 84,12%

3. Ekspresi 10 8,26 82,65%

Total 30 25,41 84,71%

Sumber data : Hasil penelitian

Penguasaan per komponen dalam kegiatan menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi puisi juga mengalami peningkatan. Komponen menentukan suasana pada siklus 1 sebesar 82,29 % kini dalam siklus 2 menjadi 87,35%. Komponen kesesuaian irama dalam siklus 1 semula 82,65 % dalam siklus 2


(44)

menjadi 84,12 %. Komponen ekspresi dalam siklus 1 semula 75,88 % menjadi 82,65%. Berdasarkan deskripsi tersebut agar lebih jelas dapat dilihat dalam diagram berikut.

Gambar 7 : Diagram batang per komponen siklus II

D. Perubahan Hasil Belajar dan Penguasaan Per Komponen dalam Menyanyikan Puisi dari Siklus ke Siklus

Selanjutnya hasil refleksi akhir dapat dilihat peningkatan yang lebih jelas kemampuan siswa dan penguasaan per komponen dari mulai tes unjuk kerja awal, siklus I, dan siklus II dapat digambarkan seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 8: Perubahan Hasil Belajar Siswa dalam Menyanyikan Puisi dari Awal, Hasil Siklus I, dan Siklus II

No Rentang Nilai Kondisi Awal Siklus I Siklus II

1 91-100 0 2 6

2 81-90 5 13 17

3 71-80 19 19 11

4 61-70 10 0 0


(45)

6 <51 0 0 0 Sumber data : Hasil penelitian

Perubahan prestasi siswa dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusiklalsasi pada kondisi awal mencapai nilai 91-100 tidak ada, pada siklus I ada 2 siswa, dan pada siklus II meningkat menjadi 6 siswa. Pada kondisi awal siswa mencapai nilai 81-90 ada 5 siswa, pada siklus I bertambah menjadi 13 siswa, dan pada siklus II ada 17 siswa .Siswa mencapai rentang nilai 71-80 pada kondisi awal ada 19 orang, pada siklus I tetap 19 siswa, dan pada siklus II 11 siswa. Rentang nilai 61-70 pada kondisi awal 10 siswa, siklus sudah tidak ada, siklus II juga tidak ada. Berdasarkan deskripsi tersebut agar lebih jelas dapat dilihat dalam diagram berikut.

Gambar 8 : Hasil belajar siswa

Tabel 9: Penguasaan Per Komponen dalam Menyanyikan Puisi dari Awal, Hasil Siklus I, dan Siklus II


(46)

No. Aspek yang Dinilai Kondisi Awal Siklus I Siklus II

1. Menentukan suasana puisi 82,65% 85,29% 87,35%

2. Kesesuaian Irama 78,53% 82,65% 84,12%

3. Ekspresi 65,88% 75,88% 82,65%

Total 75,69% 81,27% 84,71%

Sumber data : Hasil penelitian

Dari tabel tersebut tampak bahwa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyanyikan puisi. Komponen dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi aspek menentukan suasana puisi sebelum tindakan sebesar 82,65%, setelah tindakan siklus I menjadi 85,29% dan setelah tindakan siklus II meningkat lagi menjadi 87,35 %. Aspek kesesuaian dengan irama yang sudah dibangun sebelum tindakan 78,53%, setelah tindakan siklus I menjadi 82,65%, dan setelah siklus II meningkat lagi menjadi 84,35%. Dalam aspek eskpresi sebelum tindakan 65,88% , setelah tindakan I meningkat menjadi 75,88%, dan tindakan siklus II meningkat lagi menjadi 82,65%. Supaya lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut.


(47)

E. Hasil Angket

Berdasarkan hasil angket yang peneliti berikan kepada siswa kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh tahun pelajaran 2016/2017 setelah pembelajaran menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi malalui teknik kolaborasi membaca puisi diperoleh data sebagai berikut:

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah kamu sering mendengarkan lagu-lagu pop ? 30 4 2. Apakah kamu pernah menyanyikan lagu-lagu pop? 34 0 3. Apakah kamu senang dengan pembelajaran musikalisasi

puisi? 34 0

4. Apakah kamu tahu isi, nada,dan suasana lirik lagu yang

kamu nyanyikan? 30 4

5. Apakah kamu mengalami kesulitan dalam menentukan isi,

nada, dan suasana, puisi? 9 25

6. Apakah kamu dapat menyanyikan puisi yang sudah

dimusikalisai sesuai dengan irama yang sudah dibangun? 34 0 7. Apakah kamu menyanyikan puisi secara ekspresif sesuai

dengan isi, nada, dan suasana/irama yang sudah dibangun? 28 6 8. Apakah kamu kesulitan dalam menyanyikan puisi secara

ekspresif? 6 28

9. Apakah dengan adanya teman puisi dapat menambah

keberaniamu dalam berskpresi? 34 0


(48)

dapat meningkatkan kemampuanmu berekspresi?

