3.95 4.48 4.65 Korelasi Antara Aliran Darah Corpus Luteum Dengan Konsentrasi Serum Progesteron Pada Wanita Infertil

Bourne dkk 1996, pada penelitiannya mengemukakan korelasi yang erat antara PSV aliran darah yang mengelilingi Corpus Luteum dengan Konsentrasi Serum Progesteron pada siklus spontan . Niswender dkk 1976, Dalam penelitiannya mengemukakan bahwa Aliran darah menuju ke Ovarium beserta jumlah dan ukuran dari sel-sel Luteal merupakan sesuatu yang penting dalam pengaturan produksi Progesteron oleh Ovarium. Aliran darah menuju ke Ovarium yang mengandung Corpus Luteum meningkat 3-7 kali lipat selama fase Luteal dan menurun secara pesat pada regresi Corpus Luteum . Hong-Ning Xie dkk., Jepang tahun 2001 mengemukakan bahwa aliran darah intra- Ovarial secara jelas menunjukkan velositas yang tinggi Penelitian Hong-Ning Xie dkk. ini menunjukkan bahwa peningkatan aliran darah Luteal merupakan akibat dari dilatasi vaskularisasi pada Awal fase Luteal. Ditemukan PSV berkorelasi positif dengan Konsentrasi Serum Progesteron. Hal ini mendukung konsep bahwa velositas aliran darah Luteal merupakan parameter komplementer yang menggambarkan fungsi Luteal pada kejadian infertilitas. TABEL 4.2 HUBUNGAN END DIASTOLIC VELOCITY EDV ALIRAN DARAH CORPUS LUTEUM DENGAN KONSENTRASI SERUM PROGESTERON. Mean SD p r End Diastolic Velocity EDVcms

4.54 3.95

0.000 0.604 Serum Progesteron ngml

13.06 4.77

uji korelasi pearson Tabel 4.2 Memperlihatkan hubungan antara kadar serum Progesteron ngml dengan End Diastolic Velocity EDV Aliran Darah Corpus Luteum. Rata-rata Kadar Serum Progesteron dari peserta penelitian ini sebesar 13.06 ± 4.77 ngml dengan rata-rata End Diastolic Velocity EDV pada Corpus Luteum dari peserta penelitian sebesar 4.54 ± 3.95 cms. Dengan uji korelasi Pearson, secara statistik ditemukan hubungan yang bermakna Universitas Sumatera Utara antara Kadar Serum Progesterone dengan End Diastolic Velocity EDV Corpus Luteum dengan nilai p=0.000 p 0.05 dan ditemukan hubungan korelasi positif dengan kekuatan Korelasi kuat antara Kadar Serum Progesteron dengan End Diastolic VelocityEDV Corpus Luteum dengan nilai r = 0.604. Grafik 2. Korelasi antara End Diastolic Velocity EDV Aliran Darah Corpus Luteum dengan Konsentrasi Serum Progesteron Dari grafik diatas tampak hubungan korelasi positif antara Kadar Serum Progesteron dengan End Diastolic Velocity EDV Aliran Darah Corpus Luteum dengan r = 0.604 Ottander dkk., Swedia tahun 2004 mengemukakan End Diastolic Velocity EDV menurun secara signifikan pada fase Luteal Akhir dibandingkan dengan fase Mid-Luteal. Hal ini r = 0.604 Universitas Sumatera Utara juga ditemukan pada pola perubahan PSV, dimana PSV memperlihatkan pola perubahan yang sama dengan pola perubahan EDV. TABEL 4.3 HUBUNGAN PULSATILITY INDEX P.I ALIRAN DARAH CORPUS LUTEUM DENGAN KONSENTRASI SERUM PROGESTERON. Mean SD p r Pulsatility Index PI 1.12

