Periode Keenam Agustus 1997; Krisis Moneter

terdaftar di BEJ meningkat sampai dengan 127 perusahaan. Sampai tahun 1996, jumlah perusahaan yang tedaftar menjadi 238. Pada saat ini, Initial Pulic Offering IPO menjadi peristiwa nasional.

5. Periode Kelima 1995; Periode Otomatisasi

Peningkatan kegiatan transaksi yang dirasakan sudah melebihi kapasitas manual, maka BEJ memutuskan mengotomatisasikan kegiatan transaksi di bursa. Jika sebelumnya di lantai bursa terlihat dua deret antrian, sebuah untuk antrian beli dan yang lain untuk antrian jual yang cukup panjang untuk masing-masing sekuritas. Semua kegiatan taransaksi dicatat di papan tulis, maka setelah otomatisasi yang terlihat di lantai bursa adalah jaringan komputer-komputer yang digunakan oleh broker. Sistem otomatisasi yang diterapka n di BEJ diberi nama Jakarta Automated Trading System JATS. JATS mulai dioperasikan pada hari Senin tanggal 22 Mei 1995.

6. Periode Keenam Agustus 1997; Krisis Moneter

Pada bulan Agustus 1997, krisis moneter melanda negara-negara Asia, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan Singapura. Krisis moneter yang terjadi ini dimulai dari penurunan nilai mata uang-mata uang negara-negara Asia tersebut relatif terhadap dolar Amerika. Penurunan nilai mata uang ini disebabkan karena spekulasi dari pedagang-pedagang valas, kurang percaya masyarakat terhadap nilai mata uang negaranya sendiri dan kurang kuat pondasi perekonomian. BI mencegah permintaan dolar Amerika yang berlebihan yang mengakibatkan nilai dolar meningkat dan nilai rupiah menurun, dengan Universitas Sumatera Utara cara menaikkan Suku Bunga Indonesia SBI. Peningkatan suku bunga deposito yang tinggi suku bunga deposito dari 25-50, pemilik modal akan menanamkan modal di deposito untuk mengurangi permintaan dolar. Tingginya suku bunga deposito berakibat negatif terhadap pasar modal. Investor tidak lagi tertarik menanamkan dananya di pasar modal karena total return yang diterima lebih kecil jika dibandingkan dengan pendapatan dari bunga deposito. Oleh sebab itu, harga-harga saham di pasar modal mengalami penurunan yang drastis. Indeks Saham Gabungan sejak bulan Agustus sampai akhir tahun 1997 selalu menurun. Periode ini dapat juga dikatakan sebagai periode ujian terberat yang dialami oleh pasar modal Indonesia. Pemerintah berusaha meningkatkan aktivitas perdagangannya lewat transaksi investor asing. Pada tanggal 3 September 1997 pemerintah tidak memberlakukan lagi pembatasan 49 pemilikan asing. Ini berarti bahwa mulai tanggal tersebut, investor asing boleh memiliki saham-saham yang jumlahnya tidak tebatas. Peraturan pemerintah ini kelihatannya belum membawa hasil yang ditunjukkan oleh kenyataan bahwa sampai akhir September 1997, jumlah pemilikan asing hanya mencapai 27 Jurnal Pasar Modal, September 1997. Kemerosotan pasar saham ditunjukkan oleh Indeks Harga Saham Gabungan IHSG yang turun tajam. IHSG pada tanggal 8 Juli 1997 tercatat sebesar 750,83 poin dan turun sekitar 194,14 poin 25,86 menjadi 546,69 poin di akhir bulan 30 September 1997. Universitas Sumatera Utara

C. Profil Perusahaan

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Profitability, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Market to Book Value Ratio, Corporate Tax, Sales Growth, dan Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013

3 68 128

Pengaruh Price Earning Ratio, Price To Book Value, Dividend Yield, Dan Tingkat Bunga Deposito Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

3 98 75

Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Price To Book Value Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return SahamPada Perusahaan Tekstil Yang Terdaftar Di Bei

2 85 88

Pengaruh Likuiditas, Leverage,Perputaran Aset, dan Price Book Value terhadap Earnings Per Share pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 77 105

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, Price Earning Ratio, Return On Investment, dan Total Assets Turn Over Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI

2 60 97

Pengaruh Price Book Value (PBV), Price To Earning Ratio (PER), Debt To Earning Ratio (DER) Dan Beta Terhadap Stock Return Pada Perusahaan Industri Rokok Di Bei

14 110 103

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Analisis Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Economic Value Added terhadap Return Saham

4 73 101

Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 15 112

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE BOOK VALUE (PBV) KELOMPOK PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2005 - 2007

0 0 15