Identifikasi Spesies Cacing Tanah Pengambilan Sampel Tanah Sampel Cacing Tanah pada Media Percobaan Aplikasi Peranan Cacing Tanah Jenis Bioindikator

sekunder dan 2 perlakuan menggunakan tanah agroforetstri kopi. Masing-masing perlakuan dengan 5 kali ulangan Tabel 1 . Tabel 1 . Perlakuan peranan jenis cacing tanah bioindikator pada tanah hutan sekunder dan agroforestri kopi Hutan Sekunder Agroforestri Kopi P1 = Tanah + serasah Kontrol K1 = Tanah + serasah Kontrol P2 = Tanah + serasah + cacing tanah A K2 = Tanah + serasah + cacing tanah A P3 = Tanah + serasah + cacing tanah B Cacing tanah A = Pontoscolex corethrurus, cacing tanah B = Pheretima sp.

3.4 Prosedur Penelitian a. Pengambilan Sampel Cacing Tanah

Pengambilan sampel cacing tanah dilakukan pada pukul 06.00 - 09.00 WIB. Pada masing-masing areal dibuat sebanyak 15 plot menggunakan bingkai besi berukuran 25 x 25 cm, dengan jarak antara setiap kuadrat 10 m Huising et al. 2008 Gambar 3. Tanah dari tiap kuadrat diambil menggunakan cangkul hingga kedalaman 20 cm dan dimasukkan ke dalam goni. Selanjutnya tanah langsung disortir untuk mendapatkan cacing tanah. Cacing tanah yang didapat, dikumpulkan dan dibersihkan dengan air serta dihitung jumlahnya, kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan diawetkan dengan alkohol 70, selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi, dihitung jumlah individu dari masing-masing jenis yang didapat Lampiran 3. Gambar 3 .Peletakan plot pengambilan sampel cacing tanah

b. Identifikasi Spesies Cacing Tanah

Sampel cacing tanah yang telah diawetkan kemudian dikelompokkan sesuai dengan jenisnya, selanjutnya dideterminasi dan diidentifikasi dengan melihat morfologi menggunakan mikroskop stereo. Identifikasi dilakukan menggunakan Universitas Sumatera Utara beberapa buku acuan seperti; Stephenson 1923, Edwards Lofty 1977, Fender Fender 1990, James 1990, Suin 1997.

c. Pengambilan Sampel Tanah

Sampel tanah diambil dari lahan hutan sekunder dan agroforestri kopi secara zig-zag hingga kedalaman 20 cm, kemudian dimasukkan ke dalam goni. Setelah itu tanah di kompositkan dan dicampurkan merata untuk dibawa ke laboratorium.

d. Sampel Cacing Tanah pada Media Percobaan

Cacing tanah yang digunakan adalah cacing tanah dewasa klitelum terlihat jelas dengan berat 800 – 1000 mg yang merupakan jenis bioindikator pada hutan sekunder dan agroforestri kopi.

e. Aplikasi Peranan Cacing Tanah Jenis Bioindikator

Tanah hutan sekunder dan agroforestri kopi yang telah dikompositkan, dimasukkan ke dalam setiap ember sebanyak 900 gram kemudian ditambahkan serasah yang telah dicacah seberat 50 gram setiap 10 hari sekali sebagai sumber makanan bagi cacing tanah. Setiap ember yang telah berisi media perlakuan diisi dengan 5 ekor cacing tanah bioindikator, kemudian ditutup dengan kain kassa warna hitam agar cacing tanah tidak keluar dan tetap aktif dalam memanfaatkan media. Penyiraman dilakukan setiap tiga hari sekali untuk menjaga kelembaban media. Kondisi sifat fisik dan kimia media, seperti kelembaban, suhu dan pH media diperiksa setiap tiga hari antara pukul 09.00-11.00 WIB. Pengamatan berat, panjang dan produktivitas cacing tanah dilakukan dengan menimbang, mengukur dan menghitung jumlah kokon dan juvenil cacing tanah yang dikeluarkan dari tiap media perlakuan setiap sepuluh hari Lampiran 3. Pengamatan peranan cacing tanah bioindikator dalam mengubah unsur hara tanah dilakukan dengan mengambil tanah dari setiap media perlakuan untuk analisis unsur hara tanah di laboratorium. Pengamatan berat dan produktivitas cacing tanah pada setiap media dan peranan cacing tanah bioindikator dalam meningkatkan kesuburan tanah dilakukan selama dua bulan ± 60 hari. Unsur hara tanah pada tiap media yang diukur adalah C-organik, N-total, CN, P 2 O 5 dan K 2 O. Universitas Sumatera Utara

3.5 Pengukuran Sifat Fisik dan Kimia Tanah