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi secara ekspresif di kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh tahun pelajaran 2016/2017 meningkat 9,02%. Peningkatan tersebut dicapai setelah dilakukan tindakan kelas yang meliputi siklus I dan siklus II melalui teknik kolaborasi dengan membaca puisi. Hal ini dihitung berdasarkan nilai rata-rata pada tahap pratindakan 75,69, pada siklus I nilai rata meningkat 81,27, meningkat 5.58. Pada siklus II nilai rata-rata 84,71 meningkat 3,44. Jadi peningkatan keseluruhan dari prasiklus, siklus I, dan sklus II mencapai 9,02.

Kemampuan berekspresi dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalsai siswa kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh Tahun Pelajaran 2016/2017 mengalami perubahan sikap, perilaku, dan kreativitas mengalami peningkatan ke arah lebih


(49)

baik, yaitu siswa mulanya tidak berani berekspresi dalam menyanyikan puisi menjadi lebih ekspresif, setelah mendapatkan pembelajaran menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi melalui teknik kolaborasi dengan membaca puisi.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut.

1. Pembelajaran menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan teknik kolaborasi dengan membaca puisi dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat.

2. Untuk memperoleh pembelajaran yang efektif, guru perlu memilih teknik yang tepat, salah satunya adalah pembelajaran musikalisasi puisi dengan teknik kolaborasi.

3. Peneliti yang mengembangkan penelitian tentang musikalisasi dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan dan pembanding hasil penelitian.

4. Lembaga pendidikan hendaknya menjadikan hasil penelitian ini sebagai dasar dalam pengambilan keputusan program-program pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran musikalisasi puisi.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani.1994. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ari KPIN. 2008. Musikalisasi Puisi. Yogyakarta: Hikayat.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asfandiyar Yudha, A.2010. Cara Pintar Mendongeng. Bandung : PT Mirzan Pustaka.

Barkley, Elizabert E. dkk. 2014.Teknik-Teknik Pembelajaran Kolaboratif. Bandung: Nusa Media.

Banoe, Pono. (2003). Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius

Danardana, Agus Sri. 2013. Pelangi Sastra Ulasan dan Model-model Apresiasi. Pekanbaru: Palagan Pers.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Depdiknas.


(51)

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Efendi, Anwar dkk. 1998. Pengajaran Apresiasi Sastra. Jakarta:Universitas

Terbuka.

Jacob Sumarjo dan Siaini KM. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Bandung: Mitra Kencana.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual(Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapanya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Pili, Cifor. 2005. Inovasi Pengelolaan Kolaboratif Kawasan Konservasi di Indonesia Melalui Pembelajaran Bersama Masyarakat. Bogor: Pusat Informasi Lingkungan Indonesia.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Beberapa Teori Sastra,Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sayuti, Suminto A. 2008. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media. Soehardjo, A.J. 2005. Pendidikan Seni: Dari Konep sampai Program. Malang:

Jurusan Seni dan Desain Fak. Sastra UM.


(52)

Sujana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Tjahjono, Tengsoe. 2011. Mendaki Gunung Puisi Ke Arah Kegiatan Apresiasi. Cetakan 1. Malang : Banyu Media Publishing.

UU No.20.2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Diknas. Waluyo, Herman J.2003. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta : Erlangga.


