BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Cacing Tanah yang Ditemukan
Cacing tanah yang ditemukan di hutan sekunder dan agroforestri kopi Desa Kutagugung Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo adalah 4 spesies, yaitu
Amynthas sp., Peryonix sp., Pheretima sp., dan Pontoscolex corethrurus.
a. Amynthas sp.
Panjang tubuh 6 - 16,8 cm, diameter 3,5 - 4,2 mm, jumlah segmen 71 – 130, warna merahtua; Tipe prostomium epilobus; Klitelum di segmen 14 – 16
berbentuk annular berwarna keputih-putihan; Seta tipe perisetin; Lubang kelamin jantan di segmen 18, lubang kelamin betina di segmen 14 Gambar 4.
a a
b b
c c
Gambar 4 . Cacing Amynthas sp.: morfologi tubuh a, prostomium tipe epilobus
b, klitelum berbentuk annular c.
Universitas Sumatera Utara
b. Peryonix sp.
Panjang tubuh 6 - 13,2 cm, diameter 3 - 5 mm, jumlah segmen 75 – 165, warna cokelat kehitaman; Tipe prostomium epilobus; Klitelum di segmen 13 dan 17
berbentuk sadel menebal; Seta tipe perisetin Gambar 5.
a a
b b
c c
Gambar 5 . Cacing Peryonix sp.: morfologi tubuh a, prostomium tipe epilobus
b, klitelum berbentuk sadel c.
Universitas Sumatera Utara
c. Pheretima sp.
Panjang tubuh 8,6 - 15,5 cm, diameter 3 - 5 mm, jumlah segmen 93 - 125, warna coklat keunguan; Prostomium tipe prolobus; Klitelum di segmen 13 dan 14
berbentuk annular; Seta tipe perisitin; Lubang kelamin jantan di segmen 18, lubang kelamin betina di segmen 14 Gambar 6.
a a
b b
c c
Gambar 6 . Cacing Pheretima sp.: morfologi tubuh a, prostomium tipe epilobus
b, klitelum berbentuk annular c.
Universitas Sumatera Utara
d. Pontoscolex corethrurus
Panjang tubuh 5,2 - 14,4 cm, diameter 2,5 - 3,5 mm, jumlah segmen 102 - 220, warna keputih-putihan dengan sedikit kecoklatan; Tipe prostomium prolobus;
Klitelum 7 segmen 13 - 20, 14 - 21 dan 15 – 22 berbentuk sadel menebal berwarna kekuningan; Seta 8 tiap segmen tipe lumbrisin di bagian dorsal;
Lubang kelamin jantan di segmen 23 Gambar 7.
a a
b b
c c
Gambar 7 . Cacing P. corethrurus: morfologi tubuh a, prostomium tipe prolobus
b, klitelum berbentuk sadel c.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Populasi Cacing Tanah
Total individu cacing tanah yang dikoleksi adalah 340 individu. Total individu tertinggi terdapat di agroforestri kopi 266 individu dan di hutan sekunder 74
individu. Jumlah genus dan spesies tertinggi terdapat di agroforestri kopi adalah 4 dan di hutan sekunder 3 Tabel 3.
Tabel 3 . Jumlah individu genus dan spesies cacing tanah pada dua lokasi
penelitian IndividuGenusSpesies
Lokasi Hutan sekunder
Agroforestri kopi Jumlah total individu
74 266
Jumlah genus 3
4 Jumlah spesies
3 4
Cacing tanah Amynthas sp., Pheretima sp. dan Pontoscolex corethrurus ditemukan di kedua lokasi, sedangkan Peryonix sp. hanya ditemukan di
agroforestri kopi Tabel 4. Jenis spesies yang ditemukan di agroforestri kopi lebih banyak dari jenis spesies di hutan sekunder. Hal ini diduga terjadi karena
masuknya spesies eksotis Peryonix sp. akibat adanya aktifitas penggunaan lahan yang lebih tinggi di agroforestri kopi seperti saat pemeliharaan lahan dan
pemberian pupuk. Selden et al. 2005 menyatakan bahwa Peryonix sp. merupakan cacing pemakan sampah organik di permukaan tanah, tersebar di
pegunungan Himalaya sampai Asia Tenggara. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi 2007 di Sumberjaya Lampung Barat mengenai alih
guna lahan hutan menjadi pertanian dan peran sistem agroforestri kopi dalam mempertahankan diversitas cacing tanah, diperoleh bahwa jenis cacing tanah di
agroforestri kopi lebih tinggi daripada hutan, namun hasil ini tidak sesuai dengan pernyataan Lavelle et al. 1997 yang menyatakan bahwa perubahan fungsi lahan
hutan menjadi pertanian akan menurunkan keanekaragaman jenis cacing tanah.