0.51 0.032

- 0.332 Serum Progesteron ngml 13.06 4.77 uji korelasi pearson Tabel 4.3. Memperlihatkan hubungan Korelasi antara Kadar Serum Progesteron ngml dengan Pulsatility Index Aliran Darah Corpus Luteum. Rata-rata Kadar Serum Progesteron dari peserta penelitian ini sebesar 13.06 ± 4.77 ngml dengan rata-rata Pulsatility Index Aliran Darah Corpus Luteum dari peserta penelitian sebesar 1.13 ± 0.51. Dengan uji korelasi Pearson, secara statistik ditemukan hubungan yang bermakna antara Kadar Serum Progesteron ngml dengan Pulsatility Index Aliran Darah Corpus Luteum dengan nilai p = 0.032 p 0.05 dan ditemukan hubungan korelasi negatif dengan Kekuatan Korelasi lemah antara Kadar Serum Progesteron ngml dengan Pulsatility Index Aliran Darah Corpus Luteum dengan nilai r = -0.332. Universitas Sumatera Utara Grafik 3. Korelasi antara Pulsatility Index PI Aliran Darah Corpus Luteum dengan Konsentrasi Serum Progesteron Dari grafik diatas tampak hubungan korelasi negatif antara Kadar Serum Progesteron dan Pulsatility Index Aliran Darah Corpus Luteum dengan r = - 0.332. Miyazaki dkk. Tahun 1998 di Jepang dalam penelitiannya menemukan bahwa Pulsatility Index PI pada arteri Ovarium mencapai titik nadir pada fase Mid-Luteal 3-8 hari sebelum onset menstrusi berikutnya..Konsentrasi serum Progesteron memperlihatkan perubahan yang sama, meningkat dari 12-16 hari sebelum onset menstruasi berikutnya dan memuncak pada 6-8 hari sebelum onset menstruasi berikutnya. Dalam penelitian ini, PI intra-Luteal ditemukan tidak berkorelasi dengan kadar serum Progesteron. Pada studi Miyazaki dkk. ini Konsentrasi Serum Progesteron mencapai puncaknya pada fase Mid-Luteal 8-6 hari sebelum onset menstruasi r= ‐0.332 Universitas Sumatera Utara berikutnya, sementara PI intra-Luteal mulai menurun pada Awal fase Luteal 11-9 hari sebelum onset menstruasi berikutnya kemudian meningkat sampai pada onset menstruasi berikutnya. Peningkatan kadar Progesteron ini terjadi pada saat peningkatan aliran darah menuju ke Corpus Luteum, ditandai dengan penurunan PI pada aliran darah tersebut. Hata dkk., 1990; Glock dkk., 1995 mengemukakan hasil penelitiannya bahwa nilai PI yang rendah dihubungkan oleh adanya RI yang rendah. Suplai darah menuju Ovarium yang mengandung Corpus Luteum meningkat selama fase Luteal khususnya pada fase Mid-Luteal seiring dengan peningkatan asupan Low-Density Lipoprotein menuju sel-sel Luteal untuk memproduksi Progesteron dalam Corpus Luteum. Tinkanen dkk., Finlandia, 1994 dalam penelitiannya tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam hal Pulsatility Index PI intra-Ovarial dengan Kadar Serum Progesteron. Walau bagaimanapun, jumlah pasien yang inadekuat dan metode yang insufisien yang digunakan untuk evaluasi fungsi Luteal pada penelitian ini, merupakan keterbatasan pada penelitian ini. TABEL 4.4 HUBUNGAN RESISITANCE INDEX R.I ALIRAN DARAH CORPUS LUTEUM DENGAN KONSENTRASI SERUM PROGESTERON. Mean SD P r Resistance Index RI 0.71

0.36 0.005

- 0.423 Serum Progesteron ngml 13.07 4.77 uji korelasi Pearson Tabel 4.4 Memperlihatkan hubungan antara Kadar Serum Progesteron ngml dengan Resistance Index Aliran Darah Corpus Luteum. Rata-rata Kadar Serum Progesteron dari peserta penelitian ini sebesar 13.07 ± 4.77 ngml dengan rata-rata Resistance Index Aliran Darah Corpus Luteum dari peserta penelitian sebesar 0.71 ± 0.36. Dengan uji korelasi Pearson, secara statistik ditemukan hubungan yang bermakna antara Kadar Serum Progesteron dan Resistance Index Aliran Darah Corpus Luteum dengan nilai p = 0.005 p 0.05 ; dan ditemukan hubungan Korelasi negatif dengan Kekuatan Korelasi sedang Universitas Sumatera Utara antara Kadar Serum Progesteron dan Resistance Index Aliran Darah Corpus Luteum dengan nilai r = - 0.423. Grafik 4. Korelasi antara Resistance Index RI Aliran Darah Corpus Luteum dengan Konsentrasi Serum Progesteron Dari grafik diatas tampak hubungan korelasi negatif antara Kadar Serum Progesteron dengan Resistance Index Aliran Darah Corpus Luteum dengan r = - 0.423. Pada penelitian Kupesic dan Kurjak di Croatia tahun 1996, dalam penelitiannya dijumpai nilai RI terendah pada fase Mid-Luteal RI = 0.42 ± 0.06, yang kemudian mengalami peningkatan ke nilai yang lebih tinggi RI = 0.50 ± 0.04 pada akhir Fase Luteal. Kadar Progesteron rata-rata secara signifikan lebih rendah P 0.001 pada grup Defek Fase Luteal 6.9 ± 2.3 ngml dibandingkan dengan kelompok kontrol 24.1 ± 11.4 ngml. Glock dan Brunsted, 1995, memperlihatkan korelasi yang signifikan antara RI intra- Ovarial dengan Kadar Plasma Progesteron pada Fase Luteal. Serupa dengan penelitian Kupesic r = ‐0.423 Universitas Sumatera Utara dan Kurjak di Universitas Zagreb 1996 yang menunjukkan perbedaan yang bermakna antara RI intra-Ovarial pada kelompok dengan Defek Fase Luteal dibandingkan dengan kelompok kontrol. Nilai RI terendah dideteksi pada fase Mid-Luteal seiring dengan puncak Angiogenesis Corpus Luteum. Peningkatan RI ditunjukkan pada akhir Fase Luteal seiring dengan regresi Corpus Luteum. Pada penelitian Tamura dkk. di Jepang tahun 2008, dalam penelitiannya didapati hasil bahwa RI Luteal pada fase Mid-Luteal pada wanita dengan Defek Fase Luteal secara signifikan meningkat dibandingkan pada wanita dengan fungsi Luteal normal. RI Luteal secara signifikan berkorelasi dengan Konsentrasi Serum Progesteron pada fase Mid-Luteal. Pada penelitian Tamura dkk. ini, diperlihatkan bahwa RI Luteal menurun sepanjang Awal Fase Luteal dan meningkat sepanjang Fase Regresi Luteal. Lebih lanjut lagi penelitian ini menunjukkan RI Luteal yang tinggi dan kadar serum Progesteron yang rendah dijumpai selama Fase Luteal. Penelitian oleh Takasaki dkk. di Jepang tahun 2009 yang melakukan penelitian mengenai aliran darah Corpus Luteum yang dihubungkan dengan fungsi Luteal menemukan korelasi negatif yang signifikan antara RI Corpus Luteum dengan Konsentrasi Serum Progesteron selama fase Mid-Luteal. TABEL 4.5 HUBUNGAN VOLUME CORPUS LUTEUM DENGAN KONSENTRASI SERUM PROGESTERON. Mean SD P r Volume corpus luteum cm 3