(1)

E. Hasil Angket

Berdasarkan hasil angket yang peneliti berikan kepada siswa kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh tahun pelajaran 2016/2017 setelah pembelajaran menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi malalui teknik kolaborasi membaca puisi diperoleh data sebagai berikut:

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah kamu sering mendengarkan lagu-lagu pop ? 30 4 2. Apakah kamu pernah menyanyikan lagu-lagu pop? 34 0 3. Apakah kamu senang dengan pembelajaran musikalisasi

puisi? 34 0

4. Apakah kamu tahu isi, nada,dan suasana lirik lagu yang

kamu nyanyikan? 30 4

5. Apakah kamu mengalami kesulitan dalam menentukan isi,

nada, dan suasana, puisi? 9 25

6. Apakah kamu dapat menyanyikan puisi yang sudah

dimusikalisai sesuai dengan irama yang sudah dibangun? 34 0 7. Apakah kamu menyanyikan puisi secara ekspresif sesuai

dengan isi, nada, dan suasana/irama yang sudah dibangun? 28 6 8. Apakah kamu kesulitan dalam menyanyikan puisi secara

ekspresif? 6 28

9. Apakah dengan adanya teman puisi dapat menambah

keberaniamu dalam berskpresi? 34 0


(2)

dapat meningkatkan kemampuanmu berekspresi?

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi secara ekspresif di kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh tahun pelajaran 2016/2017 meningkat 9,02%. Peningkatan tersebut dicapai setelah dilakukan tindakan kelas yang meliputi siklus I dan siklus II melalui teknik kolaborasi dengan membaca puisi. Hal ini dihitung berdasarkan nilai rata-rata pada tahap pratindakan 75,69, pada siklus I nilai rata meningkat 81,27, meningkat 5.58. Pada siklus II nilai rata-rata 84,71 meningkat 3,44. Jadi peningkatan keseluruhan dari prasiklus, siklus I, dan sklus II mencapai 9,02.

Kemampuan berekspresi dalam menyanyikan puisi yang sudah dimusikalsai siswa kelas IX J SMP Negeri 2 Toroh Tahun Pelajaran 2016/2017 mengalami perubahan sikap, perilaku, dan kreativitas mengalami peningkatan ke arah lebih


(3)

baik, yaitu siswa mulanya tidak berani berekspresi dalam menyanyikan puisi menjadi lebih ekspresif, setelah mendapatkan pembelajaran menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi melalui teknik kolaborasi dengan membaca puisi.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut.

1. Pembelajaran menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan teknik kolaborasi dengan membaca puisi dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat.

2. Untuk memperoleh pembelajaran yang efektif, guru perlu memilih teknik yang tepat, salah satunya adalah pembelajaran musikalisasi puisi dengan teknik kolaborasi.

3. Peneliti yang mengembangkan penelitian tentang musikalisasi dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan dan pembanding hasil penelitian.

4. Lembaga pendidikan hendaknya menjadikan hasil penelitian ini sebagai dasar dalam pengambilan keputusan program-program pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran musikalisasi puisi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani.1994. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ari KPIN. 2008. Musikalisasi Puisi. Yogyakarta: Hikayat.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asfandiyar Yudha, A.2010. Cara Pintar Mendongeng. Bandung : PT Mirzan Pustaka.

Barkley, Elizabert E. dkk. 2014.Teknik-Teknik Pembelajaran Kolaboratif. Bandung: Nusa Media.

Banoe, Pono. (2003). Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius

Danardana, Agus Sri. 2013. Pelangi Sastra Ulasan dan Model-model Apresiasi. Pekanbaru: Palagan Pers.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Depdiknas.


(5)

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Efendi, Anwar dkk. 1998. Pengajaran Apresiasi Sastra. Jakarta:Universitas

Terbuka.

Jacob Sumarjo dan Siaini KM. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Bandung: Mitra Kencana.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual(Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapanya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Pili, Cifor. 2005. Inovasi Pengelolaan Kolaboratif Kawasan Konservasi di Indonesia Melalui Pembelajaran Bersama Masyarakat. Bogor: Pusat Informasi Lingkungan Indonesia.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Beberapa Teori Sastra,Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sayuti, Suminto A. 2008. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media. Soehardjo, A.J. 2005. Pendidikan Seni: Dari Konep sampai Program. Malang:

Jurusan Seni dan Desain Fak. Sastra UM.


(6)

Sujana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Tjahjono, Tengsoe. 2011. Mendaki Gunung Puisi Ke Arah Kegiatan Apresiasi. Cetakan 1. Malang : Banyu Media Publishing.

UU No.20.2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Diknas. Waluyo, Herman J.2003. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta : Erlangga.