n = 40,1 Æ 41
Dari rumus tersebut di atas didapatkan besar sampel sebanyak 41 orang.
3.3.4. KRITERIA SAMPEL 3.3.4.1. KRITERIA INKLUSI
a. Wanita yang infertil yang merupakan wanita usia reproduksi usia 15-45 tahun
b. Wanita tersebut memiliki siklus haid yang teratur 28 hari ,siklusnya ovulatoar , minimal
6 bulan terakhir berturut-turut memiliki siklus haid yang teratur. c.
Tidak mengkonsumsi pengobatan hormonal ,sekurang-kurangnya dalam 6 bulan terakhir sebelum pemeriksaan dilakukan .
d. Wanita infertil tanpa kelainan bawaan congenital ,termasuk Amenore primer dan
Kelainan kongenital organ reproduksi e.
Wanita infertil tanpa kelainan didapat acquired ,termasuk Amenore sekunder Kista ovarium Endometrioma Mioma Uteri
f. Wanita infertil tanpa Perdarahan Uterus Disfungsional
g. Wanita infertil tanpa riwayat operasi organ Ginekologi sebelumnya ,termasuk bekas
operasi histerektomi bekas operasi salphingo-oovorektomi bekas salphingektomi bekas oovorektomi
h. .Bersedia turut serta untuk mengikuti penelitian dan menandatangani formulir pernyataan
persetujuan untuk mengikuti penelitian
3.3.4.2. KRITERIA EKSKLUSI
a. Tidak bersedia dan menolak turut serta mengikuti penelitian
3.4. MATERIAL DAN METODE PENELITIAN 3.4.1. MATERIAL ALAT PENELITIAN
1. Termometer Celcius Suhu Badan
2. Chart Suhu Basal Badan untuk 28 hari Siklus Haid
Universitas Sumatera Utara
3. Alat Tulis untuk pengisian Chart Suhu Basal Badan
4. Spuit 3 cc
5. Sarung tangan steril
6. Kapas alkohol
7. Tabung darah
8. Solid-phase radioimmunoassay
9. Ultrasonografi Power Doppler berwarna dengan Probe USG Transvaginal
10. Kondom untuk melapisi Probe USG Transvaginal
11. Jelly untuk Probe USG Transvaginal
12. Print Rekaman berwarna USG Power Doppler
3.4.2. MATERIAL BAHAN PENELITIAN
Darah vena 3 ml
3.5 METODE CARA KERJA PENELITIAN
1. Semua wanita infertil usia 15-45 tahun ,yang datang memeriksakan diri ,yang memenuhi
kriteria inklusi penelitian . Selanjutnya pada pasien dan keluarganya dijelaskan mengenai tujuan dan manfaat penelitian dan seluruh prosedur yang akan dilakukan terhadap pasien.
Pasien yang setuju selanjutnya menandatangani pernyataan informed consent, bahwasanya pasien setuju untuk turut serta dimasukkan ke dalam penelitian. Selanjutnya
pasien dinyatakan sebagai Responden penelitian.
2. Kemudian kepada tiap Responden diberikan sebuah Thermometer, alat tulis dan sehelai
kertas Chart Suhu Basal Badan dan panduan penggunaannya untuk dibawa pasien
pulang ke rumahnya. Pengukuran Suhu Basal Badan dikerjakan setiap hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, ataupun sebelum makan dan minum
dan tidak pada saat keadaan badan sedang sakit demam. Bila suatu ketika SBB dilakukan setelah matahari terbit,atau ada perdarahan atau ada keputihan ataupun kondisi
lainnya, maka perlu diberikan catatan khusus pada kertas grafik bagian bawah , bahwa pada tanggal tersebut pengukuran SBB dilakukan tidak seperti jadwal biasanya.
25
Universitas Sumatera Utara
3. Alat yang diperlukan adalah sebuah Thermometer Celcius, alat tulis dan kertas Chart
Tabel BBT yang disiapkan oleh peneliti. Thermometer diletakkan di bawah lidah selama
4 menit. Nilai yang tertera pada thermometer ditandai beri tanda silang pada suhu yang tertera pada thermometer dengan ballpoint pada kertas Chart BBT yang telah disiapkan.
4. Pengukuran BBT dimulai pada hari pertama haid dan dikerjakan setiap hari sampai haid
berikutnya siklus klasik biasanya 28 hari
5. Jika wanita tersebut siklus haidnya berovulasi, maka grafik akan memperlihatkan
gambaran bifasik, sedangkan pada siklus haid yang tidak berovulasi, gambaran grafiknya monofasik. Kesalahan pada pengukuran BBT yang baik berkisar 20 . Chart
BBT harian menghasilkan karakteristik pola bifasik pada wanita yang memiliki siklus ovulatoar. Secara teratur, titik nadir 36
o
C pada Chart BBT dinyatakan yaitu pada
saat lonjakan LH .Hari ke 14 siklus haid dinyatakan sebagai hari terjadinya Ovulasi.