7.13 4.48

0.992 0.002 Serum Progesterone ngml

13.14 4.65

uji korelasi Pearson Tabel 4.5 Memperlihatkan hubungan antara Kadar Serum Progesteron ngml dengan Volume Corpus Luteum mm 3 . Rata-rata Kadar Serum Progesteron dari peserta penelitian ini sebesar 13.14 ± 4.65 ngml dengan rata-rata Volume Corpus Luteum mm 3 dari peserta penelitian sebesar 7.13 ± 4.48 mm 3 . Dengan Universitas Sumatera Utara uji korelasi Pearson, secara statistik ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara Kadar Serum Progesteron dengan Volume Corpus Luteum mm 3 dengan nilai p = 0.992 p 0.05 dan ditemukan hubungan korelasi positif dengan kekuatan Korelasi sangat lemah antara Kadar Serum Progesteron dengan Volume Corpus Luteum mm 3 dengan nilai r = 0.002. Grafik 6. Korelasi antara Volume Corpus Luteum dengan Konsentrasi Serum Progesteron Dari grafik diatas tampak hubungan korelasi positif antara Kadar Serum Progesteron dengan Volume Corpus Luteum dengan r = 0.002. Miyazaki dkk. Tahun 1998 di Jepang dalam penelitiannya mendeteksi neovaskularisasi dalam Corpus Luteum dan menginvestigasi apakah aliran darah Corpus Luteum dapat menggambarkan fungsi Luteal. Dari penelitian ini diperlihatkan gambaran Corpus Luteum dengan pencitraan USG Doppler sepanjang fase Luteal. Volume Corpus Luteum memperlihatkan r = 0.002 Universitas Sumatera Utara pola perubahan yang sama seperti pada perubahan Konsentrasi Serum Progesteron.Walaupun perubahan pada Volume Corpus Luteum sebanding dengan perubahan pada Konsentrasi Serum Progesteron,namun tidak dijumpai korelasi bermakna antara Volume Corpus Luteum dengan Konsentrasi Serum Progesteron. Namun Konsentrasi Serum Progesteron berkorelasi positif dengan Volume Corpus Luteum. Volume Corpus Luteum menggambarkan sebagian sel-sel Luteal dan menggambarkan vaskularitas Corpus Luteum yang menunjukkan aliran darah ke Corpus Luteum untuk mengatur produksi Progesteron. Miyazaki dkk. menggunakan Volume Corpus Luteum sebagai parameter pengaturan produksi Progesteron. Jablonka Shariff dkk., 1993 pada penelitiannya menemukan Pertumbuhan yang cepat dari vaskularisasi luteal diiringi oleh peningkatan yang cepat dalam berat dan ukuran Corpus Luteum. Bruce dan Moor, 1976; Niswender dkk., 1976 menemukan Aliran darah fase Luteal meningkat secara dramatis sehubungan dengan peningkatan pertumbuhan jaringan Corpus Luteum Bourne dkk., 1996 menemukan Korelasi signifikan antara ukuran Corpus Luteum dengan produksi Progesteron ditunjukkan pada penelitian yang dilakukannya . Jokubkiene dkk.,Swedia tahun 2006 Tidak menemukan korelasi yang signifikan antara Volume dan Vaskular dari Ovarium atau dari Corpus Luteum pada hari ke-7 dengan level Progesteron hari ke-7 setelah Ovulasi. Penelitian ini tidak menemukan korelasi antara Kadar Serum Progesteron dengan aliran darah pada Corpus Luteum pada fase Mid-Luteal. Kadar progestreron merupakan gambaran dari fungsi Corpus Luteum, tetapi aliran darah tidak menggambarkan produksi progesteron dalam Corpus Luteum. Volume Corpus Luteum tertinggi dijumpai pada fase Luteal awal dan menurun secara signifikan pada fase Luteal akhir. Universitas Sumatera Utara

4.7 DISTRIBUSI PERBEDAAN RATA – RATA DARI VARIABEL-VARIABEL PREDIKTOR