Peranan Cacing Tanah TINJAUAN PUSTAKA

pengaruhnya terhadap perkembangan populasi cacing tanah karena bahan organik yang terdapat di tanah sangat diperlukan untuk melanjutkan kehidupannya Lee 1985. Kotoran hewan dan pelapukan daun-daunan merupakan sumber bahan organik yang biasanya baik untuk pembiakan cacing tanah Edward Lofty 1977. Kadar organik tanah akan mempengaruhi cacing tanah, terkait dengan sumber nutrisinya. Pada tanah yang miskin bahan organik hanya sedikit jumlah cacing tanah yang dijumpai, namun jika cacing tanah sedikit sedangkan bahan organik segar banyak, pelapukannya akan terhambat kemudian dilakukan introduksi cacing tanah agar akumulasi tidak terjadi lagi Hanafiah et al. 2005. Sebagian besar bahan mineral yang dicerna cacing tanah dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk kotoran kasting yang lebih tersedia bagi tanaman. Kasting memiliki kandungan Ca, Mg, dan K Edwards Lofty 1977. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto 2010 diperoleh bahwa bahan organik sisa tanaman dapat meningkatkan populasi cacing tanah Ponthoscolex corenthrurus sedangkan menurut Tim Sintesis Kebijakan 2008, bahwa pemberian inokulan cacing tanah dapat meningkatkan P tersedia tanah dan jumlah kation, menurunkan CN, mengeliminir Al dalam tanah, meningkatkan ruang pori total, menurunkan bulk density, serta meningkatkan pori drainase dan permeabilitas tanah

2.4 Peranan Cacing Tanah

Peran cacing tanah sebagai bioamelioran jasad hayati penyubur dan penyehat tanah terutama melalui kemampuannya dalam memperbaiki sifat-sifat tanah, seperti ketersediaan hara, dekomposisi bahan organik, pelapukan mineral, sehingga mampu meningkatkan produktivitas tanah Hanafiah et al. 2005. Cacing tanah juga berperan dalam meningkatkan infiltrasi air dan drainase tanah Hieronymus 2010. Menurut Hieronymus 2010, peranan cacing tanah akibat dari aktifitasnya dibedakan secara biologi, kimia dan fisika. Secara biologi cacing tanah mengubah bahan organik menjadi humus untuk memperbaiki kesuburan tanah, yaitu dengan Universitas Sumatera Utara membawa bahan organik ke bagian bawah tanah untuk makanan dan memperkuat liangnya dan menghasilkan kotoran kasting yang mengandung 40 humus dibanding tanah tempat cacing tersebut hidup. Secara kimia, bahan organik mati dicerna cacing yang kemudian disekresikan dalam bentuk kasting di atas permukaan tanah. Secara fisik, cacing menjaga liang-liangnya sehingga memungkinkan berlangsungnya proses aerasi dan drainase. Pembentukan pori-pori tanah dilakukan oleh cacing tanah melalui kegiatan penggalian terowongan. Pori-pori pada tanah dapat meningkatkan daya serap tanah dalam menyerap air pada waktu hujan dan erosi tanah menjadi berkurang, oleh sebab itu persediaan air dalam tanah akan lebih teratur, sehingga menjamin pertumbuhan tanaman Lubis 1989. Pori-pori dari galian cacing tanah akan memperbaiki aerasi tanah sehingga aktivitas respirasi akar tanaman maupun organisme aerob dapat berlangsung dengan baik Subowo 2002. Pertumbuhan tanaman yang baik akan menyebabkan daun-daun tumbuhan lebih baik. Apabila daun-daun yang telah tua jatuh akan menjadi humus sehingga secara langsung cacing tanah mengurangi banjir pada saat hujan dan menjaga persedian air pada musim kering Hairiah et al. 2004b. Tanah dengan kepadatan populasi cacing tanah yang tinggi akan menjadi subur karena cacing tanah mencampur dan menghancurkan partikel-partikel mineral menjadi unit-unit yang lebih kecil dan membantu percampuran antara tanah lapisan atas dan bawah. Hal tersebut mengakibatkan distribusi dan siklus C-organik lebih lama berada di tanah Subowo 2002. Cacing tanah menghasilkan kotoran kasting yang memiliki kandungan hara dan C yang tinggi dibanding tanah karena mengandung suatu campuran mineral tanah dan bahan-bahan organik yang terdekomposisi Hieronymus 2010. Menurut Lubis 1989, kasting cacing dan tanah yang banyak cacing tanah memiliki pertukaran basa lebih tinggi, Ca, Mg, K dan P tersedia lebih banyak dari pada tanah tanpa cacing tanah. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel cacing tanah untuk populasi cacing tanah dilakukan pada bulan Januari 2013. Tempat pengambilan sampel cacing tanah dan tanah di lahan hutan sekunder dan agroforestri kopi di Desa Kutagugung Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo Lampiran 2. Analisis sampel cacing tanah dan aplikasi peranan jenis cacing tanah bioindikator terhadap kesuburan tanah dilakukan pada bulan Februari – Mei 2013 di Laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3.2 Deskripsi Lokasi

Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo berada di sekitar 98°25’ Bujur Timur dan 03°12’ Lintang Utara. Luas wilayah kecamatan Naman Teran adalah 87,82 Km 2 atau 4,13 dari total luas Kabupaten Karo. Kecamatan Merdeka terletak di sebelah Timur dan Kecamatan Tiganderket di sebelah Barat. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang, sedangkan sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat dan Payung BPS Kabupaten Karo 2012b.

a. Hutan sekunder

Hutan sekunder berada pada koordinat N 03°11’29,8’’ dan E 098°23’16,4” Gambar 2. Hutan sekunder terletak di kaki Gunung Sinabung pada ketinggian 1400 - 1500 mdpl. Terdapat beberapa tumbuhan pohon di lokasi hutan sekunder ini, yaitu anggota famili Lauraceae Neocinnamomum sp. dan Litsea sp., Fagaceae Castanopsis sp. dan Lithocarpus sp., Myrtaceae Eugenia sp., Euphorbiaceae Macaranga tanaria, Anacardiaceae Buchanania sp., Clusiaceae Universitas Sumatera Utara