Tabel 4
. Cacing tanah yang ditemukan pada dua lokasi penelitian Famili
Spesies Lokasi
HS AK
Glossoscolecidae Megascolecidae
Pontoscolex corethrurus Amynthas sp.
Peryonix sp. Pheretima sp.
+ +
- +
+ +
+ +
Jumlah Spesies 3
4
HS = hutan sekunder, AK = agroforestri kopi, + = ditemukan, - = tidak ditemukan
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis menunjukkan bahwa kepadatan tertinggi terdapat di agroforestri kopi 283,73 indm
2
Tabel 5. Hal ini diduga karena terjadinya perubahan bahan organik akibat pengolahan pada tanah sebagai makanan cacing
tanah. Hasil yang didapat ini sesuai dengan penelitian Hairiah et al. 2006 dan Dewi 2007 di Sumberjaya Lampung Barat bahwa kepadatan cacing tanah di
agroforestri kopi lebih tinggi dibanding hutan. Hasil berbeda ditemukan pada penelitian Chan 2001 bahwa nilai kepadatan akan menurun seiring dengan
meningkatnya aktifitas gangguan lahan karena menurut Ayuke et al. 2011 cacing tanah sensitif terhadap gangguan lahan.
P. corethrurus memiliki nilai kepadatan K dan kepadatan relatif KR tertinggi di agroforestri kopi K = 260,27 indm
2
, KR = 91,73 dan di hutan sekunder K = 48,00 indm
2
, KR = 60,81 , sedangkan Amynthas sp. memiliki nilai kepadatan dan kepadatan relatif terendah di agroforestri kopi
K = 3,20 indm
2
, KR = 1,13 dan di hutan sekunder K = 2,13 indm
2
, KR = 2,70 Tabel 5. Kepadatan dan kepadatan relatif P. corethrurus di hutan
sekunder dan agroforestri kopi lebih tinggi dari spesies lainnya diduga karena kondisi lingkungan masih mendukung bagi kehidupannya. Menurut Buch et al.
2011 cacing P. corethrurus memiliki kisaran toleransi yang luas terhadap berbagai perubahan kondisi lingkungan.
Cacing P. corethrurus di Indonesia, banyak ditemukan pada semak belukar, padang rumput, dan tidak ditemukan pada hutan yang lebat Suin 1997.
Cacing ini merupakan jenis cacing yang banyak ditemukan di lahan yang mengalami gangguan, namun tidak ditemukan pada lahan alami, ditemukan di
Sumatera Utara pada areal perkebunan kelapa sawit, coklat dan karet serta areal pertanian tanaman pangan John 1998.
Hasil analisis frekuensi kehadiran FK spesies di hutan sekunder diperoleh 2 jenis spesies yang sering ditemukan, yaitu P. corethrurus 60,00
dan Pheretima sp. 53,33 dan 1 jenis yang sangat jarang ditemukan, yaitu Amynthas sp. 13,33 . Pada agroforestri kopi diperoleh 1 jenis spesies yang
sangat sering ditemukan, yaitu P. corethrurus 100, 2 jenis yang jarang ditemukan, yaitu Pheretima sp. 46,67 dan Peryonix sp. 26,67 dan 1 jenis
yang sangat jarang ditemukan, yaitu Amynthas sp. 13,33 Tabel 5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5 . Kepadatan spesies K, kepadatan relatif KR dan frekuensi kehadiran
FK cacing tanah yang ditemukan pada dua lokasi penelitian
Spesies Lokasi
Hutan sekunder Agroforestri kopi
K KR
FK K
KR FK
Amynthas sp. 2,13
2,70 13,33
3,20 1,13
13,33 Peryonix sp.
5,33 1,88
26,67 Pheretima sp.
28,80 36,49
53,33 14,93
5,26 46,67
Pontoscolex corethrurus 48,00
60,81 60,00
260,27 91,73
100,00 Jumlah
78,93 100
283,73 100
K= kepadatan indm2, KR= kepadatan relatif , FK= frekuensi kehadiran
4.3. Kelompok Ekologi Cacing Tanah