di permukaan tanah pada waktu malam hari ketika suhu tidak melebihi 10,5
°
C Wallwork 1970.
b. Kelembaban
Kelembaban tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi curah hujan Lubis 1989. Cacing tanah mengandung air 75 – 90 dari berat tubuhnya Minnich 1977,
Lubis 1989, sehingga kelembaban adalah faktor pembatas utama bagi pertumbuhan cacing tanah Handayanto Hairiah 2007. Cacing tanah selalu
hidup dekat dengan sumber makanannya pada kondisi yang lembab Hairiah et al. 2004a. Laju pertumbuhan cacing tanah tertinggi terdapat pada
kelembaban 75 Gunadi et al. 2003. Kebutuhan cacing tanah terhadap kelembaban tanah berbeda pada tiap
spesies. Kelembaban tanah yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah akan mengakibatkan kematian bagi cacing tanah. Pada kelembaban terlalu tinggi,
cacing tanah berwarna pucat dan kemudian mati, sedangkan pada kelembaban terlalu rendah, cacing tanah akan masuk kedalam tanah dan berhenti makan yang
kemudian mati Lubis 1989.
c. pH
pH menyatakan banyaknya konsentrasi ion H
+
dan ion OH
+
di dalam tanah. Kebanyakan tanah di Indonesia bersifat asam dengan pH 4,0 - 5,5, sehingga tanah
dengan pH 6,0 - 6,5 sering dikatakan bersifat netral Handayanto Hairiah 2007. Cacing tanah sangat sensitif terhadap keasaman tanah, sehingga keasaman tanah
sangat mempengaruhi populasi dan aktivitas cacing tanah. pH merupakan faktor pembatas dalam penyebaran cacing tanah dan setiap jenis cacing tanah memiliki
tingkat preferensi yang berbeda terhadap pH tanah Edward Lofty 1977. Menurut Hanafiah et al. 2005, cacing tanah tumbuh baik pada pH sekitar
6,0 - 7,2, sedangkan Fender Fender 1990 menyatakan bahwa umumnya cacing tanah hidup pada pH 4,5 – 6,6, namun dengan bahan organik tanah yang
tinggi, cacing tanah mampu berkembang pada pH 3.
d. Bahan Organik
Kandungan bahan organik pada tanah membedakan antara tanah organik dan tanah mineral Hardjowigeno 1993. Bahan organik tanah sangat besar
Universitas Sumatera Utara
pengaruhnya terhadap perkembangan populasi cacing tanah karena bahan organik yang terdapat di tanah sangat diperlukan untuk melanjutkan
kehidupannya Lee 1985. Kotoran hewan dan pelapukan daun-daunan merupakan sumber bahan organik yang biasanya baik untuk pembiakan cacing
tanah Edward Lofty 1977. Kadar organik tanah akan mempengaruhi cacing tanah, terkait dengan
sumber nutrisinya. Pada tanah yang miskin bahan organik hanya sedikit jumlah cacing tanah yang dijumpai, namun jika cacing tanah sedikit sedangkan bahan
organik segar banyak, pelapukannya akan terhambat kemudian dilakukan introduksi cacing tanah agar akumulasi tidak terjadi lagi Hanafiah et al. 2005.
Sebagian besar bahan mineral yang dicerna cacing tanah dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk kotoran kasting yang lebih tersedia bagi tanaman. Kasting
memiliki kandungan Ca, Mg, dan K Edwards Lofty 1977. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto 2010 diperoleh bahwa
bahan organik sisa tanaman dapat meningkatkan populasi cacing tanah Ponthoscolex corenthrurus sedangkan menurut Tim Sintesis Kebijakan 2008,
bahwa pemberian inokulan cacing tanah dapat meningkatkan P tersedia tanah dan jumlah kation, menurunkan CN, mengeliminir Al dalam tanah, meningkatkan
ruang pori total, menurunkan bulk density, serta meningkatkan pori drainase dan permeabilitas tanah
2.4 Peranan Cacing Tanah