6. Setelah ovulasi Lonjakan LH = suhu berada pada titik nadir 36 C Chart BBT
harian didasarkan kepada properti thermogenik progesteron, saat kadarnya meningkat setelah ovulasi, BBT meningkat pula. Sekresi progesteron yang signifikan oleh ovarium
lazimnya terjadi setelah ovulasi. Progesteron merupakan hormon thermogenik. Sekresi
progesteron menyebabkan temperatur meningkat setelah ovulasi. Fase luteal siklus haid yang normal dikarakterisasi sebagai kenaikan temperatur dari titik nadir 36 C saat
ovulasi ,kemudian meningkat selama fase luteal yang berlangsung sekurang-kurangnya
selama 10 hari.Fase Mid-Luteal ialah fase dimana progesteron dihasilkan dalam kadar yang paling tinggi 7 hari setelah ovulasi .
Darah untuk pemeriksaan serum progesteron diambil pada hari ke 21 siklus haid, kemudian 1 jam sesudahnya dilakukan pemeriksaan aliran darah Corpus Luteum
dengan USG Power Doppler-berwarna Transvaginal.
26,27,28
Universitas Sumatera Utara
7. Rekaman Chart BBT umumnya bernilai rendah dan fluktuatif antara 36,0°C dan 36,5°C
selama fase folikuler siklus haid, kemudian menurun sampai ke titik nadir di bawah 36 C pada saat ovulasi,lalu meningkat secara perlahan 0,4°C - 0,8°C diatas rata-rata
temperatur fase folikuler selama fase luteal siklus haid,mencapai puncaknya pada 7 hari setelah ovulasi dan menurun kembali ke dasar sesaat sebelum onset menstruasi
berikutnya. Pada wanita yang ovulatoar, pola bifasik biasanya langsung terlihat.
8. Rekaman Chart BBT ideal seharusnya bifasik dan memperlihatkan bahwa satu siklus
berada pada rentang siklus haid klasik 28 hari, dengan haid berikutnya dimulai 14 hari setelah ovulasi. Fase Luteal berlangsung selama 14 hari setelah ovulasi,dimana
progesteron dihasilkan oleh Corpus Luteum di Ovarium . Puncak Fase Luteal terjadi pada hari ke 21 yang merefleksikan puncak produksi progesteron oleh Corpus Luteum yang
distimulasi oleh hormon hCG human Chorionic Gonadothropin
26,27,28
Gambar 13. Contoh TABEL BBT BASAL BODY TEMPERATURE IDEAL
dikutip dari daftar pustaka no.19
Universitas Sumatera Utara
9. 7 hari pasca ovulasi pada siklus menstruasi 28 hari sesuai Chart Suhu Basal
Badan ,pada pagi hari, sampel darah diambil 1 jam sebelum pemeriksaan USG Power
Doppler-berwarna Transvaginal ,yaitu darah vena sebanyak 3 ml diambil pada kunjungan klinik. Darah diambil dengan spuit 3 cc dari vena mediana cubiti ,lalu disimpan dalam
tabung darah dicantumkan identitas dengan jelas pada tabung darah ,lalu dikirim ke
laboratorium. Kemudian di laboratorium dilakukan analisa konsentrasi serum 96pectral96e96e.
Selama pengangkutan, spesimen bisa tetap dijaga pada suhu ≤ 30
O
C selama periode waktu yang singkat, yang secara total tidak lebih dari 24 jam.
10. Sampel darah 96pec tetap disimpan didiamkan selama kurang lebih 30 menit dan dibekukan pada
suhu 0 C sampai analisis terhadap konsentrasi serum 96pectral96e96e dilakukan . Anti-
Universitas Sumatera Utara
koagulan seperti Heparin, EDTA, dan Sodium Sitrat tidak diperlukan dan terbukti tidak berpengaruh pada hasil test.
11. Dengan alat Eppendorf – 97pectral97e 5702 ,darah yang sudah didiamkan selama 30 menit, dan
dibekukan pada suhu 0 C, lalu diletakkan di dalam alat sentifuge ,lalu diputar dengan
kecepatan 4000 rpm selama kurang lebih 15 menit.
12. Kemudian dikeluarkan dari sentrifuge, dimasukkan 97pectra Cobas e 6000 Cobas e 601
13. Semua sampel darah yang diambil dari tiap subyek penelitian diukur dengan solid-phase
radioimmunoassay yang sama DPC-Progesterone kit; Nippon diagnostic products Company,Tokyo,Japan
14. Pilih pemeriksaan Progesteron, alat Cobas akan menjawab nilai Progesteron. Data yang muncul
pada monitor Cobas kemudian di print out dan dimasukkan dalam Tabulasi data Progesteron.
Kemudian, 1 jam setelah sampel darah diambil. Subjek menjalani pemeriksaan Aliran Darah Corpus Luteum dengan USG-Power Doppler berwarna merek PHILIPS HD
15 USA dengan convex endovaginal transducer PVF-651 VT 7,5 MHz dengan pewarnaan velositas berwarna, termasuk pewarnaan Power Doppler . High pass filter di
set pada 100 Hz, dan frekwensi Pulse Repetition pada 2 sampai 12 Hz untuk semua analisis 97pectral Doppler . Volume sampel pulsed Doppler di set pada lebar 1 sampai 2
mm .Sistem dioperasikan pada output kekuatan 80 mWcm
2
pada B-image, pulsed Doppler ,dan mode pencitraan velositas berwarna.www.philips.comhealthcare
Universitas Sumatera Utara
Gambar 14. ILUSTRASI PENGGUNAAN USG DOPPLER TRANSVAGINAL
dikutip dari daftar pustaka no. 39 Pemeriksaan dilakukan dengan cara : probe transducer endovaginal dimasukkan secara
perlahan ke dalam vagina, maka kemudian regio adneksa discan. Setelah ovarium telah dapat diidentifikasi pada regio adneksa, identifikasi Corpus Luteum di dalam Ovarium
,kemudian lakukan evaluasi morfologi Corpus Luteum di dalam Ovarium, dengan mengukur :
Diameter transversal maksimum A Diameter antero posterior B
Diameter longitudinal C
, dan kemudian diukur: •
VOLUME CORPUS LUTEUM diperkirakan menggunakan rumus perkalian
persamaan :
Diameter Corpus Luteum diukur pada batas terluar dalam tiga diameter tersebut A,B,C ,satuan : mm
3
V = 0.523 x A x B x C
Universitas Sumatera Utara
15. Setelah dilakukan evaluasi mofologi, Sinyal aliran darah berwarna digunakan untuk
mendeteksi area dengan kecepatan aliran darah yang paling tinggi di dalam Corpus Luteum. Sudut insersi disesuaikan untuk mendapatkan intensitas warna yang paling
maksimum. Setelah kita mendapatkan sinyal warna yang terbaik , maka gelombang kecepatan aliran darah direkam dengan cara menempatkan probe pada pembuluh darah
Corpus Luteum yang terbaik tersebut dan mengalihkannya menjadi model tampilan
denyut Doppler. Kemudian diukur :
• PEAK SYSTOLIC VELOCITY PSV
Yaitu puncak tertinggi aliran darah sistolik pada tampilan berwarna gelombang aliran darah Corpus Luteum pada fase mid-luteal hari 21 siklus haid tersebut.
• END DIASTOLIC VELOCITY EDV
Yaitu titik dasar terendah aliran darah diastolik pada tampilan berwarna gelombang aliran darah Corpus Luteum pada fase mid-luteal hari 21 siklus haid tersebut.
16. Kemudian diukur INDEKS PULSATILITAS PI = PULSATILITY INDEX
PI dihitung berdasarkan formula berikut : Pourcelot, 1974
Dimana : S adalah denyut aliran darah sistolik maksimum,
D adalah denyut aliran darah diastolik minimum A adalah frekwensi pencitraan gelombang Doppler rata-rata selama melalui 1 siklus
kardiak
17. Kemudian diukur lagi INDEKS RESISTENSI RI = RESISTANCE INDEX arteri
ovarika
RI diambil dari Formula sebagai berikut : Gosling, 1976
PI = S-D A
Universitas Sumatera Utara
Dimana :
S adalah denyut aliran darah sistolik maksimum,
D adalah denyut aliran darah 100omputer100 minimum
18. Perolehan setting identik digunakan untuk scanning. Scan diperoleh dalam tampilan yang
100omputer100ve mengenai aliran darah corpus luteum di dalam ovarium. Pencitraan direkam dalam film cetakan berwarna dan disimpan dalam 100omputer.
Kemudian hasil pencitraan diprint.Data Print-out USG dikumpulkan dan ditabulasikan.
19. Semua pemeriksaan dilakukan oleh dokter peneliti yang sama .
Gambar. Aliran Darah Corpus Luteum dikutip dari daftar pustaka no.4
RI = S – D S
Universitas Sumatera Utara
3.5. ALUR PENELITIAN